Rendi buru-buru masuk ke dalam kamar untuk menenangkan burungnya, wajahnya memerah karena malu terciduk seperti itu. Burungnya menegang begitu saja karena pikiran Rendi memikirkan yang aneh-aneh saat melihat tubuh Alea yang begitu seksi.
Alea menyusul Rendi ke dalam kamar, menutup pintunya dan bersandar disana. "Daddy terangsang ya liat aku?" Rendi memunggungi Alea, ia tidak berani melihat ke arah gadis itu. "Dad, look at me." ujarnya sembari menunggu Rendi mau berhadapan dengannya.
Namun, Rendi masih tetap memunggungi Alea karena burungnya masih enggan tertidur. Batang panjang itu masih betah berdiri tegak beriringan dengan pikiran Rendi yang kotor.
"Daddy!" Alea meraih pundak Rendi dengan wajah yang cemberut, handuk yang terlilit di pinggang pria itu masih terangkat karena sesuatu dibaliknya sedang terbangun. "Tell me what should i do to make 'this thing' sleep well?" tanya Alea dengan wajah polosnya.
Rendi menggeram pelan saat tangan Alea meremas kejantanannya yang masih ditutupi handuk. "Sweety, memangnya kamu sudah siap?" tanyanya memastikan. Bukannya menjawab, Alea malah bertanya balik. "Siap untuk apa? By the way, burung daddy besar ya? Dikasih makan apa?" Alea tersenyum dengan konyolnya, entah otaknya masih waras atau tidak karena instingnya malah menitah tangan gadis itu untuk meremas-remas kejantanan Rendi.
"Kalau di emut enak kaya permen ya?"
Rendi bingung dengan pertanyaan-pertanyaan gadis di hadapannya itu. Ia betulan polos atau hanya pura-pura polos dan berusaha menggodanya? "What did you mean, sweety? Kenapa kamu polos begini? Kamu belum pernah berhubungan intim sama lawan jenis?" Tangan Alea melepas genggamannya, membuat Rendi mendesah kecewa karena baru saja merasakan kenikmatan dibawah sana kini malah dilepas begitu saja.
"Aku gapernah disentuh sama lawan jenis, pacaran aja bisa diitung jari kayanya. Itu juga gatau bisa disebut pacaran atau ngga, i never had sex with anyone else." terdengar nada sendu dari perkataan Alea. Rendi yang mendengarnya malah tersenyum senang karena itu artinya Alea masih perawan dan ia akan menjadi pria pertama bagi Alea.
"Wait, daddy mau pake baju dulu."
"Kenapa harus pake baju? Burung daddy masih bangun, kasian nanti kalau ga ditidurin malah stress."
"Dia bakalan baik-baik aja, tidurinnya lain kali aja. Atau, kamu mau bikin dia tidur sekarang?"
. . .
Rendi benar benar tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini, rasa nikmat dan senang menjalar menjadi satu di tubuhnya. Serasa seperti ada listrik yang mengaliri saraf-sarafnya.
Alea mengulum kejantanannya!
Catat, gadis itu benar-benar melakukan blow job hanya karena ingin mencoba meniduri burung yang terbangun itu.
"Sweety, arghh!"
Alea mengulum ujung kejantanan Rendi seperti seorang anak kecil mengulum permen lolipop. Menjilati kepalanya, lalu mengulumnya lagi. Belum lagi wajah Alea yang mulai bercucuran keringat karena belum mau berhenti melakukan aksinya.
"How does it is feels like?" tanya Alea dengan tatapan mata yang sedikit nakal, "It feels so nice, sweety." Rendi mengangkat tubuh Alea ke atas pangkuannya, mengecup bibirnya dan melumatnya pelan. "Saya kira kamu polos dan gatau apa-apa, tapi baru beberapa hari kita tinggal bersama kamu malah kulum dia."
Alea menggigit bibirnya, bukan untuk memberi kesan seksi tapi ia mendadak merasa ragu dan malu atas apa yang diperbuatnya. "I'm sorry, dad." ucapnya sedikit bergetar. "Ada apa? Kenapa kamu minta maaf?"
"Aku malu, kenapa aku kaya gitu tadi?"
"It's fine, totally fine. You're doing great, i love it."
Rendi membawa Alea ke dalam pelukannya, mengecup keningnya dan kedua matanya. "Kenapa harus malu? Saya ga mempermasalahkan soal tadi, kamu masih harus banyak belajar dan beradaptasi sama saya."
"Kalau daddy bosen sama aku gimana? Bosen karena aku yang polos gini gabisa ngapa-ngapain." Rendi tersenyum lembut, tidak bisa apa-apa bagaimana gadis itu? Perlakuannya tadi pada kejantanan Rendi saja sudah termasuk hal luar biasa untuk seumuran gadis itu. Hampir saja Rendi mau keluar, tapi Alea menghentikannya. Walaupun merasa sedikit kesal tapi Rendi memaklumi karena Alea masih belum terbiasa melakukannya.
Mungkin tadi isi otaknya sedang konslet.
"Don't be afraid, okay? Lama kelamaan juga kamu terbiasa dan belajar semuanya. Saya juga gamau terburu-buru, kalau kamu siap baru kita lakukan."
Alea menelusupkan kepalanya ke lekukan leher Rendi, menghirup aroma maskulin yang begitu kuat. Aroma yang sekarang menjadi aroma kesukaan bagi gadis itu. Entah ia harus merasa beruntung atau bagaimana, tapi saat ini ia bersyukur dipertemukan oleh Rendi.
Si sugar daddy baik hati, baik hati karena memberi kenyamanan dan baik hati memberikan karu atm yang isinya tidak usah diragukan lagi.
"Daddy ga akan bikin kontrak sama aku?" tanyanya tiba-tiba. Tubuhnya masih berada di atas paha Rendi sembari memeluk tubuh besar pria itu. "Kontrak buat apa? Kita gabutuh kaya gitu, atau kamu mau kita buat kontrak aja? Kamu merasa dikekang sama saya?"
Alea menggeleng, "Bukan gitu, maksud aku tuh kita ga ada perjanjian atau peraturan apa-apa? Biasanya hubungan sugar daddy and baby sugar selalu ada perjanjian dan peraturan." Rendi berpikir sejenak, mempertimbangkan apakah harus mereka membuat seperti itu juga?
"Nanti saya pikirkan lagi, untuk saat ini kita fokus buat saling nyaman dulu."
Fokus buat saling nyaman dulu, katanya.
Fokus, ya fokus.
Setelah cukup lama berdiam diri, Alea menemukan ide untuk melakukan sesuatu bersama Rendi. "Kita main tanya jawab aja, gimana? Biar aku tau apa yang bikin daddy nyaman."
"Boleh, ladies first kalau gitu."
Alea menegakkan tubuhnya, sembari berpikir mengenai pertanyaan apa yang akan diberikan kepada Rendi. "Daddy suka gaya apa?" tanyanya blak-blakan, membuat Rendi tertawa dan merasa gemas kepada Alea. "Why you're so cute? Tingkah polos kamu malah bikin saya pengen serang kamu sekarang juga." Alea mengerucutkan bibirnya, "Sabar dong! Katanya harus fokus buat nyaman satu sama lain, gimana sih?!" protesnya.
Bibir Alea mendapat hadiah kecupan singkat dari Rendi, sepertinya Alea sudah mulai terbiasa untuk kecupan-kecupan yang diberikan pria itu. Untuk sesuatu yang lebih, ia masih harus mempersiapkan mentalnya.
"I'm sorry, saya gemes aja abisnya. Saya jawab ya, saya suka gaya apa aja asalkan mainnya sama kamu." Pipi Alea merona merah dan degup jantungnya mendadak lebih cepat dari biasanya. "Tuh, gimana saya ngga gemes kalau kamu bertingkah kaya gini? Tadi yang kulum burung saya itu kamu, masa masih malu?"
Alea semakin memerah dibuatnya, otaknya kembali memutar kejadian tadi dimana ia dengan nakalnya main mengulum kenjantanan Rendi seperti dirinya sudah mahir saja.
"Abisnya daddy bikin aku malu aja, yang tadi gausah diinget-inget deh. Kayanya otak aku lagi ga bener tadi," ucapnya masih dengan pipi yang memerah.
"Kalau gitu otak kamu ga bener aja terus biar saya dibuat nikmat kaya tadi, gimana?" Alea mencubit perut Rendi, membuat pria itu mengaduh kesakitan. "Males ah, gajadi main tanya jawabnya."
"Kalau main tanya jawabnya gajadi, kita main kuda-kudaan di ranjang aja gimana? Lebih seru, menantang, dan nikmat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Issues | 17+
General FictionAlea harus berjuang menafkahi dirinya sendiri, dan pilihan valid yang harus dipilihnya adalah menjadi partner ranjang seorang sugar daddy. #5 on adult at Jan29th 2021 #1 on Indonesia at Feb2nd 2021 #2 on 17 at Feb2nd 2021 #3 on woman at march31st 20...