Senandung merdu dari arah dapur berhasil menarik perhatian Jungkook yang baru saja pulang dari pekerjaannya. Ia meletakkan setelan jas hitam dan tas kerja di atas sofa sebelum melingkarkan kedua tangan pada pinggang ramping si puan dengan apron merah muda yang sibuk mencuci piring.
"Aku pulang," bisiknya di telinga si puan. Membuat si empunya sedikit terperanjat ketika menyadari seseorang memeluknya dari belakang dan berbisik.
"Kkamjagiya! Jeon Jungkook!"
Joohyun memukul lengan Jungkook. Sedikit kesal karena suaminya itu benar-benar senang membuatnya terkejut. "Ketuk pintu dulu sebelum masuk. Kalau jantungku lepas dari tempatnya bagaimana, eoh?"
Bukan menjawab, Jungkook malah memiringkan kepalanya. Menatap dekat sang dara dalam pelukan dan mencuri ciuman. "Noona terlalu sibuk di dapur sampai tak bisa mendengar suaraku. Lagipula, kenapa aku harus mengetuk pintu di rumahku sendiri?"
Tubuh mungil itu berbalik. Sarung tangan karet berwarna merah muda di gantung di atas keran wastafel dan kini kedua tangannya menangkup pipi sang suami. "Baiklah, maafkan aku, ya? Dan selamat datang, suamiku."
Sebuah cumbuan mesra terjadi di sana. Yang sering kali, atau mungkin selalu, mereka lakukan tiap kali Jungkook pulang dan tak mendapat sambutan dari Joohyun.
"Bibirmu masih manis seperti sebelumnya, ya? Pft."
"Aku harus tetap manis walau sedang mengandung. Biar anakku juga manis seperti aku."
Kekehan renyah terdengar dari arah Jungkook. Pria itu kini berlutut, menyamakan tinggi dengan perut buncit istrinya kemudian mengelus lembut. "Bagaimana kabar anak ayah hari ini? Tidak nakal pada Ibu, 'kan?"
Ada sebuah senyum hangat yang terpancar pada wajah perempuan berdarah Bae itu kala rungunya menangkap kalimat manis dari si pria di hadapan. Sebutan 'Ayah' dan 'Ibu' itu terdengar menggemaskan, juga tingkah dewasa seorang Jeon Jungkook di hadapan calon anak mereka.
"Malam ini, jangan nakal lagi, ya? Bantu Ibumu agar bisa tidur nyenyak."
Terdengar sangat hangat dan menggemaskan untuk seorang Ibu baru seperti Joohyun. Kuasa terulur membelai surai gelap yang sedikit kusut milik suaminya itu. Pasti sesuatu membuatnya pusing hari ini. Joohyun hafal betul penampilan sang suami di tiap kondisi.
Jungkook bangkit dari posisinya, kini kembali sibuk memandang sang istri dalam kunciannya. "Jangan pergi, ya? Aku sangat mencintaimu."
Ibu jari mengelus pipi lembut Joohyun, seulas senyuman dan tatapan hangat diberikan. Terselip rasa takut kehilangan pada setiap kalimat dan perilaku Jungkook.
"Gajima. Gajima, Noona. Hiks, Gajima."
"Ayah?"
Jeon Hana memandang sang ayah yang tertidur di atas meja kerjanya. Ia bisa melihat ayahnya menangis dalam tidur, sesekali menyebut nama ibunya.
Ini bukan sekali-dua kali Hana melihat sang ayah seperti itu. 'Ayah pasti sangat sedih kehilangan Ibu,' begitu batin anak perempuan berusia lima tahun itu tiap kali mendapati ayahnya bermimpi tentang Ibunya.
Sambil mendorong sebuah kursi kecil, ia naik dan memandang muka tidur ayahnya. Tangan mungilnya membelai pipi sang ayah, tak lupa menyeka air mata yang membasahi tulang hidung dan menggeser berkas-berkas yang bisa saja basah karena air mata.
"Ayah jangan sedih, Hana di sini."
Jauh di dalam lubuk hati anak itu, ia rindu akan sosok sang Ibu. Meski secara ingatan, ia tak bisa ingat apa pun tentang sang Ibu, foto-foto yang ditunjukkan ayahnya ketika Hana masih bayi dengan sang Ibu cukup membuatnya juga rindu sang Ibu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ripped Pages - COMPLETED
Fanfic"Life is shorter than you think. You shouldn't be hung up on the past." "Kecuali jika kau berusaha untuk memperbaiki segala kesalahan yang pernah terjadi. Mungkin, masa depan akan berubah." [ BTS ] Jeon Jungkook, [ OC ] Jeon Hana, [ Red Velvet ] Bae...