"Kalau susah bukan berarti gak bisa 'kan? Susah itu dicoba sampai bisa, bukan di tinggalkan."
'Azzam'
🍂🍂🍂
Di pinggir lapangan siang ini penuh dengan murid perempuan. Bukan karna ada acara sekolah atau apa, tapi karna tiga cowok dari The Poison Rose sudah mengganti seragam mereka menjadi baju basket, dan itu menjadi sebuah pemandangan wajib bagi semua gadis untuk di lihat.
Cuci mata kalau kata Niko dan Rasya.
Sedangkan Azzam yang sudah siap dan duduk di tribun sibuk memainkan ponselnya, dan kawan-kawannya yang lain sibuk dengan jajanan yang Azzura bawa.
Siang ini, Azzam ada jadwal latihan basket. Cowok itu selalu malas jika sudah harus latihan, kalau bukan karna adiknya yang selalu mengadu pada Mamanya, tidak mungkin Azzam ada di lapangan basket siang ini.
"Zam, murid lo noh," kata Rasya yang langsung membuat Azzam mendongak cepat.
Nah, ini yang membuat Azzam malas. Harusnya ia masih ikut latihan dengan yang lain, bukan jadi pelatih. Apa lagi pelatih basket putri.
Azzam benci dengan hal berisik dan para cewek-cewek disana, ikut basket bukan karna bisa dan mau, tapi karna ada dirinya. Cih!
"Lo aja, suruh pemanasan dulu," jawab Azzam cuek lalu kembali menatap layar ponselnya.
Rasya menatap Niko senang, bagaimana tidak, ini sebuah rezeki untuknya.
"Nik, ayo gas," kata Rasya dengan senyum dan alis yang ia mainkan naik turun.
"Gak pake nolak gue," jawab Niko yang kemudian menyusul Rasya yang sudah berlari lebih dulu masuk kedalam lapangan.
Melihat itu, Azzura hanya bisa geleng kepala. Ia tidak tau kenapa dua temannya itu suka sekali dengan perempuan, dan Abangnya Azzam selalu menolak mereka yang di sebut, perempuan.
"Bang, udahan napa mainnya. Latihan sana, gue aduin Mama nih," ancam Azzura seperti biasa.
Azzam melirik Azzura, bukannya takut, Azzura malah menatap balik Azzam dengan pelototannya.
"Apa, mau marah sama gue? Berani sama anaknya Mama Aya, hah?" tantang Azzura dan Azzam kembali memalingkan wajahnya.
"Bang!" sentak Azzura lagi karna ucapannya tak di jawab oleh Azzam, cowok itu malah sibuk menatap ponsel yang di taruhnya diatas paha lalu Azzam meminum air dari botol yang ia bawa tadi.
"Ck! Iya elah, sabar napa sih?" kesal Azzam karna punya adik yang berisiknya bukan main.
Kadang Azzam bisa sayang sekali pada Azzura melebihi sayangnya pada diri sendiri, tapi jika seperti sekarang, kadang Azzam kesal sendiri di buatnya.
Bahkan ia menyesal kenapa di lahirkan kembar, kenapa tidak anak tunggal saja. Pikiran itu pernah terlintas di otak Azzam. Tapi hanya sebentar, karna setelahnya, Azzam tanpa Azzura akan sangat hampa.
Azzam bersiap turun dari tribun, tapi saat ia baru saja berdiri, suara seseorang yang menyebut namanya lantang membuat Azzam berhenti melakukan kegiatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azzam
Teen Fiction"Zam, mau gak jadi pacar aku?" "Enggak!" "Kalau sama aku pasti mau 'kan, Zam?" "Enggak juga." "Kalau semua kamu tolak, kamu mau sama siapa?" "Sama dia yang mirip nyokap gue dan bisa bikin 'Jagad' gue berhenti." Semua gadis di sekolahnya ia tolak, ta...