Hilang

10 2 2
                                    

Rambut panjangnya terurai --menutupi hampir seluruh wajah cantiknya. Dan kedua tangan berjari-jari lentik itu terus mengusap cairan bening yang mengalir dari kedua pelupuk matanya. Ingin kusentuh kedua pipinya, lalu berkata semua akan baik-baik saja. Namun, rasa kecewaku sudah terlalu besar. Aku kehilangan rasa terhadap dirinya.

"Angga..." lirih gadis di sebelahku. Dia memanggil namaku. Suaranya pelan, nyaris seperti bisikan. "Gue tau lo udah lama suka sama gue. Tapi, kenapa lo tolak perasaan gue?" tanyanya kemudian.

Ucapannya tadi berhasil membuat kedua tanganku mengepal keras. Iya, dia benar. Aku menyukainya sejak lama, tapi bukan begini caraku mendapatkan hatinya. Mendapatkan cintanya.

"Ra..." aku meraih satu tangannya, lalu mengenggamnya erat. "Gue memang suka sama lo. Tapi nembak gue saat lo baru putus dari sahabat gue..." sengaja kugantungkan kalimatku tadi. Kuperhatikan reaksinya. Rara, gadis disebelahku bahkan tidak menatapku sekarang. "Nerima perasaan lo saat ini bukan tujuan gue. Gue yakin lo ngga ada perasaan apapun ke gue. Lo cuma pengen pamer ke Doni kalau lo bisa lakuin hal yang sama kayak yang dia lakuin ke lo, kan?" ucapku lagi. Kini bahu Rara begetar hebat. Tangisnya semakin keras.

"Kalo iya, emangnya kenapa?" suara Rara agak meninggi, namun matanya masih enggan menatapku. "Kalo Doni bisa selingkuh sama sahabat gue Fina, kenapa gue ngga bisa selingkuh juga sama lo yang juga sahabat Doni?"

Aku melepas tangannya dari genggamanku. Sungguh, rasa kecewaku sudah memuncak sekarang.

Kutatap tubuhnya yang masih bergetar. Wajahnya terus menunduk--menyembunyikan wajah cantiknya yang dulu berhasil mencuri hatiku saat pertama kali bertemu.

"Ra..." ucapku sambil berdiri dari posisi dudukku tadi. "Sorry... Perasaan gue bukan untuk dimainin kayak gini. Yang tersiksa di sini bukan cuma lo, tapi gue yang harus nelen semua pil pahit yang lo kasih. Gue ngga bisa pacaran sama orang yang bahkan ngga mau nunjukin wajahnya ke gue." Kataku lagi.

Kulihat kepalanya yang dari tadi menunduk bergerak-gerak. Kedua tangannya yang tadi menutupi seluruh wajahnya pun ikut jatuh kepangkuannya. Hingga, kepalanya mendongak, kemudian mentapku dengan mata sembab dan wajah memerah. "Angga... I'm sorry..."

----
Cerita mini (cermin)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan Cerpen By MimitobiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang