13; Caranya?

12.7K 467 13
                                    

Alea langsung mematikan panggilan secara sepihak, ia berpikir sejenak mengenai perkataan Merlin tadi. Apa Rendi memiliki kekasih? Atau permainan ranjang yang diberikan Alea kurang memuaskan jadi pria itu mencari sugar baby baru?

"Gue samperin Merlin aja kali, ya?"

Alea tidak mau menyimpulkan sesuatu secepat itu, tapi Merlin bilang mereka bergandengan tangan. Saat mendengar Merlin berkata begitu, Alea merasa hatinya sakit. Selama berbulan-bulan tinggal bersama, bohong jika Alea tidak menaruh perasaan pada Rendi.

Cara pria itu memperlakukannya, cara pria itu memandang dan menyentuhnya selalu membuat Alea merasa nyaman. Alea merasa ada yang mau melindunginya, dan Rendi-lah orangnya.

Tidak mau memikirkan terlalu larut, Alea mematikan televisi dan segera mengganti pakaiannya. Tadi, Merlin bilang melihat Rendi di Hotel Jasmine dimana hotel itu dekat dengan restoran tempat Merlin bekerja.

. . .

Merlin sedang membersihkan meja-meja yang baru saja digunakan oleh tamu-tamu penting, restoran tempat dirinya bekerja tidak pernah sepi pengunjung apalagi restoran ini adalah tempat makan bintang empat.

Restoran ini sering dipakai untuk acara penting karena tempatnya yang luas. Walaupun bintang empat, gaji menjadi tukang bersih-bersih tidaklah besar. Tapi setidaknya cukup kalau hanya untuk membiayai satu sampai dua orang per bulan.

Merlin bisa saja meminta uang pada Ibunya, yang dimana uang ibunya cukup banyak kalau hanya membiayai Merlin saja. Tapi, Merlin tidak mau menjadi anak manja yang bisanya meminta karena sedari kecil hidupnya susah maka ia harus belajar mandiri untuk bisa membiayai diri sendiri.

Makanya, ia memilih untuk bekerja paruh waktu di restoran bintang empat tersebut. Gajinya lumayan untuk membiayai dirinya sendiri, malah terkadang ia juga menabung sebagian gajinya jika sewaktu-waktu Ibunya tidak memiliki uang lagi.

Hidup di dunia memang sulit, menjadi manusia itu sulit. Semakin dewasa, beban hidup akan terus bertambah. Hanya orang-orang kuat fisik dan mental yang bisa melewatinya, sama halnya seperti Merlin dan Alea. Mental mereka seperti baja, mau hidup jatuh sejatuh-jatuhnya pun mereka tetap bisa berdiri sampai saat ini.

"Merlin!"

Suara Alea terdengar begitu nyaring, para pengunjung resto sampai melirik ke arahnya. Untung saja anak itu sekarang sudah tidak lusuh, jadi tidak terlihat seperti orang pinggiran yang mau mengajak ribut.

"Eh, lonte! Kemana aja lo?!" Merlin dengan histeris menghampiri Alea, mereka berpelukan tanpa peduli dengan tatapan aneh orang-orang. "Anjing, kangen banget gue!" Alea mengangguk semangat, "Gue juga kangen, cari meja dah buat ngobrol."

"Tapi kan gue lagi kerja ini, bisa dipecat gue kalau ngobrol sewaktu jam kerja."

"Santai aja, biar gue yang urus."

Alea berjalan ke arah ruangan manager resto, sepanjang langkahnya ia ditatap oleh hampir seluruh karyawan resto karena penampilannya yang sangat berubah. Tidak ada lagi tampilan gadis yang lusuh.

"Permisi," Pintu ruangan itu terbuka, memperlihatkan manager resto yang sedang sibuk dengan komputernya. "Ya.. Alea?!!" Merlin hampir saja meledakkan tawanya kala melihat bosnya yang buncit itu terkejut dengan kehadiran Alea.

"Pak, saya pinjem Merlin nya dulu. Ini kartu saya," Alea mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam. Kartu itu biasa disebut black card yang biasa digunakan orang kalangan atas untuk membayar sesuatu ataupun menunjukkan identitas bahwa dirinya ada di golongan orang-orang kaya.

Bukan hanya kaya, tapi sangat-sangat kaya.

Mantan manager nya itu melebarkan matanya tidak percaya, kartu hitam itu benaran ada di tangan Alea. Kartu hitam yang biasa dipakai beberapa tamu penting disini.

"I-iya, boleh-boleh. Bawa aja Merlinnya," ujar manager itu gelagapan.

Alea tersenyum, "makasih ya Pak." Setelah mendapat izin untuk membawa Merlin di jam kerjanya, mereka langsung mencari meja yang pas untuk berbincang.

"Gila ye, jadi orang tajir melintir bisa bikin orang gelagapan gitu. Itu kartu nya ada isinya?" Alea menjitak kepala Merlin, "Ada lah, gila! Jangan salah, isinya bisa buat beli negara kayanya." Mereka tertawa, kini keduanya menjadi pemandangan sedap bagi karyawan disana.

"Sekarang aja kita jadi pusat perhatian gini, kaget mereka liat lo tiba-tiba kaya begini. Muka bening, glowing shinning shimmering splendid, badan udah kaya model bokep. Mulus bener, hahaha!"

Alea menggelengkan kepalanya, tidak heran dengan mulut Merlin yang tidak pernah di-filter. "Semua juga karena duit, lo mau cantik harus ada duit. Dulu, gue jelek karena gue miskin. Sekarang karena ada yang biayain, ya gue pake lah buat perawatan. Siapa tau kalau udah ngga jadi sugar baby, gue bisa jadi artis."

"Artis apa? Artis bokep?"

Lagi-lagi mereka tertawa kencang, tidak ada percakapan tanpa istilah seperti itu. Bagi mereka, ini sudah biasa. Toh, lingkungan mereka sekarang juga seperti itu.

"Anjing emang lo, Mer! By the way, lo tadi beneran liat daddy?"

Merlin teringat dengan kejadian beberapa jam lalu, saat dirinya melihat Rendi dengan seseorang masuk ke mobil sembari bergandengan tangan. "Iya, anjir! Gue kira itu lo, gataunya lo ada di apartment dia sendirian. Jangan-jangan dia punya pacar atau lebih parahnya punya sugar baby yang lain? Wah parah, anjing!"

Alea menghela napasnya pelan, volume suara Merlin cukup keras untuk membuat orang lain mendengar obrolan mereka. "Santai dong, anjing! Orang lain bisa denger kita, bego!" Merlin hanya cengengesan, "Sorry sorry, abisnya gue ga abis pikir aja. Gue kira itu lo, gataunya bukan. Kalau dia punya sugar baby lain, gimana?" Alea mengedikkan bahunya, "Gatau, biarin aja deh. Duit gue juga udah banyak dari dia, tinggal cari aja daddy yang lain."

"Eh, tolol!" Merlin menggetok kepala Alea dengan sendok yang ada di meja, "Kalau sugar baby cari sugar daddy yang modelan kaya daddy lo itu susah dapetnya. Sedangkan sugar daddy yang modelan kaya daddy lo, mau modelan kaya si buncit juga itu gampang cari sugar baby yang bening luar dalem. Cowo itu cukup banyak duit aja pasti banyak yang antre walaupun muka kaya tanah liat, tapi kalau cewe mau secantik apa juga kalau bukan tipe si sugar daddynya ya ga akan dipilih."

Alea mengernyit tidak mengerti, "Maksudnya gimana sih?" Merlin mulai menunjukkan raut serius, "Kalau lo ngelepas si sugar daddy yang sekarang, lo bakalan susah dapet yang modelan kaya dia lagi. Emang lo mau dapet daddy-daddy yang buncit? Ngga kan? Makanya kalau bisa jangan sampe dia beralih, bikin dia makin gabisa lepas sama lo."

"Caranya?"

"Singkirin semua perempuan yang ada disekitarnya."

. . .

Halo para pembaca setia Daddy issues! Maaf sekali ya jarang update cerita ini, saya sibuk terus nih. Maaf juga karena jarang berkomunikasi dengan kalian.

Melalui author's note kali ini, saya mau mengucapkan terimakasih kepada kalian yang masih mau membaca cerita ini. Semoga ceritanya tidak membosankan, ya. Happy sunday!

Daddy Issues | 17+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang