After be Ex 1

50 8 4
                                    

"Priska!"

Gue membalikkan badan, Arkan berlari kecil kearah gue dengan senyum tipisnya. Arkan Febrian, teman satu organisasi gue di ekstrakulikuler Jurnalistik. Selain itu Arkan juga bisa dibilang salah satu sahabat cowok gue.

"Iya kenapa Ar?" Tanya gue .

Jujur sebenarnya gue agak kesel sih karena ditilang Arkan di koridor sekolah , padahal pengen cepat-cepat pulang.

"Tadi gue udah nyari lo ke kelas . Eh, ternyata lo udah duluan keluar kelas."Ujar Arkan,"bisa temanin gue ke tokoh buku nggak? Sekalian beli peralatan untuk mading"

Gue mikir sejenak,"lama nggak? Soalnya Ibu juga minta gue nemanin beliau ke rumah temannya"

"Emang lo perginya jam berapa?"

"Jam 7 sih"

"Enggak lama kok , ntar kita langsung pulang aja kalau udah nemu semua bahannya, gimana?"

"Boleh deh , lagian yang megang uang kan gue, tapi ntar pulang gue nebeng lo ya" Ujar gue dengan senyum lebar .

"Iya boleh."

Gue dan Arkan mengelilingi Gramedia mencari kertas kado, spidol dan bahan mading lainnya.Mumpung sedang ada di Gramedia gue mau beli novel baru ah. Tiba-tiba mata gue tidak sengaja menangkap sosok cowok yang mirip banget dengan Aksa sedang bercanda dengan cewek lain. Gue menyipitkan mata untuk memastikannya .

"Priska!" Panggil Arkan .

"hah? Iya ?" gue menatap Arkan yang sudah berada disamping kanan.

"Lo mau beli novel ?"Tanya Arkan.

"Ar , coba lihat deh , itu Aksa nggak sih? Apa gue halu? Tapi dia mirip banget sama Aksa" Ujar gue menunjuk dua sejoli itu dengan dagu.

"kayaknya sih iya , itu pacar barunya? Emang lo nggak tahu?"Tanya Arkan.

Gue mengerucutkan bibir, lalu mengangkat bahu sebagi jawaban dari pertanyaan Arkan tadi. Gue kembali fokus mencari novel yang ingin dibeli, meskipun pikiran gue udah berkelana entah kemana. Aksa atau tidaknya, itu bukan urusan gue lagi .

"Pris"panggil Arkan.

"Hm?" gue bergumam dan melirik Arkan.

"emang lo nggak ada niatan cari yang baru? Gue siap kok"

"hah?Maksudnya? Lo siap ngapain?"Tanya gue heran.

Arkan tersenyum simpul, "gue siap kok jadi pengganti Aksa."

Gue diam karena nggak tahu harus jawab apa dan itu cukup mengejutkan. Setahu gue Arkan emang jomblo dan dia juga sempat bercerita kalau tidak salah sedang menunggu seseorang . Jangan bilang..

"Orang yang gue tunggu itu emang lo , Priska" Ujar Arkan seakan tahu apa yang ada didalam pikiran gue .

"Ar, gue nggak tahu harus bilang apa. Jujur gue kaget. Sorry, gue belum bisa dan lo tahu sendiri kalau gue sama Aksa itu udah pacaran 3 tahun. Untuk mencari pengganti dia nggak semudah itu . Please jangan kecewa dan gue harap lo ngerti posisi gue sekarang" ujar gue sehati-hati mungkin agar tidak menyinggung perasaan Arkan .

"Iya gue ngerti. Gue nggak bakalan maksa lo kok dan Gue Arkan bakalan sabar nungguin lo"

^^^

"Kamu sama Aksa udah baikan, Ai?" Tanya ibu saat kami sedang makan malam di meja makan. Tadi ibu nggak jadi pergi kerumah temannya. Kata ibu besok pagi saja karena badan beliau juga sedang tidak enakan untuk keluar malam.

"Udah sih bu, malahan dia kayak ngasih aku harapan gitu. Udah hangat lagi sikap dia kayak biasa. Aku digangguin mulu sama dia, padahal udah jadi mantan"

After We Be ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang