Suatu hari, ada seorang wanita duduk bersandar di bawah pohon mapple. Ia duduk tersimpuh sambil membaca novel romansa kesayangannya.
Sedang asik membaca, angin lembut menyapu pipinya hingga membuat daun mapple berguguran. Namun, ia dikejutkan dengan sebuah daun yang tepat jatuh di atas bukunya.
Ia mengambilnya, mengangkatnya, dan menutupi cahaya mentari yang melewati celah dedaunan pohon mapple. Dipejamkannya salah satu mata, membuatnya bisa lebih fokus menatap cahaya itu. Senyuman tipis tergurat membentang menghiasi pipi meronanya.
Kring! Kring! Kring!
Bel sekolah pun berbunyi menandakan waktunya ia beranjak kembali ke kelas. Setelah menyapu rok yang dikenakannya, ia berjalan menuju kelas.
Ketika melewati tangga menuju lantai 3, nampak beberapa lelaki turun terburu-buru menuju lantai 1. Saat hendak berputar dan menaiki anak tangga, seseorang menabrak pundaknya.
Waktu seakan melambat ketika dua pasang mata itu bertemu. Namun, keduanya saling diam dan melanjutkan langkahnya.
Baru saja beberapa anak tangga dilalui, ia penasaran dan menengok ke bawah dimana lelaki itu lari terburu-buru menuruni tangga. Merasa sesuatu yang berbeda, ia terus memandangi lelaki itu hingga tak tampak lagi.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Let The Air Run
ContoSepenggal kisah romansa bagi para pejuang cinta mengarungi padang kasmaran