04

2 0 0
                                    

Saat ini lapangan Galaksi ramai dipenuhi oleh semua siswa. Mereka duduk dikursi yang telah diatur sedemikian rupa oleh sekolah agar terlihat indah dan nyaman.

Saat pertama kali menginjakkan kaki disini, Lili merasa kalau dirinya berada di dunia dongeng karena melihat berbagai macam karakter disini.  Ada yang menjadi nenek sihir,  werewolf, troll, putri kerajaan dan masih banyak lagi.

Sebenarnya kelas Raflesia Arnoldy  pengen kabur dari acara ini. Ini semua gara-gara Taki yang buat malu. Lihatlah betapa hebohnya pria keturunan amerika itu, yang sedang mengangkat lightstick sambil mengepakkan ekor mermaidnya saat penyanyi yang dikenal dengan sebutan BTS itu tampil.

"Gue malu, dugong, " ucap Nathan sambil menutup wajahnya dengan sebelah tangan dan sebelahnya lagi mengangkat lightstick.

"Gila suami gue Jungkook ganteng banget," ucap Putri melihat pria yang bernama Jungkook sedang bernyanyi lagu yang Lili tidak ketahui.

"Cakepan suami pertama sama kedua gue! Taehyung sama Namjoon, " Balas Hana sambil memotret mereka bertiga yang menyanyikan lagu Dynimate dan berhasil membuat suasana lapang menjadi ramai karena mereka yang berjoget mengikuti irama lagu tersebut.

"Gila yah abang gue emang mantep! Foto lah pake hp baru, " sombong Taki sambil menatap Taehyung.

"Bengek gara-gara halu, " sindir Rivaldi.

Lili merasa pusing mendengar musik sekeras ini. Kedua tangan Lili sibuk menutup kedua telinganya yang seperti akan pecah. Keringat dingin mulai membanjiri tubuhnya, dadanya mulai terasa sesak dibarengi dengan dirinya yang mulai sulit untuk mengatur nafas. Lili benci kalau harus berada ditengah-tengah keramaian karena Lili tidak pernah bisa untuk menikmatinya.

Tiba-tiba tangannya ditarik seseorang dan Lili hanya mengikuti orang yang menarik tangannya kemudian membawanya ke arah lift. Kepalanya terasa pusing akibat tidak terbiasa berada ditempat seramai itu. Biasanya kalau ada acara seperti itu Lili lebih memilih menghindar.

Tapi untuk pertama kalinya Lili berada diacara seramai itu akibat paksaan Bara yang menginginkan Lili untuk bisa berbaur dengan yang teman-teman lainnya.

"Kita disini aja, " ucap orang itu membawa Lili kesebuah kursi yang terletak di Rooftop sekolah.

"Kalau gak nyaman bilang Li, " ucap Bara khawatir. Ya, orang yang menarik Lili tadi adalah Bara. Bara yang sadar kalau ada yang tidak beres dengan Lili dengan sigap dirinya langsung membawa Lili menjauh dari keramaian.

Bara tidak mau jika harus melihat kembali Lili berada dalam kondisi berkeringat dingin dan memukul dadanya yang terasa terhimpit sambil menutup telinga hanya akibat mendengar suara televisi bervolume sangat kecil dengan jarak 4 meter padahal Bara saja yang berada disamping Lili saat itu tidak begitu mendengarnya. Karena suaranya memang benar-benar sangat kecil! Bahkan setelah kejadian itu Lili harus masuk rumah sakit dan mendapat perawatan khusus dari seorang psikiater.

Agoraphobia dan Socialphobia merupakan penyakit mental yang Lili derita hingga membuat Bara berusaha untuk menyembuhkannya. Bara hanya ingin Lili bisa berbaur dengan teman-teman sebaya lainnya seperti kumpul bareng, shopping atau hangout bukan terus bersama dengannya. Bukannya Bara merasa kurang nyaman atau keberatan berteman dengan Lili, hanya saja Bara terlalu khawatir!.

Pernah Lili pergi seorang diri tanpa dirinya dan Lili lebih memilih untuk sendirian, tak membiarkan orang lain menyentuh bahkan mengenalnya. Makanya Bara sangat khawatir dengan kesulitan Lili untuk bersosialisasi ini.

Untuk dapat berteman dengan teman sekelasnya saja membutuhkan waktu sati setengah tahun bagi Lili untuk menerima mereka. Bara sangat bersyukur karena disekolahnya menerapkan sistem tidak mengubah penghuni kelas setiap pergantian kelas. Jadi, hal itu memudahkan Lili untuk berbaur dan  mengenal mereka sedikit demi sedikit.

"Gue hanya berusaha nyaman aja Bar! Capek aja harus takut sama keramaian," jawab Lili apa adanya.

Bara menarik tubuh Lili kedalam pelukannya. Mengusap rambut Lili dengan lembut Seperti barang rapuh yang takut hancur kapan saja.
"Tapi gak bisa dipaksa juga Li!  Semuanya butuh proses gak secepat itu!, " ucap Bara melembut.

"Makasih, " gumam Lili membalas pelukkan Bara dan menghirup aroma tubuh Bara yang selalu menjadi kesukaannya. Tiba-tiba Senyum Lili terbit bila mengingat saat dirinya berkata jika Ia sangat menyukai aroma bayi, Bara langsung membeli semua barang yang beraroma Bayi dari Sabun,  shampo, parfum bahkan minyak telon agar dirinya selalu nyaman bila berada dekat Bara.

"Gue beli minum sama makanan dulu,lu diem disini, " perintah Bara dan mendapat anggukan dari Lili.

Lili membenarkan duduknya agar terasa nyaman. Tempat ini menjadi tempat favorit ketika Lili membutuhkan ketenangan untuk menjauh dari keramaian saat ada acara sekolah atau jam istirahat. Hanya berdiam diri dengan pikiran berkelana sambil menikmati hembusan angin dan juga pemandangan kota Bandung. 

Dari atas sini Lili bisa melihat keunikan kota Bandung dengan segala rahasianya. Lili akan memejamkan matanya membiarkan suara lembut mendayu-dayu menyapa gendang telinganya seolah berkata wilujeng sumping.

Kota Bandung sama dengan kota lainnya. Berdamping dengan matahari yang tahu kapan datang dan pergi, membiarkan burung-burung berterbangan sambil berkicau pelepas rindu, berganti langit jingga penghujung waktu penenang jiwa kelabu yang mengakhiri rindu karena tak bisa bertemu. Dan malam berteman cahaya temaram membuat rindu kembali datang akibat pisah yang tak pernah berujung tawa.

Lili menutup matanya saat dia menatap langit berusaha mencari jawaban diantara kebisuan. Bagaimana bumi bisa mengatur kecepatannya untuk berotasi? Bagaimana matahari tahu kapan dia harus datang dan pergi? Bagaimana senja berwarna jingga?  Bagaimana bintang hadir dan menghilang dengan cepat? Seolah semuanya telah disetel oleh semesta dengan sedemikian rupa agar tidak terjadi kesalahan apalagi kerusakan.

Cahaya yang masuk ke retina matanya tiba-tiba terhalang oleh tangan besar yang Lili yakin pasti tangan Bara. Lili langsung duduk dan meminta minuman yang dibawa Bara.

"My little ice princess  napa bengong mulu sih?, " tanya Bara sambil membuka tutup botol air mineral untuk Lili agar lebih mudah untuk diminumnya.

"Gak tahu.  Hanya aja gue suka main-main sama pikiran gue!, " jawab Lili setelah menenggak minumannya dan berhasil membuat tubuhnya terasa lebih ringan.

"Emang lu mikirin apa sih?  Mikirin gue yah? Secara gue yang gantengnya kelebihan ini bisa buat cewek klepek klepek," ucap Bara percaya diri.

"Ya ya dalam mimpi," jawa Lili acuh.

"Terserah lu deh kalau gak mau ngaku!  Mending lu istirahat sini. Gue mau tidur capek," ucap Bara sambil memperbaiki duduknya agar Lili dapat tiduran dipahanya.

Lili melihat Bara mulai memejamkan matanya dengan posisi duduk dan bersandar pada Sofa. Tanpa pikir panjang Lili langsung membaringkan tubuhnya, menaruh kepalanya dipaha Bara dan menutup matanya membiarkan suara lembut yang mendayu-dayu menyapa gendang telinganya kembali.

Ngingggg

Kedua tangan Lili langsung menutup kedua telinganya. Bunyi seperti koin yang digosok kearah kaca dengan sangat pelan dan menghasilkan suara sangat kencang menusuk gendang telinga membuat tubuh Lili kembali bereaksi dengan mengeluarkan keringat dingin,dadanya yang terasa tertekan gravitasi sehingga membuatnya sulit untuk menghirup napas.

Bara tolong sadar!

Lili melihat Bara menutup mata dan mengalami hal yang sama dengan dirinya. Kepalanya terasa ingin pecah, air mata mengalir dari kedua matanya. Bumi yang dipijaknya terasa berputar. Matanya terus mendesak untuk terpejam.

Ayah,  Buna maafin Lili!   Lili sayang kalian!

Sebelum Lili menutup matanya sempurna Lili melihat sesuatu yang bergerak dari atas kepalanya semakin dekat dan menutupi langit yang sedang ditatapnya. Itu gumpalan kabut berwarna pink dengan taburan cahaya seperti gliter, Lili menahan matanya agar tidak terpejam untuk memastikan yang dilihatnya itu benar. Tapi dengan cepat kegelapan merenggutnya.

Ayah,Buna Lili pergi!

E N I G M ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang