Pagi menyapa, Leon dengan semangat tinggi bergegas untuk pergi ke sekolah. Berbeda dengan kebanyakan murid SMA, bagi Leon, sekolah adalah tempat yang menyenangkan. Di sekolah dia bisa bertemu dengan Dira, seseorang yang mampu membuatnya semangat dalam menjalani hidup. Seperti hari-hari biasa, tidak ada teman yang menyapa Leon di sekolah. Siapa yang mau berteman dengan laki-laki berkaca mata dan dan terlihat lemah seperti Leon. Remaja laki-laki seperti Leon lebih menyukai teman yang memiliki kekuasaan, entah kepintaran, ketenaran atau kepopuleran. Pencarian identitas diri, membuat remaja selektif untuk mencari kelompok pertemanannya. Bayangkan saja jika ada yang berteman dengan Leon, identitas apa yang akan di punya, laki-laki lemah? Hah... Leon sangat yakin tak ada remaja laki-laki yang menginginkan hal itu. Meskipun tak ada satu pun murid di sekolah yang tak mau berteman dengannya, Leon tidak mempermasalahkan hal itu. Karena fokusnya hanyalah satu, Dira.
Saat bel istirahat, leon melihat dira sedang membaca buku di taman sekolah. Sebenarnya, ini bukan kali pertama leon memperhatikan dira dan mengikuti dira seperti ini. Hal ini telah menjadi kebiasaan bagi leon. Leon tahu benar, dira amat mungkin merasa kesal dengan tingkahnya itu, namun entah mengapa leon tak peduli. Mungkin karena rasa suka, atau cinta atau obsesi. Leon tidak tahu.
Dan kali ini, leon memantapkan hatinya. Ia ingin menunjukkan dirinya di depan dira, bukan sebagai ekor atau bayangan yang selalu mengikutinya tapi sebagai seseorng yang benar-benar bisa berada di sampingnya. Leon pun duduk di samping dira. Dilihatnya dira yang mengerutkan dahinya, kedua alis matanya menyatu lalu dira menoleh ke arah leon. Bagaikan tertimpa rintikan hujan, saat dira menatap mata leon. Begitu dingin, begitu menyejukkan.
"Tuhan, bagaimana ini?" rintih leon dalam hati. Sadar mata mereka saling bertemu, dira pun mengalihkan pandangannya ke arah buku yang sedari tadi dia baca.
***
" Tunggu... mata bening itu?" kata dira dalam hati, ketika ia menatap mata seorang murid laki-laki yang tiba-tiba duduk disampingnya. Cepat-cepat dira kembali membaca bukunya, tapi dia tak bisa lagi berkonsentrasi.
Ini kan murid yang sering mengikutiku, dia juga yang sering mencari-cari perhatianku... ya Tuhan... semoga aku salah, tapi sepertinya..., Pikiran dira meracau.
" Dira..." Leon memanggil namanya.
Tunggu... bagaimana bisa dia tahu namanku? Aku bahkan belum mengenal dia. Dira tergidik, ngeri.
" Dira..." Leon kembali memanggil namanya. Dia menghembuskan nafas panjang, Ia mengumpulkan seluruh keberaniannya.
" Kau... kau yang selalu mengikutiku kan? " suara keras Dira sontak mengagetkan pandangan para murid, termasuk leon yang duduk di sampingnya. Leon tak menyangka ia akan mendapat respon seperti ini. Sepertinya dira benar-benar marah dengan tingkahnya selama ini, pikir leon. Belum sempat Leon menjawab, Dira sudah mulai membuka mulut, siap mencerca leon dengan semua kata-kata yang keluar dari mulutnya.
" Kau yang mencuri-curi pandang ke arah ku saat dikelas kan? Dan ternyata kau juga sering mengikuti ku... hah" Leon hanya menelan ludah. Dira menarik nafas panjang, ia menggigit bibir bawahnya.
" Dengar ya! Aku tidak peduli siapa dirimu sebenanya, aku juga tidak peduli kau ingin mencuri pandang kepadaku atau tidak, aku tidak peduli dengan tingkahmu yang terus diam-diam melihat kearahku, aku tidak peduli... itu pada awalnya. Sekarang aku merasa sangat terganggu, aku berharap kau tahu diri dan menghentikan semua itu karna aku tak pernah melirik padamu. Aku... hanya terganggu, aku bukannya merasa malu atau apa, yan pasti aku merasa terganggu, aku merasa tidak nyaman, aku merasa seakan-akan aku memiliki penguntit" dira menarik nafas panjang, ia merasa lega setelah mengeluarkan apa yang dia rasakan. Leon benar-benar terkejut, ia hanya mampu membelalakan mata dibalik kaca matanya. Bibirnya mengatup, sepatah kata pun tak bisa keluar dari mulutnya.
" Hah... " dira menghembuskan nafas, bibirnya menggembung.
" Mungkin aku agak sedikit berlebihan, tapi itu yang aku rasakan, maaf " langkah kecil dira meninggalkan leon yang masih mematung di bangku taman itu. Leon bahkan tidak peduli, saat ini di tengah menjadi pusat perhatian. Ia yakin, mulai hari ini benar-benar tak ada yang ingin berteman dengannya. Identitasnya bertambah, bukan hanya sebagai laki-laki lemah tapi juga...
" penguntit? Hah..." leon tersenyum sinis.
For the first time...
Untuk pertama kalinya... apa yang terjadi di taman sekolah adalah yang pertama kali, baik bagi dira maupun leon. Untuk pertama kalinya, dira mendapati ada seseorang yang mengaguminya. Bodohnya, bukan bersikap senang atau bangga layaknya seorang perempuan yang dikagumi, dira malah menolaknya tak hanya itu, ia bahkan mencercanya di depan umum. Untuk pertama kalinya, leon mengungkapkan apa yang dia rasakan kepada orang lain, butuh keberanian penuh untuk mengungkapkan hal itu. Namun, apa daya sebelum ia mengungkapkan apa yang dirasakan, dia tolak mentah-mentah, dicerca di depan umum.
***
Setelah mendengar pengakuan dira, leon merasa tubuhnya riangan, sangat ringan seperti kapas. Dan entah mengapa, bukan suasana kelas yang ia lihat tapi suasana tenang. Leon membuka mata, di matanya hanya terlihat putih dan ia ingat atap kamarnya berwarna putih. Hah... aku masih hidup ternyata, pikir leon. Leon mengalihkan pandangan ke penjuru kamarnya, wajah mamanya terlihat lembab, tangannya menggenggam erat tangan leon.
" biar ku tebak, mama pasti tidak tidur semalaman kan? " tanya leon, wajahnya penuh selidik. Mama leon hanya bisa tertawa, melihat ekspresi wajah leon yang selalu terlihat menggemaskan di matanya.
~~
![](https://img.wattpad.com/cover/30619884-288-k218720.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
hujan
Teen Fictionsaat hujan kami bertemu, dan saat hujan pula kami berpisah... Dira seorang murid SMA yang belum pernah mengenal cinta bertemu dengan Leon, seorang laki-laki yang tiba-tiba mengaku mengaguminya. bagaimana dira menghadapi hal ini? cerita ini terinspir...