03 💚

378 147 82
                                    

"Duduk "

Gadis itu menurutinya. Jeno membawa Hyeji ke kantin setelah masalah yang terjadi beberapa waktu lalu. Mereka duduk berdua, berhadapan.

"Lo mau makan apa?"

Bukannya menjawab pertanyaan, Hyeji berdiri dan beranjak pergi.

Jeno menahan tangannya. "Tunggu."

Hyeji menaikkan alisnya. "Apa?"

"Lo mau kemana? Gak mau makan?"

Helaan nafas terdengar. "Please, aku gak mau dibully lagi."

Jeno berdiri. Memegang bahu Hyeji dengan kedua tangannya. Tatapan mata sejernih air seakan membawa ketenangan. Hyeji merasa hangat.

"Gak usah takut. Gue jamin gak akan ada yang berani bully lo lagi. "

"Bolehkan gue jadi temen lo?"

Hyeji tertegun. Dia tidak salah dengar, kan?

"Jadi temen aku?"Gadis itu menunjuk dirinya sendiri. Matanya menatap Jeno tak percaya.

Jeno lantas tersenyum lembut. Mengangguk dan kemudian menarik Hyeji untuk duduk kembali.

Ya Tuhan akhirnya aku punya teman.

🍑🍑

Seperti yang kalian ketahui, Hyeji dan Jeno sekarang sudah resmi menjadi teman. Hyeji merasa senang memiliki teman seperti Jeno. Dia easygoing orangnya.

Sebenarnya banyak sih yang tidak suka dengan kedekatan mereka berdua. Tapi 'ya Jeno mana peduli, dia tetap ingin menjadi teman Hyeji pokoknya!

Karina?

Dia yang biasanya selalu mengganggu Hyeji sekarang tidak berani melakukan hal itu lagi. Kenapa? Tentu Jeno alasannya.

Jeno bahkan tak segan-segan menjambak atau mendorong Karina dan teman-temannya.

"Mau minum apa?"

Jeno yang baru keluar dari kamarnya selepas mengganti baju bertanya pada Hyeji yang duduk disofa rumahnya.

Mereka ternyata memiliki sedikit kesamaan tentang masalah keluarganya. Mamahnya Jeno meninggal karna sebuah kecelakaan. Dan Ayahnya menikah lagi yang sekarang tinggal diluar negeri.

Jeno juga memiliki seorang Kakak laki-laki yang lima tahun lebih tua darinya. Mereka hanya tinggal berdua.

Biasanya jam segini Lee Taeyong; Kakaknya Jeno masih kuliah jadi sekarang disini hanya ada mereka berdua; Hyeji, Jeno.

Gadis yang sedang memegang ponsel itu mendongak. "Apa aja boleh asal gak dikasih racun." ucapnya sebagai candaan namun dengan ekspresi serius.

Pemuda itu tertawa pelan. Menghampiri Hyeji dan duduk di sampingnya.

"Kalau dikasih cinta boleh dong?"

Gadis itu mengangkat kepalanya.

"Cinta? Apa itu cinta?"

"Gak usah pura-pura bego deh."

"Bego? Apa itu bego?"

"Gue jitak ya lo." Ancamnya sambil mengangkat buku diatas meja yang sudah digulung.

"Jitak? Apa itu jitak?"

Jeno cemberut. Pemuda itu terlihat sangat manis. Hyeji tertawa dalam hati.

"Ngomong sekali lagi gue cium lo."

"Apa? Cium? Apa it—"

Chup!

Dasar! Seenaknya memotong ucapan orang. Tapi tunggu, apa yang Jeno lakukan?.

Sial. Jantung Hyeji berpacu dengan cepat rasanya seperti sedang ikut lomba lari.

Tautan itu belum terlepas. Tidak ada pergerakan, mereka hanya diam dengan posisi bibir saling menempel. Mata saling menatap dari dekat.

Setelah beberapa detik Jeno memutuskan tautan lebih dulu. Ia langsung berdiri dengan kikuk, menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Melirik Hyeji sekilas lalu berlari pergi meninggalkan Hyeji yang membatu.

Ahh, pipinya panas. Tangannya bergerak, memegangi dadanya.

"My first kiss.... "

Oke. Hyeji hanya bisa meratapi ciuman pertamanya yang sudah hilang diambil orang.

.

Hyeji berhenti menulis. Ia melirik Jeno yang berada di sampingnya. Entah mengapa mereka menoleh bersamaan membuat mereka canggung.

Jeno berdehem. Sudah dua puluh menit mereka duduk berdua dengan diselimuti rasa canggung.

Jeno yang sudah tidak tahan lagi meletakan penanya dengan keras sehingga menimbulkan suara. Membuat Hyeji menoleh kearahnya.

"Mending kita keluar, cari makan."

.

"Hmmm enak banget bangsat!"

Gadis itu tertawa pelan. Jeno dengan tidak tau malu melahap semangkuk Jjampong dengan sangat tidak santai.

"Pelan-pelan dong."

Jeno nyengir sampai matanya membentuk bukan sabit. "Enak banget soalnya. Lagi laper juga."

Jeno membawa Hyeji ke kedai mie kesukaannya. Tempat itu sekarang tidak terlalu ramai pengunjung.

Mereka sudah tidak di selimuti rasa canggung lagi. Sebenarnya sih cuman Jeno, Hyeji masih merasa sedikit tapi mencoba menyembunyikannya.

Tatapan Jeno jatuh kearah semangkuk mie milik Hyeji di sampingnya. "Apa enak?"

Gadis itu mengangguk. "Enak kok. Mau coba?" Dia menyodorkan sesendok mie pada Jeno.

Jeno tidak suka mie Luosifen. Mie bekicot itu baunya sangat menyengat dan Jeno tidak suka itu. Jeno hanya meringis sembari menggeleng kukuh.

Setelah beberapa menit akhirnya mereka selesai makan. Tadinya sih mau melanjutkan mengerjakan pr tapi hujan turun dengan deras.

Sama seperti tadi, hanya ada mereka dan dua pasangan lain dan satu orang pengunjung yang ada.

Kedua remaja itu hanya diam. Hanyut dalam pikiran masing-masing. Jeno menghela nafasnya berat tapi tak terdengar oleh siapapun;karna teredam bunyi hujan.

Sebaris pesan yang baru saja ia terima sudah mampu memporak-porandakan hatinya. Seperti ada yang memukul hatinya dari dalam.

Sebuah foto Papahnya bersama keluarga barunya membuat Jeno iri setengah hati. Kenapa juga sih harus bilang-bilang kalau mereka habis liburan. Tidak tau apa disini Jeno merindukan sosok Papahnya.

Jeno benci ibu tirinya.

Pemuda itu meletakan ponselnya. Lebih baik abaikan dari pada dipikirkan dan membuat luka semakin dalam. Dia mengamati setiap inci wajah sahabatnya.

Indah.

Jeno melipat keempat jarinya. Menyisakan jari telunjuk saja. Mengarahkannya ke pipi Hyeji.

"Jung Hyeji."

Jeno merapatkan bibirnya agar tawanya tidak keluar. Dia sudah cekikikan didalam hati. Ekspetasi nya, Hyeji menoleh dan kemudian telunjuk Jeno menyentuh pipinya; sedikit menekan.

Tapi sekarang lihatlah.

Bagus Lee Jeno. Kau membuat suasana kembali canggung. Jari telunjuk itu tidak menekan pipi Hyeji melainkan masuk kedalam mulut Hyeji.

Jeno hanya tercengang dengan mulut sedikit terbuka. Sama halnya dengan Hyeji yang mematung.


Tbc....

Makasih udah mampir, jangan lupa vote+coment 😆



5-04-2021💚

[✔]Forgive MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang