"Terima."
"Terima."
"Terima."
Azzam memandang perempuan dihadapannya datar, kedua tangannya ia masukan kedalam saku celana abu yang ia pakai lalu ia hembusakan napasnya dengan kasar.
"Jadi gimana, Zam? Aku di terima 'kan?" tanya gadis dengan iris mata coklat terang dihadapan Azzam.
Ia menatap Azzam penuh harap, pasalnya ini sudah percobaan yang ke tiga kalinya ia meminta Azzam untuk jadi kekasihnya, tapi jawaban Azzam selalu sama.
"Enggak!"
Setelah satu kata itu, Azzam tanpa ekspresi apapun pergi meninggalkan gadis yang kini sudah menatap tak percaya kotak makan yang sejak tadi ia ulurkan pada Azzam tapi tak diterima.
Sorak kekecewaan kembali terdengar menggema di koridor kelas, dan hati gadis cantik beriris coklat dengan nama Daisy itu, kembali patah.
Malu karna jadi tontonan pun tidak terelakan, apa lagi ia kembali di tolak.
Sedang Azzam, anak lelaki yang tubuhnya masih di balut kemeja sekolah khas anak SMA tetap melangkah menjauh.
Hanya tersisa dua lelaki sebaya Azzam juga satu gadis yang kembali meringis pelan saat ia melihat Daisy di tolak kembali oleh Azzam.
"Gue atas nama Azzam minta maaf ya? Azzam memang gak punya otak sih, nolaknya cewek cakep kayak lo pula," kata gadis itu membuat Daisy yang tadi menembak Azzam kini mendongak.
"Udah tiga kali, Ra, tiga kali. Lo gak bisa gitu rayu abang lo?"
"Duh gimana ya? Papa aja ngomong dianggap angin lalu, apa lagi gue?" tanya gadis cantik yang kini sibuk menggaruk tengkuknya karna bingung harus bersikap bagaimana.
"Tapi 'kan lo kembarannya, Ra. Tolong bantu gue ya?"
Azzura Putri Santoso, adik kembar dari Azzam Putra Santoso. Ya, mereka sodara kembar, beda sifat, sikap dan amal baik. Ah satu lagi, beda akhlak.
Jika Azzam akan cuek pada sekitar, maka Azzura akan sangat peka. Azzura ini bagai warna pelangi yang ceria, dan Azzam, pria itu seperti mendung serta hujan, suram dan dingin.
"Urusan hati, gue gak ikutan deh. Tapi kalau coba buat ngomong, gue bantu. Gue harap lo gak berhenti berjuang ya? Udah dulu, gue susul Azzam dulu, bye."
Setelah kalimat penguat yang hanya itu saja bisa Azzura berikan, kini gadis itu melangkah lebih cepat menyusul sang kakak.
Rok pendeknya di padukan dengan lengan baju yang di lipat serta rambut panjang di gerai yang ujungnya sengaja diberi warna merah, itu adalah ciri khas Azzura.
Tapi tunggu, masih ada satu lagi. Headband dengan tulisan The poison rose. Nama kelompok milik Azzam dan Azzura, akan selalu ada di atas kepala Azzura atau pada sisi lengannya. Itu satu kebanggaan bagi gadis mungil bernama Azzura.
Saat gadis itu memasuki kantin, ia berdecak pelan. Kepalanya menggeleng lalu menatap sodaranya tak percaya. Langkahnya ia percepat masuk kedalam, menuju dimana Azzam duduk.
"Sialan, abis nolak cewek udah bisa makan aja lo."
"Laper."
"Ya iya laper, gue tau, kalau ngantuk juga gak akan makan, pasti lo bakal tidur."
"Berisik!" sentak Azzam yang akhirnya membuat Azzura menatap Azzam dengan tatapan puppy eyes andalannya.
Maka hal selanjutnya yang akan Azzura dapat adalah pelukan hangat dari sang kakak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azzam
Teen Fiction"Zam, mau gak jadi pacar aku?" "Enggak!" "Kalau sama aku pasti mau 'kan, Zam?" "Enggak juga." "Kalau semua kamu tolak, kamu mau sama siapa?" "Sama dia yang mirip nyokap gue dan bisa bikin 'Jagad' gue berhenti." Semua gadis di sekolahnya ia tolak, ta...