e. sial!!

51 8 27
                                    

Bisakah rei tidur secara damai agar mimpinya masih berlanjut, sungguh menyebalkan. Bisakah juga seseorang mengetuk rumahnya dan bertamu?
Mendengar suara mamahnya yang sangat amat berisik dan terus mengoceh membuat dirinya pusing. Entah, apa yang dibahas mamahnya itu. Pliss seseorang datang buat jemput rei. Dia sudah terlalu malas untuk mendengar ocehan mamahnya. Bahkan sempat-sempatnya pas lagi sarapan masih saja terus berbicara, sampe akhirnya keselek sama nasinya sendiri. Udah selesai? Belum. Masa bodolah rei langsung pamit saja tanpa menjabat tangan mamahnya itu, takut ocehannya bikin dirinya telat.

Masih tersisa waktu 15 menit bel masuk, rei sungguh beruntung untuk hari ini dirinya yang tidak telat karena ocehan mamahnya. Merasa lega, rei langsung ke kelasnya dan menyandarkan dirinya di tempat duduknya. Tanpa dia sadari perilakunya sama juga dengan Jean yang disampingnya. What? Ada apa ini?

"Pagi rei." sapa miska, rei hanya menjawabnya dengan senyuman saja dan langsung berganti posisi dengan menenggelamkan wajahnya di meja.

"Eeh lu kenapa?" Tanya miska dengan kekepoannya.

"Sama juga loh perilaku lu kayak Jean," Lanjutnya.

"...."

"Palingan habis di ocehin sama mamahnya," Tebak Rizka.

"Udah lah bodo amat,males juga denger kalian ngomong." Balas rei dengan jawaban yang sedikit menyakitkan temannya, mungkin?

Rizka dan miska hanya memutar bola matanya malas, mereka sudah malas kalo rei ditanya dijawab seperti itu. Apakah itu seperti tidak dihargai ketika, seseorang bertanya?

'sungguh menyebalkan' batin miska.

"Gua tau apa yang lu pikirin tapi, setidaknya jangan baperan juga miska.lebay." kata-kata yang dikeluarkan Rizka cukup pedas untuk sarapan mulut pagi hari. Miska hanya berdiam diri saja, takut kalo di jawab malah makin panjang.

Rei tidak terlalu fokus dengan penjelasan guru didepannya itu karena, dia menenggelamkan dirinya dengan lanjutan mimpi tadi. Yang jelas sekarang dia bukan merhatiin papan tulis malah merhatiin atap. Biasakanlah diri sebelum memulai hari mu dengan halu, pemeran utama kita jodohnya dengan ilusi otak saja, sungguh menyakitkan tapi bisa nyenengin. Inilah yang dinamakan senang di awal pait di akhir.

Sampe akhirnya ada seseorang yang menyentuh pinggang rei dengan jarinya itu membuat rei jatuh lagi terhadap halunya.

'sial' batin rei yang ingin memaki orang itu, baru saja dia ingin melihat siapa yang mencoleknya tadi, sudah ada spidol didepannya.

"Pelajaran itu diperhatiin bukan diabaikan." Ucap seorang guru yang langsung menunjuk soal dipapan tulis.

"Saya perhatiin pak."jawab rei dengan tingkah bodohnya.

"Kalo kamu perhatiin sekarang, jawab soal di papan tulis itu." Pak Toni memberitahu rei untuk menjawab soal yang ada di depan. Sekarang udah ga ada alasan lagi buat berbohong karena,bagaimanapun itu hanya boleh dilakukan satu kali saja tidak untuk kedua kali. Karena, benar-benar memalukan bila dirinya bilang tidak bisa menjawab soal. Sungguh sial dengan hari ini. Rei tidak ingin dirinya terhina begitu saja, dia pun langsung ke papan tulis untuk siap jawab soal itu. Karena, menurutnya sesulit apapun soalnya pasti akan dimengerti oleh dirinya.

Baru saja melihat papan tulis, dirinya sudah dibuat pusing oleh soal yang bikinnya tegang. Apalagi kalo bukan fisika. Demi apapun tadi mamahnya sekarang gurunya. Hanya doa saja yang bisa dipanjatkan untuk ketahanan ini. Gemetar sudah dirinya, jangan sampai berkahir dengan memalukan.

" Yah elah pak dia mah ga merhatiin, cuma pura-pura paham aja." Bilang siti yang membuat rei risih dengan kelakuannya itu, sungguh menyebalkan. Asal tau saja dirinya bahkan lebih pintar daripada si jamet sialan itu.

MendapatkanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang