After Be Ex 3

35 6 0
                                    

Pagi ini gue melangkah dengan ringan turun dari mobil menuju kelas dan tentunya di temani oleh musik dari aplikasi radio spoon yang mengalir ke telinga gue melalui aerphonen. Selain sarapan asupan lagu bernada rendah wajib gue santap untuk membaikkan mood di pagi hari.

"Bahagia banget paginya mbak" ujar Arkan .

Gue yang sedang menari-nari kecil di koridor langsung terhenti dan membuang pandang , malu. Arkan terkekeh kecil.

"Lo ternyata lucu juga kalau kepergok gini, dengarin lagu apa sih sampe joget-joget gitu ? K-Pop?" Tanya Arkan.

"Kagak , gue dengar lagu ... Lo mau dengar?" Gue membuka aerphone sebelah kanan dan memberikannya pada Arkan.

Arkan sedikit menunduk karena memang Arkan itu tingginya 25 cm di atas gue. Arkan diam menikmati alunan lagu yang yang di putar penyiar spoon .

"Lagu galau?" Tanya Arkan Tidak percaya. Gue mengangguk semangat.

" Iya , tapi gue nggak lagi galau kok. Enak aja gitu dengarin nya pagi-pagi gini" jelas gue supaya Arkan tidak smengira gue jadi sadgirl karena lagu yang berjudul mantan terindah itu.

Arkan hanya mengangguk-angguk dan ikut menyanyikannya . Gue menatap Arkan ternyum tipis. Menurut kalian mungkin gue bodoh karena menyia-nyiakan lelaki sebaik dan setampan Arkan .

Arkan punya senyum yang manis dan juga lucu karena matanya berubah menjadi bulan sabit. Arkan memiliki lesung pipi di pipi sebelah kirinya , matanya yang selalu berseri-seri membuatnya selalu hangat dan nyaman untuk dipandang.

"Lama banget natapnya mbak . Ntar suka benaran loh" ucap Arkan , " nggak papa deh lebih baik begitu"

"Ha?" Pipi gue memanas dan berusaha untuk menetralkannya . Duh kok jadi degdegan di tatap dalam begini sama Arkan .

" Emang Lo nggak capek nunduk gitu . Berdiri aja kali . Tali aerphone gue panjang" ujar gue dengan modus mengalihkan pembicaraan.

Arkan menegakkan badannya dan memang betul prediksi gue tadi aerphone itu
emang panjang , sehingga tidak membuatnya meregang dan tetap melekat dengan nyaman di telinga kami.

Kami menakutkan perjalanan walaupun beda kelas tapi kelas kami tetap satu koridor.

"Suara dengarkan aku ..
Apakabarnya pujaan hati ku "

Gue menatap Arkan yang tengah bernyanyi dengan pelan. Aduh kok jadi gini sih , padahal dulu-dulu kami kayak gini biasa aja.

"Lo ternyata suka musik juga ya?" Tanya gue .

"Untuk refreshing aja"

"Lo bisa main gitar atau alat musik yang lain gitu?" Tanya gue .

"Kenapa ? Mau gue nyanyiin?" Tanya Arkan menatap gue dari samping .

Gue menautkan alis dan menggeleng seraya berkata " kalau bisa , kapan-kapan ajarin gue boleh dong"

"Kirain mau dinyanyiin , yaudah atur waktu aja biar gue ajarin" jawab Arkan.

Langkah kami terhenti di depan pintu kelasnya dia . Arkan 12 MIPA 1 , letak kelas kami seperti Sabang dan Merauke . Setiap satu koridor ada lima kelas.

"Gue duluan ya " pamit Arkan sebelum masuk kedalam kelasnya . Gue mengangguk dan mengintip sedikit kedalam kelas, belum ada siapa-siapa didalam kelas 12 MIPA 1.

Setiba di kelas gue menduduki bangku kekuasan gue dan mengeluarkan sebuah novel yang kemarin gue beli di Gramedia. Buku itu berjudul "Mantan."

🐙🐙🐙

After We Be ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang