48. TIDAK BISA PERGI

376 61 8
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU AJAK MEREKA UNTUK BACA CERITA INI JUGA

SEMOGA SUKA ❤

TERIMA KASIH 🥰

-----------

48. TIDAK BISA PERGI

-----------

Ranu makin panik saat Sanee meringis menahan sakit, Sanee bahkan menangis karena tak kuat. "Perut gue."

"Gue antar ke rumah sakit."

"Nggak!" Sanee menolaknya. "Gue mau pulang."

"Sanee, lo harus diperiksa dokter." Ranu dengan siap menggendong Sanee sekuat tenaganya, ia paham cewek itu pasti sudah tidak kuat untuk berjalan. Tubuhnya yang lemas dan gemetar membuat tenaga Sanee habis.

"Gue harus pulang sekarang, Berengsek!"

Sanee kesal karena Ranu tidak mendengarkan ucapannya. Ia berusaha menurunkan dirinya dari gendongan Ranu.

"Gue gak mau orang lain tau gue hamil."

"Ya udah, gue antar lo pulang." Ranu mengalah dengan tetap mempertahankan Sanee di dalam penjagaannya.

Mendengar kata-kata Sanee tadi membuat Ranu terdiam selama perjalanan. Ia memperhatikan Sanee sekali lagi karena cewek itu kini tidak menatapnya. Tak lama sudah sampai di mobilnya, Ranu membantu Sanee duduk. Tetapi Sanee yang keras kepala masih mencoba pergi darinya.

Sanee bergerak lagi, ia hampir berlari. "Gue bisa pulang naik taksi."

"Nggak saat lo lagi dalam keadaan kayak gini!" Sialnya, Ranu kembali berhasil menangkapnya.

"Nyebelin banget sih lo." Sanee menatapnya tajam.

Ranu tersenyum karena melihat Sanee yang sama seperti pertama kali mereka berkenalan. "Jangan benci sama gue, nanti anak itu mirip gue lagi."

"Tapi gue benci banget sama lo, Berengsek!" gertak Sanee karena dirinya tidak bisa pergi dari cowok itu. Dengan terpaksa Sanee duduk di dalam mobil Ranu.

"Jadi lo mau dia mirip gue?"

Sanee menahan kesal. "Gak tau ah, lo kan juga orang tuanya."

Sekali lagi Ranu tersenyum karena respons lucu Sanee. Ia masuk ke dalam mobil mengantarkan Sanee pulang ke rumah cewek itu.

Sanee tidak menatapnya walaupun dia tetap merespons setiap Ranu bertanya arah jalan, cewek itu lebih memilih memperhatikan keadaan di luar sambil memegang perutnya yang masih sakit.

"Gue siap temenin lo ke rumah sakit."

Sanee mendengar namun ia tidak ingin menunjukkan wajah terkejutnya.

"Kalau lo malu sendirian."

-----------

Gimana chapter ini menurut kamu?

NEXT?

VOTE!

KOMEN!

SHARE ke teman-teman kamu!

TERIMA KASIH

FOLLOW MEDIA SOSIALKU


Labirin dan KekacauannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang