Masa lalu vs masa depan

5K 126 24
                                    

Manusia hidup dalam tiga masa, masa lalu, masa depan dan masa kini. Masa lalu menjadi tempat kenangan-kenangan indah atau penyesalan-penyesalan yang dapat muncul di masa depan. Masa depan menjadi tempat impian-impian dan harapan-harapan yang telah Dirangkai apik di masa lalu. Dan masa kini, menjadi tempat untuk membuat impian dan harapan itu menjadi kenangan indah atau menjadi penyesalan yang menyakitkan.

Perlahan Dira membukan pintu sebuah ruangan. Sedemikian pelan ia membukanya agar tak mengganggu si empunya ruangan. Si pemilik ruangan menoleh, tersadar dengan pintu yang terbuka pelan. Dira meringis, diangkatnya tinggi-tinggi bingkusan berisi buah-buahan. Leon tersenyum.

"Tidak tidur?" tanya Dira, kedua tangannya sibuk meletakkan bingkisan di meja, lalu mengambil buah apel. Leon menggeleng.

"Apel?" tangan Dira mengangkat apel, menawarkan pada Leon. Leon kembali mengangguk. Dira mulai mengupas buah apel itu.

"Dira... makasi ya..." kata Leon memecah keheningan.

"Hah?" Dira mengangkat kepalanya, menatapa Leon.

"Makasi buat semuanya... ini yang aku inginkan... aku bisa menghabiskan waktu terakhirku bersamamu..." Dira menunduk mendengar perkataan Leon, ia berusaha menahan air matanya. Dira menarik napas.

"Ingin pergi keluar?"

"Hah?" Leon mengenyitkan dahi, tak mengerti. Dira mengambil potongan apel, menghampiri Leon dan memasukkan potongan apel itu ke mulut Leon.

"Aaakkk..."

"Kita keluar...cari udara segar..." kata Dira, Leon mengangguk, beranjak dan mengikuti Dira dari belakang.

***

Leon duduk di sebuah kursi di sebuah taman. Tempat Leon ini bukan sebuah rumah sakit, tapi semacam pusat pengobatan para penderita leukimia, yah... semacam tempat seperti itu. Pasiennya mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Disinilah tempat para pengidap leukimia tinggal agar dapat memperoleh perawatan yang lebih intensif. Yah... memang fungsinya tidak ada perbedaan dengan rumah sakit, tapi ini khusus penderita leukimia, mungkin bisa disebut rumah sakit khusus leukimia, ya... mungkin bisa disebut seperti itu. Dira menatap Leon yang duduk di sampingnya. Kalau dilihat-lihat Leon cukup tampan, kulitnya putih, hidungnya mancung dan bibirnya merah merona. Ia bisa dibilang mirip dengan aktor-aktor drama korea yang sering Dira lihat. Dira tersenyum, yang diperhatikan malah asik mengunyah potongn apel.

"Kenapa?" tanya Leon, mencuriga arti dibalik senyum Dira.

"Kau terlihat lucu dengan pakaian rumah sakit itu" jawab Dira berbohong, ia tak mungkin mengatakan bahwa dia sedang mengagumi ketampan laki-laki yang duduk disampingnya ini.

"Kau tahu kapan pertama kali kita bertemu?" tanya Leon.

"Ehm...?"

"Saat kita bertemu, pertama kali? Hah... kau pasti lupa..." kata Leon lemah, ia menunduk menunjukkan kekecewaan. Dira bergetar melihat ekspresi kekecewaan Leon. Dira berusaha keras mengingat-ingat saat mereka pertama bertemu.

"Ah...saat di taman sekolah? Maaf yaa...saat itu aku berlebihan padamu..." mendengar jawaban Dira, Leon menggeleng. Dira mengurucutkan bibirnya.

"Saat pengumuman penerimaan siswa baru di SMA... itu pertama kalinya aku melihatmu" kata Leon lirih, ia tersenyum mengingat kejadian lama itu. Mulut Dira menganga lebar, kemudian ia mengatupkannya lagi, menelan ludah. Sejak saat itu kah, pikirnya.

"Saat itu aku sedang melihat pengumuman, lalu tiba-tiba seorang perempuan melompat-lompat di depanku, sebenarnya aku tidak terganggu karena badanku termasuk tinggi, tapi perempuan yang melompat-lompat itu sungguh menganggu pemandanganku... " Leon mulai bercerita. Dira mengenyitkan dahi.

hujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang