Terjebak!

301 26 5
                                    

'Enggak semua cewek itu berisik, enggak semua cowok itu cuek. Kadar porsi orangnya aja yang beda.'

'Senja'

🍂🍂🍂

Azzam masih terus berjalan mengikuti Senja yang sejak tadi hanya diam.

Cowok itu memperhatikan Senja dari belakang, mulai dari atas sampai bawah. Rambut hitam kecoklatan yang lurus di ikat tinggi ke belakang, pakaian rapi dan tidak ada tanda jika pakaian itu sengaja di kecilkan pun nampak jelas.

Entah kenapa Azzam merasa berbeda dengan gadis di depannya. Tidak ada pekikan histeris, pujain berlebihan, juga tangan yang bergelayut manja di lengannya.

Semuanya berjalan senatural mungkin. Bahkan, untuk sekedar sok dekat saja, Senja tidak melakukan itu.

Azzam terus memperhatikan Senja, sampai ia tak sadar jika Senja dan dirinya sudah sampai di depan pintu perpustakaan.

"Zam, belajar disini aja gak apa 'kan? Kalau di Lab. takut nanti kita kurang bahan, biar enggak bolak balik."

Azzam yang tadi tidak fokus dengan Senja jadi tersentak tapi dengan cepat ia menormalkan wajahnya agar nampak biasa saja.

"Hm," jawab Azzam hanya dengan gumaman saja dan angguka kepala.

Mendengar jawaban Azzam, Senja tersenyum lalu mengangguk. "Perfect."

Deg!

Azzam mengerutkan keningnya, satu tangannya ia angkat lalu ia bawa ke arah dadanya.

Kenapa malah ngerasa aneh disini? Batin Azzam karna merasa degupan tak jelas di dadanya.

Mengabaikan itu, Azzam kembali melangkah mengikuti Senja yang sudah lebih dulu masuk kedalam perpus.

"Eh, Azzam? Tumben Zam, mau pinjem buku?" tanya Bu Ina yang melihat Azzam masuk kedalam perpus.

Meski Azzam tergolong murid cerdas, tapi cowok itu memang jarang sekali datang berkunjung ke perpustakaan, beda dengan murid teladan lainnya yang menggunakan perpus sebagai tempat aman buat mereka.

Azzam hanya mengulas senyum tipis kemudian mengangguk. Sama sekali tidak ada kata yang terlontar dari mulutnya. Sejauh ini, Bu Ina sudah cukup paham dengan Azzam, jadi ia tidak pernah mempermasalahkan hal itu.

"Azzam, disini," panggil Senja yang sedikit tertahan karna tak bisa bicara leluasa.

Azzam yang mendengar suara Senja menoleh cepat pada sumber suara, ia melihat Senja yang sudah mendapat tempat duduk cukup jauh di belakang, pojok rak buku terakhir.

Cowok itu hanya mengangguk kemudian melangkah pasti ke arah Senja. Tentu saja karna perpustakaan ramai, banyak yang melihat kehadiran Azzam di sana dengan tatapan tak percaya, bahkan tak percaya jika Azzam datang dengan siswi teladan yaitu Senja.

Sudah jadi kebiasaan Azzam mengabaikan tatapan kagum dari setiap siswi di sekolahnya, termasuk seperti sekarang. Ia makin mempercepat langkahnya menuju Senja kemudian duduk dengan tas yang ia banting di meja.

"Berisik!" desis Azzam dengan tatapan tajam.

"Astaga!" pekik Senja yang kaget dengan bantingan tas milik Azzam di atas meja.

AzzamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang