Satu bulan berlalu dengan sangat cepat. Kembalinya Bae Joohyun membuat kediaman keluarga Jeon itu ramai seketika; mertuanya—yang sekaligus merupakan orang tua Joohyun—memutuskan untuk menginap, termasuk Mark sang adik ipar. Yang biasanya hanya ada Jungkook, Hana dan Bibi Han, kini meja makan itu ditempati banyak orang. Kursi-kursi kosong itu terisi dengan kehadiran mertua juga si adik ipar. Tak lupa soal beberapa keributan yang dilakukan Mark ketika sedang bermain dengan Hana.
Pagi itu, Jungkook terbangun lebih dulu. Sesuatu membuatnya terbangun dan membuka matanya, menangkap sosok Joohyun yang masih terlelap dengan pulas di sampingnya. Kuasa terulur, menyingkirkan helaian rambut yang menghalangi rupa gadis itu. Bulu mata lentik, pipi yang manis dengan bibir ranum merah muda, tanpa riasan pun sudah cukup bagi seorang Bae Joohyun untuk menjatuhkan hati pria seperti Jungkook.
Jemarinya mendarat, membelai lembut pipi gadis di depannya dengan lembut. Bukankah ini sebuah keajaiban? Pikirnya. Setelah sebuah insiden memisahkan keduanya, membelenggu dalam masing-masing luka dan penderitaan, waktu menyatukan kembali mereka dengan rasa yang sama seperti yang terakhir kali. Tak ada yang berubah kecuali kenangan mereka. Hebatnya, Joohyun tetap mengingat nama Jungkook setelah kehilangan ingatan.
Bibirnya melengkung tipis, setetes air mata lolos begitu saja tanpa ia sadari. Satu bulan telah berlalu dan gadis itu masih berada dalam rengkuhannya. Walau setiap pagi, ia akan bertanya di mana dan siapa, Jungkook menerima itu dengan lapang dada. Karena mendapatkan Joohyun kembali adalah sebuah hadiah terbesar yang pernah ia dapatkan selama hidupnya.
Tarikan kecil yang Jungkook lakukan membuat Joohyun akhirnya membuka mata. Lenguhan pelan terdengar hingga membuat Jungkook tersenyum ketika gadis itu malah menenggelamkan wajah bantalnya di dada Jungkook. Manisnya.
Diusap lembut rambut panjang yang berantakan itu, tak ragu pula mendaratkan kecupan pada pipi si puan yang malah kembali tidur dalam pelukannya itu. Tapi Jungkook juga akan menyuruh Joohyun untuk kembali tidur kalau ia benar-benar terbangun. Ia tak pernah siap menghadapi kalimat yang keluar dari bibir Joohyun tiap pagi meski ia bilang ia menerimanya.
"Ayah!"
Sebuah teriakan terdengar dari balik pintu. Tak butuh waktu atau jawaban dari si empunya ruang untuk gadis kecil di sana bisa membuka dan menyusup bangun. Membuat gaduh ketenangan yang sejak tadi Jungkook pertahankan. Nasib sudah punya anak.
Gadis kecil itu mengintip dari balik pintu, menatap ayah dan ibunya bergantian sebelum memberi isyarat pada ayahnya. "Apa aku boleh masuk?" Tanya Hana sedikit berbisik. Sebab ia tahu kalau ibunya masih terlelap dan Hana tak ingin mengganggu.
"Masuklah dan peluk ibumu," balas Jungkook sambil mengulurkan tangannya.
Perlahan, dengan langkah yang terlihat seperti sedang mengendap-endap, gadis kecil itu berjalan menghampiri ranjang orang tuanya. Sedikit bekerja keras untuk berhasil naik ke tempat tidur yang sedikit lebih tinggi dari miliknya dan duduk di belakang Joohyun yang masih tertidur.
Aroma khas bayi tercium menggantikan pengharum ruangan di sana. Dengan kaos pink dan celana putih pendek, rambut se-bahu yang diikat dua dan sedikit bedak yang masih tersisa di pipi kanannya membuat Jungkook ingin sekali mencubit pipi anaknya.
"Hana boleh bangunkan Ibu, tidak?"
Bibirnya mengatup, atensi si gadis kecil tertuju pada perempuan dewasa yang masih memejamkan mata dalam pelukan ayahnya. Jemari mungil itu mengetuk-ngetuk pelan lengan Joohyun. Ayahnya belum memberi jawaban atas pertanyaan yang dilayangkan dan anak itu sudah beraksi. Kenakalannya sama persis seperti ayahnya waktu kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ripped Pages - COMPLETED
Fanfiction"Life is shorter than you think. You shouldn't be hung up on the past." "Kecuali jika kau berusaha untuk memperbaiki segala kesalahan yang pernah terjadi. Mungkin, masa depan akan berubah." [ BTS ] Jeon Jungkook, [ OC ] Jeon Hana, [ Red Velvet ] Bae...