02 - Lost & Love

393 54 16
                                    





Di antara gemeresik daun kering, Hana mengambil jarak. Di bawah pohon Ginkgo, gadis kecil itu sibuk melompati dedaunan di sana. Ia menunggu ayahnya menjemput. Hana tak begitu berharap ayahnya benar-benar datang menjemputnya hari ini. Apalagi kalau mengingat kalau semalam tadi, ia lihat sendiri sang ayah tertidur di meja kerja.

"Kira-kira, siapa yang akan menjemput Hana, ya?"

Gadis kecil itu bergumam sendiri. Hanya ada tiga orang dalam pikirannya. Sang ayah, Paman Jin atau Paman Yugyeom. Karena ketika ia masih berada di Jeju, hanya mereka yang bisa—dan selalu—menjemput Hana tiap pulang sekolah.

Ia sebenarnya memang memiliki pengasuh, namanya Bibi Han. Tapi, untuk beberapa hari ke depan, Hana tak bisa mengandalkan pengasuhnya karena belum sampai ke Seoul. Dengar-dengar, sih, minggu depan.

Sambil menunggu jemputan datang, Jeon Hana duduk di bawah pohon Ginkgo dan membuka buku dongeng terbaru pemberian sang ayah sehari sebelum mereka pindah ke Seoul, The Little Prince milik Antoine De Saint-Exupery, buku cerita bergambar pilihan Hana sendiri waktu itu.

Ia sibuk dengan bukunya sangat cepat. Setiap halaman yang dibacanya punya jeda sedikit lama karena sibuk memandangi ilustrasi di sana dan membayangkan bagaimana bila dia adalah karakter di buku itu. A Little Princess, mungkin? Saking sibuknya sampai Hana sendiri tak menyadari bahwa seseorang sudah terduduk di sampingnya sejak beberapa menit lalu dan memperhatikannya.

Itu Jungkook, ayahnya. Dengan kemeja putih yang dilipat sampai sikut dan tak mengenakan jas yang pagi tadi dipakai. "Sibuk sekali anak Ayah."

Setelah suara itu, barulah Hana sadar kalau ayahnya sudah duduk di sana, di sampingnya. Tersenyum dan menggelengkan kepala melihat ketidakpekaan sang anak atas kehadirannya. Persis seperti Ibunya.

"Ayah!"

Hana langsung memeluk sang ayah. Tak menyangka kalau ayahnya yang super sibuk di hari Senin benar-benar menjemputnya dan menepati janji pagi tadi. Padahal, Hana sendiri tak akan marah bila memang ayahnya tak bisa menjemputnya dan menggantikannya dengan Paman Yugyeom atau Paman Jin.

"Maaf, ya? Ayah sangat terlambat menjemput putri ayah. Paman Yugyeom membuat masalah lagi," ucap Jungkook beralasan. Padahal, ia baru saja kembali dari Incheon untuk melihat salah satu toko yang katanya mendapat sedikit masalah. Perihal cabang kadang harus dirinya yang turun langsung.

Jeon Hana mendelik. "Ayah! Berhenti menyalahkan Paman Yugyeom!"

Dan yang mendapat protes hanya tertawa melihat ekspresi Hana. Jungkook tahu anaknya akan protes kalau ia menyalahkan Yugyeom sebagai alasan atas keterlambatannya. Dan itu masih berlangsung sampai saat ini. "Oh, lihat? Anak ayah manis sekali, pft. Ayo, pulang? Mau ayah buatkan nasi goreng kimchi?"

"Yes! Kimchi!"

Seulas senyum tulus terukir di bibir Jungkook kala melihat bagaimana anaknya bersorak antusias hanya karena satu menu kesukaannya. Sebuah hal yang sederhana dan anaknya senang. Dan kesederhanaan Hana itu lah yang membuat Jungkook merasa amat beruntung memiliki Hana. Dia beruntung karena Hana terlahir sebagai anaknya.




***




Musim semi di Pulau Jeju adalah yang terbaik bagi beberapa orang, apalagi para turis yang datang untuk berlibur. Ratusan Pohon Camelia dan keindahan jajaran bunga liar yang indah, siapa yang akan menolak datang? Tidak ada yang lebih indah daripada tanah Jeju bagi seorang gadis yang sedang sibuk membaca buku di bawah pohon Ginkgo. Kacamata bulat yang bertengger itu malah membuat rupanya terlihat jadi semakin cantik.

Ripped Pages - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang