Hujan dan Petir

5.5K 136 8
                                    

Hujan selalu membawa ketenangan bagi apapun yang dilaluinya. Hujan membasahi kembali tanah-tanah yang kering kerontang. Hujan memuaskan daun-daun yang haus karena kekeringan. Hujan seakan-akan membawa kedamaian, akan tetapi mungkin kita lupa jika hujan membawa guntur dan petir-petir yang mengerikan.

Leon masih berdiri di depan jendela, asap mengepul dari gelas yang ada di tangan kanannya. Dibalik tirai jendela itu, Ia masih saja memperhatikan gadis yang kini tertunduk tak mampu lagi tengadah melawan derasnya hujan.

                “Dira...” kata Leon lirih. Tanpa berpikir panjang, Leon meletakkan gelas yang dibawanya di atas meja belajarnya, disambarnya sweater yang tergeletak di kursi.

                “Leon mau kemana?” tanya sang Mama ketika Leon menuruni anak tangga.

                “Mau keluar Ma, mau nyusul Dira...”

                “Hujan deras seperti ini?”

                “Dira basah kuyup diluar Ma, Leon harus ketemu sama dia, boleh yaa?” Leon memasng wajah memelas, matanya mengedip-edip. Sial. Bagaimana mamanya bisa menolak akting cute anak semata wayangnya itu. Sang mama mengangguk. Leon tersenyum, ia segera melangkahkan kaki.

                “Eh... tunggu... payung...” Leon menghentikan langkahnya, membalikkan badan dan mengambil payung yang diberikan Mamanya.

                “Makasi ma...”

***

                Leon memandang punggung Dira yang sudah basah kuyub. Ia menghembuskan nafas. Pelan-pelan ia menghampiri Dira, Dira masih tak sadar akan kehaDirannya.

                “O... hujannya berhenti..” kata Dira lirih.

                “Bodoh...” Dira membalikkan badan. Ia sedikit terkejut, tiba-tiba Leon telah berdiri dibelakangnya, tangan kanannya memegang pegangan payung, sedangkan tangan kirinya dimasukkan pada saku celananya.

                “Kupikir hujannya berhenti.. hehehe” Dira meringis, Leon tersenyum kecil. Dira mendongakkan kepalanya, menatap mata bening Leon. Leon menaikkan alisnya. Salah tingkah.

                “Maafkan aku Leon, ” kata Dira lirih.

                “Kamu udah berulang kali bilang maaf ra...”

                “Tapi gara-gara aku... kamu... ”

                “Bukan... aku tidak masuk kelas bukan karena perkataanmu kemarin, tapi memang aku benar-benar sakit sekarang”

                “Benarkah seperti itu?” Dira mengenyitkan dahinya, tak percaya.

                “Bodoh...” gumam Leon sambil tersenyum tipis.

                “O-?” kata Dira dengan nada bertanya, penasaran dengan apa yang digumamkan Leon.

                “Sudahlah, ayo masuk,...” Leon menggiring Dira untuk masuk ke rumahnya. Dira melangkah malu-malu, diam-diam senyuman tersungging di wajahnya.

                “Tadi katanya bisa lari kalo hujan turun deras...” Dira hanya meringis mendengar perkataan mama Leon.

                “Sudahlah... ayo masuk Dira, anggap rumah sendiri ya...” Dira hanya mengangguk malu.

hujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang