11; Kedua kalinya

22K 569 12
                                    

Alea terbangun dengan perasaan yang bahagia, entah kenapa perasaan cemas yang kemarin-kemarin berdatangan seperti hilang begitu saja. Pikirannya juga seperti termuat ulang dan hanya berisi kebahagiaan saja.

"Awh," rasa nyeri di area selangkangannya membuat ia sulit bergerak. "Are you hurt, sweety? Are you okay? Is this hurt?" Rendi yang baru saja kembali dari area dapur merasa panik dan khawatir saat melihat wajah Alea yang merasa kesakitan.

"Nyeri, dad." Pandangan Rendi terpaku pada tubuh Alea yang tidak tertutup pakaian apapun, selimut yang tadi dikenakannya sudah tersingkap.

"I'm so sorry, apa semalam saya terlalu menyakiti kamu?" Terpatri jelas raut takut serta khawatir di wajah Rendi, Alea bisa melihatnya. Betapa gentle dan dewasanya pria itu, ia merasa seperti bersalah padahal Alea hanya merasa nyeri sedikit karena baru pertama kali. "I'm fine, mungkin karena emang baru pertama kali jadinya nyeri gini. Jangan khawatir berlebihan gitu, aku gapapa."

Rendi mengecup bibir lalu kedua mata Alea, "I just scared that you'll hurt because of me last night. Apa kita ke dokter aja? Nyerinya masih ada?" Alea terkekeh seraya mengangguk, "It's okay, dad. Nyerinya ga terlalu, cuma aku kaget aja pas tadi mau duduk sakitnya tiba-tiba ada."

Alea teringat kejadian semalam, ternyata rasanya tidur dengan pria berumur diatas 30 itu rasanya nikmat. Cara pria itu memperlakukannya membuat Alea dimabuk kepayang, pikirannya melayang-layang disaat pria itu masuk ke dalamnya.

"How does it feels last night, does it feels good?" Pipi Alea memerah karena pertanyaan Rendi, tentu saja ia ingat semalam dirinya lah yang memancing pria itu untuk menghabiskan malam panas di ranjang. "Aku gabisa deskripsiin lewat kata-kata, i lost my mind last night. You make me so wet down there," Rendi sudah menduga bahwa gadis ini tidak bisa mengelak kenikmatan yang diberikannya.

"Down there? Where?" Rendi menggodanya sembari memberi usapan-usapan lembut pada perut gadis itu.

"My pussy," jawab Alea dengan nada menantang. Alea rasa nasihat Merlin sangat benar, menjadi agresif juga tidak masalah. Toh, Rendi tidak akan membuangnya hanya karena ia bersikap agresif. "Make me wet again, please," Rendi menghentikan usapannya, tangannya langsung berpindah ke bawah sana.

"Kamu yakin mau lagi? Katanya tadi nyeri," Alea memberi tatapan sensual dan seksi kepada Rendi, selimut yang menghalangi dilempar begitu saja. "Memangnya daddy gamau bikin aku jerit-jerit kaya semalem lagi?"

Gadis kecilnya ini senang sekali menggoda dengan kata-kata nakal dan tatapan seksi seperti itu, Rendi dengan senang hati menjamah tubuhnya.

"Nakalnya belajar darimana, hm?" Rendi menindih tubuh Alea, jarinya sudah mulai bermain di kewanitaan gadis itu. "Ga perlu belajar, aku memang nakal." Rendi menyeringai, "Be bad for me, huh?" Alea mengangguk kecil, ia lanjut menggoda Rendi dengan menjilati ibu jari pria itu yang tadi sedang mengusap bibirnya.

Jilatan itu membuat Rendi sangat bergairah, benar-benar terbakar napsu sampai celananya sesak karena kejantanannya sudah berdiri tegang.

"Wait in here, sweety."

Rendi beranjak dari kasur, ia berjalan ke arah lemari dan membukanya. Disana ada borgol dan beberapa alat seks lainnya yang bisa digunakan Rendi pada Alea. Tapi karena ini masih awal-awal jadi Rendi hanya akan menggunakan borgol juga tali.

Alea pernah menonton adegan BDSM dimana si perempuan menjadi pihak  submisif yang pasrah dan tidak berdaya, tangannya terikat oleh borgol juga tali. Bagaimana rasanya diperlakukan seperti itu?

"It won't hurt, if you obey me." Rendi mulai menunjukkan sisi dominannya sebagai pria, ini juga yang ditunggu-tunggu oleh Alea. Walaupun sedikit takut tapi ia yakin bahwa Rendi tidak akan menyakitinya.

Tangan Alea diikat menggunakan tali lalu tali itu diborgolkan ke tiang ranjang, kedua kaki Alea dibuka lebar-lebar juga diikat ke tiang ranjang. "Don't be scared," ujar Rendi menenangkan Alea.

Setelah ikatannta sudah cukup kencang, Rendi naik kembali ke atas ranjang dan mencium bibir Alea dengan tidak sabaran. Lidahnya memaksa masuk dan mengajak lidah gadis itu untuk saling mengikat. Keduanya berpagutan, menghisap lidah satu sama lain.

Tangan Rendi tidak mau diam saja, ia mengusap pinggang Alea dengan gerakan sensual. Memberi rangsangan yang tidak biasa, "Saya suka kulit kamu, lembut." Pujinya seraya kembali mencium bibir Alea.

"Enghhh," tangan Rendi berpindah tempat tepat di payudara gadis itu. Remasan juga pijatan diberi pria itu agar Alea kian terangsang. Tidak lupa putingnya dipilin, sensasi geli mulai menjalar ke sekujur tubuh Alea. "Mhh, gelihh." Saat pagutan mereka terlepas, Rendi memanfaatkannya untuk mengulum puting Alea yang sudah naik.

"Daddyhhh, ahhh geliii. Umhhh, ahh." Area kewanitaan Alea mulai basah karena pelumasnya keluar, ia kesal sekali karena mudah terangsang karena putingnya yang dikulum habis-habisan oleh Rendi.

"Emh!" Rendi kembali mengunci bibir Alea dengan ciumannya, sedangkan jarinya bermain di lipatan kewanitaan Alea. Area itu terasa basah dan licin, "Dadhh," Alea melepas pagutannya lantaran tidak tahan ingin mendesah.

Rendi senang mendengar erangan dan desahan dari mulut Alea, suara itu seperti penyemangat baginya untuk lanjut ke tahap selanjutnya.

Tanpa aba-aba, Rendi langsung memasukkan ketiga jarinya. Perlakuannya itu membuat Alea tersentak, pinggulnya sedikit naik karena terkejut. "Moaning for me, sweety." Rendi tidak tanggung-tanggung untuk membuat Alea kejang, ia menggerakan jarinya dengan tempo cepat.

Suara antara cairan dan jarinya yang berada di dalam terus terdengar, Rendi tidak mau melambatkan temponya. Disaat Alea ingin keluar, pria itu malah menghentikan pergerakannya. "Dad!" Protes Alea, ia frustasi karena kewanitaannya sudah berkedut hebat ingin mengeluarkan cairannya tapi terhenti karena Rendi yang menjahilinya.

"We'll cum together," Rendi melepas semua pakaian yang ada pada tubuhnya, pergerakannya sangat terburu-buru. Kejantanan pria itu ereksi dengan sempurna, Alea yang melihatnya semakin terangsang dan tidak tahan untuk dibuat menjerit.

"Dad, masukin. Aku ga tahan," ucapnya. Bagian kewanitaannya sudah memaksa untuk dimasuki dan dihentak. Rendi menaruh kejantanannya tepat di tengah lipatan kewanitaan Alea. Jari-jari kaki gadis itu menekuk karena miliknya bersentuhan dengan milik pria itu.

Rendi masih ingin menggoda Alea, ia malah menggesekkan miliknya di tengah lipatan itu tanpa peduli Alea yang sudah sangat frustasi meminta ditiduri.

"Dad, c'mon! Fuck me, please!" Alea menaik turunkan pinggulnya lantaran tidak tahan, gesekan kejantanan Rendi semakin membuatnya gila.

"Begging more, sweety."

"Fuck me, now!"

Rendi tersenyum penuh kemenangan, ia langsung memasukkan miliknya ke dalam sana. Menghentaknya sekali untuk permulaan, "Ahh," dirasa Alea sudah sangat siap, Rendi langsung memulai dengan tempo cepat. Ia juga tidak tahan, ingin pelepasan secepatnya.

Tapi, sayangnya Rendi tidak mudah keluar.  Ia harus menggagahi Alea dengan tenaga ekstra untuk sampai pada orgasmenya. Tidak peduli selelah apapun, Rendi akan membuat gadisnya tenggelam dalam kenikmatan.

"Daddy, aku mau keluar. Mhh, ah ah!"

"Fuck!"

Geraman kasar dari Rendi menandakan permainan mereka berakhir karena sudah mendapati pelepasan masing-masing. Keduanya bersimbah keringat dengan napas terengah, Alea sudah hampir terlelap karena digempur habis-habisan.

Rendi menarik kejantanannya dari dalam, ia melepas semua ikatan tadi dan melemparnya ke sembarang arah. "Lost your mind again, hm?"

Daddy Issues | 17+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang