Chapter 4

1.2K 178 15
                                    

Di sebuah kamar yang sangat luas bernuansa abu-abu, kini terlihat seorang pemuda yang tertidur dengan damainya dan tenang, tapi seketika ia terlihat gelisah dengan keringat yang terus bercucuran tanpa henti, sepertinya ia bermimpi buruk.

"HAH" serunya dengan napas terengah-rengah, setelah ia sadar, ia tahu sekarang ini ia berada di sebuah kamar, seperti merasa familiar dengan kamar ini, ia pun memandang setiap inci kamar itu sampai ia menemukan satu objek yang ia yakinin sekarang ia berada dikamarnya setelah melihat fotonya sewaktu kecil bersama kembarnya.

"Kenapa aku bisa disini" ucap sahaki bingung, padahal sebelum ia pingsan ia melihat banyaknya joker yang berada di sekitarnya dengan tampang yang menyeramkan seperti siap membunuhnya kapan saja.

" Syukurlah Aku kira aku sudah di bunuh oleh semua joker itu" ucapnya mengelus dada dan menstabilkan napasnya yang sedari tadi ngos-ngosan.

BRAK

Tiba-tiba saja pintu kamar sahaki dibuka dengan sangat kasarnya sehingga menimbulkan suara yang sangat kencang dan berisik, membuat sahaki kaget lagi tapi tidak pingsan setelah melihat siapa yang sangat suka merusak pintu  kamarnya.

"Untuk apa kau disini" ucap sahaki memandang tajam sasori yang sangat suka membuka pintu kamarnya dengan kasar, sedangkan sasori hanya terlihat biasa saja dan terus berjalan tidak memperdulikan tatapan sahaki yang sangat tajam.

Sasori medudukkan bokongnya dengan santai di kasur sahaki, sedangkan sahaki masih memandang tajam dirinya.

"Tenanglah otouto, dan matamu juga buat seperti orang normal pada umumnya, kau seperti orang rabun saja" ucap sasori tenang tanpa mau menatap wajah sahaki yang sangat menyeramkan.

"Apa yang kau lakukan pada ku kemarin sasori" ucap sahaki dengan tatapan intimidasi membuat sasori menelan ludahnya dengan susah payah karena tatapan sahaki, sepertinya kakak takut adik saja.

"Kau sangat payah otouto badut saja kau takut, hahahahaha dasar anak kecil" ejek sasori, berusaha mengalahkan rasa takutnya dengan tatapan sahaki, sedari dulu yang paling sasori takuti tuhan, okaa-chan, otou-chan, obaa-chan, orochimaru sensei, dan duo adik kembarnya, yang lain-lain-lain sama sekali tidak ia takuti.

"Badut??. badut tapi kenapa bawa-bawa pisau dengan darah, seperti habis membunuh saja" ucap sahaki protes, bagaimana tidak protes baru saja lampunya menyala ia langsung berpapasan dengan badut yang seperti joker sedang tersenyum mengerikan sambil mengarahkan pisau yang penuh darah itu kewajahnya, bagaimana kalian tidak takut, badut itu seperti bisa membunuh kalian kapan saja yang ia mau.

"Kau saja yang kekanakan otouto" ejek sasori padahal setelah melihat semua karyawan itu sasori sempat berteriak sangat kencang sampai ia menjadi pusat perhatian pengujung, sedangkan semua anak-anak yang berada di timezone menangis meminta orang tua mereka agar segera pulang.

"SAHAKI, KAU SUDAH SADAR" seru seseorang yang baru saja masuk, orang itu menatap sahaki dengan kekhawatiran yang mendalam, sedang kan sahaki memandang terkejut orang itu.

Tiba-tiba saja orang itu berlari menuju dirinya dan sasori, karna masih terkejut sahaki tidak menyadari bahwa orang itu telah berada di sampingnya.

GREP

"Kau hiks tau aku hiks sangat menghawatirkanmu hiks" ucap orang itu yang tiba-tiba memeluk sahaki dengan air mata yang terus mengalir tanpa henti hingga  pundak sahaki basa dengan air mata orang itu.

"Imouto" hanya satu katalah yang keluar di bibir sahaki saat ini dengan sangat lirihnya.

"Hey, mana pelukkan untuk ku" ucap sasori tidak terima padahal ia juga ada disini dan ia juga termasuk keluarga, tapi kenapa selalu  tidak dianggap.

"Kau tidak penting, kau hanyalah serangga perusak suasana" ucap sahaki mendelik tajam pada sasori yang selalu berusak suasana harunya bersama kembarnya.

"Kau" tunjuk sasori pada sahaki dengan wajah yang memerah menahan kesal.

Sakura yang melihat sebentar lagi akan ada pertengkaran pun langsung melepaskan pelukannya, dan berniat pergi, tapi seketika ia urungkan karena mendapatkan tatapan tajam dari sasori dan sahaki seperti mengisyaratkan agar tetap duduk.

"Bukan anak kandung" ucap sahaki, dengan tatapan tajam tapi dibalas lebih tajam oleh sasori.

"Maksudmu" ucap sasori ngeram.

"Lihatlah rambutmu, Kaa-chan kuning, Otou-chan pink tua, aku dan sakura pink pucat, sedangkan kau MERAH" ucap sahaki menekan kata merah dan menunjuk rambut sasori yang berwarna merah membuat sasori ngeram.

"Berkacalah juga, otou-chan pink tua, kenapa kalian mendapat pink pucat" ucap sasori tidak mau kalah, sedangkan sakura yang mendengar ikut terpancing emosi juga dengan ucapan sasori.

"Ka-" ucap sakura.

"Dasar Kekanakan sekali" ucap temari memotong ucapan sakura, ia memandang mereka dengan kantuknya, sepertinya mereka terbangun karena pertengkaran kakak beradik itu.

"Hoam, berhentilah, ini sudah malam" ucap ino menutup telingannya karena terngangu dengan suara-suara tidak bermanfaat sasori dan sahaki.

"Tidak akan sebelum kalian membelikan kami 50 box pizza extra keju" ucap sasori dan sahaki secara kompak, ino yang tadinya menutup matanya sekarang membuka matanya lebar-lebar.

"Tidak akan" tolak ino cepat, menyilangkan tangannya tanda menolak, mana mungkin ia mengosongkan dompetnya padahal ia sudah menyediakannya untuk sepatu yang sebentar lagi akan keluar.

"Kalian sudah membuat sahaki pingsan selama 1 hari dan sebagai gantinya kalian harus membelikan kami 50 box pizza extra keju" ucap sasori yang dianggukki sahaki, sepertinya mereka akan kompak kalau ada yang berbau-bau gratis.

"Tidak, temari saja diakan banyak uangnya" ucap ino yang langsung mendapat tatapan tajam dari temari.

"Tidak, kita sudah naik  pesawat pribadi menma, sakura juga sudah mengizinkan kita tinggal dirumahnya, dan aku sudah membooking mallku hanya untuk kita, dan kau apa" ucap temari panjang lebar, tapi pada dasarnya ino tidak mau kalah.

"Hey yang dapat warisan mall itukan gaara, jadi gaaralah pemiliknya, berarti kau tidak mengeluarkan apa-apa." Ucap ino tidak mau kalah.

"Tapi aku sudah susah payah membujuknya agar kita bisa bermain, berbelanja, dan makan, sepuasnya secara gratis, jadi kau saja, otou-sanmu juga banyak uang" ucap temari, betapa susahnya ia membujuk gaara adiknya agar bisa meminjamkan mallnya, tapi tidak dianggap sama sekali oleh ino, tentu saja ia kesal.

"Sekarang semua kartu ku sudah diblokir oleh daddy ku" ucap ino dengan wajah  tersakiti karena semua kartunya diblokir ayahnya, itu sangat menyakitkan karena ia tidak bisa lagi berbelanja dengan sepuas-puasnya.

"Aku tau kau masih memiliki uang" ucap temari tetap bertahan dengan prinsipnya sendiri.

"Ta-" ucap ino.

"Oh ayolah, mana mungkin ino yang sangat cantik ini hidup tanpa berbelanja" ucap temari memotong ucapan ino dan langsung pergi dengan kesalnya.

Sedangkan ino hanya pasrah saja bahwa ia tidak akan membeli sepatu yang sudah ia ngidam selama seminggu.

"Baiklah" ucap ino langsung pergi dengan ngotai karena belum ikhlas dengan sepatu itu.

Sedangkan sakura hanya menonton perdebatan mereka dengan bosan tanpa minat sedikit pun.

Kalau sahaki dan sasori, jangan ditanya lagi, mereka sekarang bertos ria dengan senyum kemenangan.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hallo, kali ini aku up cepat, sebenarnya aku bakal up kemarin.

Cuman tulisannya ilang lagi, chapter 4 aku malas note tapi aku ketik di wattpad eh tapi ilang khikhikhikhi, eps ilang rasanya seperti bencana bumi saja, bukan hanya aku sih sering kayak gini tapi author lain juga.

Bye byee sampai jumpa di chapter selanjutnya jangan lupan votenya ya.

13 oktober

1114

The TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang