47. SETENGAH JAM

375 66 19
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU AJAK MEREKA UNTUK BACA CERITA INI JUGA

SEMOGA SUKA ❤

TERIMA KASIH 🥰

-----------

47. SETENGAH JAM

-----------

Sama seperti sebuah buku yang tidak kamu sukai. Kamu melewati banyak halaman yang tertulis tentang kita.

* * *

RANU melihatnya dari tempat ia duduk sejak tadi. Cewek itu berhasil menarik perhatiannya. Tidak tahu mengapa cewek itu seakan memiliki magnet yang membuat dirinya terus menetapkan fokus padanya. Namun dari arah samping Ranu mendengar suara tawa yang jelas menertawakannya.

"Kenapa lo?" tanya Ranu cepat ketika temannya memang tertawa sambil melihat dirinya.

Ezra berusaha menghentikan tawanya. "Mata lo ke cewek itu terus," ujarnya dengan kenyataan yang memang benar. "Tertarik lo sama dia?"

"Gak tertarik gue sama pelacur." Ranu menjawabnya cepat.

"Yakin lo?" Ezra masih menggodanya. "Udah setengah jam lo merhatiin dia, gak sadar?"

Ranu menghela napasnya kasar. "Iya sadar."

"Itu yang dibilang gak tertarik?" Ezra mendelik mendengarnya.

Fokusnya kembali pada cewek yang duduk di depan bar. Dia memang tidak melakukan apa-apa selain duduk di sana, bahkan sepertinya tidak meminum apa pun. Tetapi Ranu melihat pandangan matanya yang terus bergerak seakan sedang memperhatikan seseorang.

"Gue bilang. Gue gak suka sama cewek-cewek di sini. Lo tau lah tempat kayak gini, mereka dibayar semua."

"Tapi kali ini lo gak bisa bohong," balas Ezra lagi.

"Gue punya cewek, Zra." Ranu menambahkan lagi. "Oke, emang mata gue yang salah merhatiin dia."

Ketika Ezra mengangguk paham, akhirnya cowok itu terdiam. Dia sibuk dengan urusannya sendiri. Ranu mengembuskan napasnya berat, malas menanggapi temannya yang bikin jengkel.

Ranu kembali pada tempatnya semula. Memperhatikan setiap gerak-gerik cewek itu. Rambut yang tergerai panjang membuat Ranu hilang fokus, apalagi wajahnya terlalu cantik untuk tidak diperhatikan.

Sejenak Ranu memejamkan matanya, mengingat kalau dirinya sudah memiliki pacar, dan seharusnya dia tidak boleh tergoda oleh perempuan lain.

"Shit!"

Ezra bingung melihat Ranu pergi dari tempatnya, ia memperhatikan langkah Ranu yang kini berjalan menuju cewek yang tadi mereka berdua maksud. Sementara, Ranu memaki dirinya sendiri karena sangat penasaran dengan cewek itu.

Ezra menikmati pemandangan tak jauh dari tempatnya tadi. Ranu ternyata sedang berusaha untuk dekat dengan cewek itu.

Setengah jam memperhatikan seseorang, itu sudah jelas sangat tertarik. Apa yang Ranu katakan tadi hanya alasan saja karena buktinya rasa penasaran cowok itu kini memucak.

Tetapi tidak berselang lama, Ranu kembali sambil meringis. Ia memegang hidungnya yang begitu sakit. Ezra malah tertawa di atas penderitaan temannya.

"Baru perkenalan pertama udah dapat hadiah aja lo."

"Sakit, Anjing!" Ranu memaki. "Baru kali ini gue kenalan sama cewek malah dijedotin. Sial! Dia bahkan dari tadi merhatiin laki-laki tua di pojok sana, Zra. Giliran gue tawarin diri, dia malah tolak."

Ezra tertawa mendengar itu. "Lo menawarkan diri? Sebenarnya yang pelacur itu dia atau lo, Ran? Kenapa jadi lo yang terlihat murahan?"

Ranu terdiam mendengarnya, ia bahkan tidak sadar sudah melakukan itu. "Daripada sama laki-laki tua, kenapa gak cari yang seumuran kayak gue? Gak salah, kan? Dia canti-maksud gue ... dia masih muda, gak seharusnya dia sama laki-laki tua."

"Terus sama siapa, Bangsat?!" Ezra jadi kesal. "Bolehnya sama lo doang gitu? Tadi lo bilang sendiri lo punya pacar, sekarang jadi gila karena dia tolak lo."

Mendengar kata-kata Ezra membuat Ranu tidak bisa berkutik. Apa yang diucapkan oleh Ezra benar. Semuanya benar, Ranu menjadi kesal karena orang lain dengan mudah paham tentang dirinya.

"Lo gak seharusnya marah." Ezra mengatakan itu dengan mudah seakan tidak peduli dengan luka di hidung Ranu.

Ranu bingung mendengar itu. "Kenapa gue gak berhak marah?"

"Karena lo suka sama dia, Ran. Dia berhasil buat lo tetap fokus merhatiin dia. Setengah jam, Bangsat! Setengah jam lo dibuat kayak patung cuma karena cewek tadi."

-----------

Gimana chapter ini menurut kamu?

NEXT?

VOTE!

KOMEN!

SHARE ke teman-teman kamu!

TERIMA KASIH

FOLLOW MEDIA SOSIALKU


Labirin dan KekacauannyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang