Bab 13: Pertemuan Dengan Dimas

1K 38 3
                                    

Dewi sudah selesai dengan kelasnya, ia pun langsung bergegas untuk kembali pulang ke kost. Tapi begitu Dewi melewati gerbang depan kampus, Dimas menghampirinya dengan berlari.

Pria tinggi berkulit putih itu berdiri di sebelah Dewi yang juga sedang berdiri untuk menunggu bus.

"Kamu nunggu siapa?" tanya Dimas.

"Nunggu bus. Kenapa emangnya?" jawab Dewi.

"Oh nggak apa-apa. Hmm... cuma mau kasih ini." Dimas memberikan sebuah kertas yang terlipat ke tangan Dewi secara sembunyi-sembunyi.

"Apa ini?" tanya Dewi sambil tersenyum.

"Simpan aja. Sampai ketemu nanti malam." ucap Dimas sebelum kembali masuk ke dalam kampus dengan berlari.

Ucapan Dimas barusan membuat Dewi penasaran dan langsung membuka isi dibalik kertas itu. Betapa senang hati Dewi begitu melihat sebuah tulisan yang bertuliskan sebuah nama cafe dan sebuah jam.

'Re-cafe. 7 PM.' begitu yang tertulis di kertas itu, ditambah sebuah nama Dimas yang tertulis dibawahnya yang berarti ia ingin bertemu dengannya malam ini.

Perasaan Dewi sangat senang. Ia tidak bisa menyembunyikan ekspresi itu. Bahkan ketika ia naik bus, ia tetap tersenyum bahagia.

Sesaat sebelum bus berjalan, Dewi melihat Dimas baru keluar lagi dari kampus, kali ini ia sambil mengendarai motor besarnya bersama Ratih yang dibonceng dibelakang sambil memeluknya.

Ratih terlihat sedang menceritakan harinya pada Dimas namun Dimas seperti tidak menyimaknya. Kedua matanya terpaku pada perempuan cantik yang sekarang sedang berada di dalam bus. Lewat helm fullface-nya dengan kaca yang terbuka, ia mengedipkan satu matanya begitu melihat Dewi tersenyum di dalam bus kepadanya. Dewi pun membalas dengan lambaian tangan saat bus yang ia tumpangi mulai berjalan.

"Babe!" panggil Ratih sambil menepuk bahu Dimas. Dimas terkejut dan tersadar dari lamunannya.

"Kamu lagi ngelamunin apa sih?" tanya Ratih.

Dimas tidak menjawab dan langsung menutup kaca helmnya lalu melajukan motornya.

Sepanjang perjalanan Ratih masih dibayangi rasa penasaran. Ia belum bisa tenang sampai tahu apa yang sedang dipikirkan oleh pacarnya tadi.

"Hei." Ratih kembali menepuk bahu Dimas. "Kamu belum jawab pertanyaan aku yang tadi."

"Aku kepikiran sama tugas-tugas aku." jawab Dimas berbohong.

"Ya, bayar teman kamu dong buat kerjain. Biasanya kan juga gitu."

"Ya sih. Tapi aku kepikiran buat coba kerjain itu sendiri."

"Kenapa tiba-tiba jadi mendadak rajin begini?"

"Ya, biar gimana pun aku juga harus ngerti sama apa yang aku kerjain, babe. Nanti malam kita nggak usah ketemu dulu ya. Aku mau fokus kerjain tugas."

"Ya udah aku temenin kamu aja. Siapa tahu aku bisa bantuin kamu."

"Jangan! Ehm.. maksud aku nggak usah. Aku kan mau fokus, babe. Nantui kalau kamu sama aku, aku takut fokusnya terbagi. Okay?"

"Ya udah. Okay."

Ratih merasa aneh dengan sikap Dimas. Tidak seperti biasanya dia seperti ini. Ratih sengaja berpura-pura percaya padanya, ia tahu sedang dibohongi oleh Dimas. Tapi apapun yang direncanakan Dimas malam ini, akan dia coba selidiki diam-diam.

Hari sudah berganti malam. Dewi datang ke cafe lima menit sebelum jam yang dijanjikan Dimas. Ketika tiba disana, Dewi menjadi pusat perhatian semua orang di cafe walaupun pakaian yang ia kenakan tidak terlalu istimewa ataupun terkesan mahal, tapi semua itu karena daya tarik pelet pemikatnya yang ternyata bukan hanya memikat Dimas tapi semua orang.

Setelah menunggu sekitar dua menit di tempat duduknya, Dimas pun datang dengan pakaian yang simple namun cukup membuat Dewi terpesona. Celana levis dan kaos hitam yang ditutupi dengan jaket kulitnya.

"Udah lama?" tanya Dimas.

"Belum kok. Baru aja sampai." jawab Dewi sambil tersenyum. Dan senyuman itupun dibalas oleh Dimas.

"Ada apa ajak ketemu disini? Mau minta tolong kerjain tugas lagi?"

"Oh, bukan. Kok kamu ngiranya begitu."

Dewi tertawa kecil. "Kan dulu kamu pernah minta tolong aku kerjain tugas kamu."

Dimas pun tertawa. "Okay, sebelumnya aku minta maaf dan sekaligus mau ngucapin terima kasih karena kamu dulu sempat aku repotin untuk kerjain tugas aku. Tapi aku ajak kamu kesini bukan karena itu."

"Jadi?"

"Aku cuma mau kenal lebih dekat aja sama kamu." ucap Dimas.

"Okay. Terus?"

"Sejak perkenalan tadi di kantin, aku terus mikirin kamu, Wi. Dan aku berpikir perasaan ini jarang banget terjadi sama aku."

"Perasaan apa maksudnya?"

"Aku suka sama kamu, Wi."

Dewi bersikap tenang tapi didalam hatinya ia senang bukan main. Dan Dewi pun tidak menyangka efek dari pelet pemikat itu bisa secepat ini.

"Jadi aku mau kamu jadi pacar aku." pinta Dimas.

"Tapi kamu ada Ratih, Dim. Dan aku dengar umur hubungan kalian masih baru banget."

"Itu urusan gampang. Aku bisa putus dengan dia. Tapi aku butuh jawaban kamu dulu, Wi. Kamu mau atau nggak?"

Ini adalah momen yang paling ditunggu Dewi selama ini. Sangat bodoh untuknya jika dia menjawab tidak. Tapi Dewi bersikap untuk tidak murahan di depan Dimas.

"Aku akan kasih jawabannya setelah aku tahu kamu udah putus sama Ratih. Gimana?"

Dimas terlihat kecewa dan termenung.

"Tapi kamu bisa jadikan aku sebagai pacar rahasia kamu."

Dimas kembali menatap Dewi dengan perasaan bahagia.

"Setidaknya sampai kamu putus hubungan sama dia. Aku mau tahu sampai kapan kamu bisa merahasiakan hubungan kita ini."

"Oh.. Kamu bikin permainan. Okay siapa takut." kata Dimas sambil tertawa.

Dimas mengulurkan tangannya untuk berjabat. Dewi pun menjabat tangannya tapi Dimas menarik tangan Dewi lalu mencium tangannya. "Deal, my secret girlfriend." ucap Dimas setelah itu. Dewi pun tersenyum padanya. Lalu mereka berdua tertawa bersama setelahnya.

PELET PEMIKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang