11

4 0 0
                                    

Langit memancarkan warna pink cerah hanya ada cahaya kuning terang tanpa ada matahari. Setelah sibuk mencari kebutuhan di BIP dan merasa cukup dengan kebutuhan pangan dan sandang untuk beberapa bulan kedepan. Mereka langsung menuju Balitsa Lembang (Balai Penelitian Tanam Sayur dan buah)  untuk mengambil beberapa bibit ungggul serta keperluan mereka untuk bercocok tanam.

"Taki lu ambil bibit sayuran. Gue ambil bibit buah-buahan, " ucap Nathan mengambil sisi kanan yang terdapat bibit buah yang diinginkannya sedangkan Taki menuju sisi kiri tempat bibit sayuran berada.

"Gue ambil cangkul,  sekop,  celurit , sama alat yang buat siram tanaman deh, " ucap Hana dan diikuti oleh Rivaldi.

"Takoyaki gimana kalau kita tanam palawija juga?, " tanya Nathan.

"okeh juga Nathalie, " jawab Taki merasa kesal mendengar namanya berubah menjadi nama makanan Street food

"Put tolong bukain bagasi mobilnya!, " perintah Nathan yang sudah sibuk memindahkan bibit tanaman agar lebih dekat dengan mobil.

Sedangkan Lili dan Bara sibuk mengurus baby twins yang menangis karena popok mereka yang sudah penuh. Dengan telaten mereka berdua menganti popok
baby twins agar kembali nyaman dan bermain kembali.

"Theo risih yah popoknya penuh?  Ayah ganti dulu yah!, "ucap Bara sambil membuka popok Theo.

"Udah belum?," tanya Lili yang sudah selesai mengganti popok Thea.

"Bar itu salah! Yang itu buat dibelakang. Yang ada garis birunya itu didepan," ucap Lili memberitahu ketika melihat Bara hampir salah memasangkan popok ke Theo.

"Hehe sorry baru pertama kali! ," ucap Bara sambil cengengesan.

"Sip udah selesai," ucap Bara bahagia dan disambut tawa Theo.

Awalnya mereka bertujuh sepakat untuk bergantian menjaga baby twins ,  tapi melihat betapa dekatnya baby twins dengan Bara dan Lili membuat mereka bertujuh memutuskan untuk urusan baby twins menjadi keputusan Bara dan Lili, sisanya mereka hanya membantu jika diperlukan. Makanya sejak tadi baby twins tidak bisa dipisahkan dari Bara dan Lili.

Bara dan Lili juga sudah mendedikasikan hidup mereka untuk menjadi orang tua Thea dan Theo. lebih tepatnya Bara yang memaksa Lili untuk ikutan menjadi orang tua baby twins dengan panggilan Bunda sejak tadi.

"Kita mau tanam pakai cara apa?, " tanya Putri melihat Taki dan Nathan bolak-balik membawa pupuk.

"Mau cara manual sama hidroponik, mending lu bantuin si Hana ama Rivaldi buat ambil pembasmi hama terus ngangkatin keperluan buat hidroponik," perintah Taki.

"Ogah nanti kuku gue kotor.  Mending gue asuh si Theo deh!, " tolak Putri sambil berjalan menuju Theo yang berada dipangguan Bara.

"Hello ganteng!  Sama aunty yuk!," ajak Putri membujuk Theo yang sedang bermain dengan Bara.

"Oeaa ya ya ya oeaa" tangisan Theo pecah saat sudah berada dalam pangkuan Putri. 0

"Si Theo nya juga gak mau sama lu!  Udah sono ambil biar cepet pulang, " ucap Nathan dengan nada meledek saat melihat Theo yang mengamuk dipangkuan Putri.

Dengan perasaan kesal Putri memberikan Theo ke Bara dan mengikuti langkah Nathan untuk menuju Hana serta Rivaldi.

Cukup lama mereka berada di Balitsa. Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang dan mampir kesalah satu restoran untuk makan malam.

"Gila ini keren banget," ucap Hana sangat terpesona saat melihat interior restoran khas sunda tersebut.

"Tunggu!," ucap Bara menyadari sesuatu.

"Ada apaan Bar?, " tanya Rivaldi yang baru selesai memparkirkan mobil mereka.

"Kalian liat deh!  Kenapa dibeberapa meja ada piring yang isinya makanan?," ucap Bara merasa bingung saat pertama kali menginjakkan kakinya di restoran ini.

"Kaya piring pesenan orang gitu gak sih?, " tanya Hana.

"Bener! Tapi selama disini sepi gak ada orang," sahut Nathan merasakan kebingungan yang sama.

"Restoran ini langganan gue kalau lagi mau makan ayam bakar,  dan tempatnya emang rame banget karena ayam bakarnya enak banget!," ucap Rivaldi menjelaskan.

"Mending kita bungkus aja terus makan dirumah, " saran Lili dan disetujui oleh semuanya.

Niatan awal mereka untuk makan di restoran harus dihilangkan, karena mereka berjaga-jaga takutnya hal ini pertanda buruk yang mengintai mereka kapan saja.

Sesampainya dirumah mereka langsung membereskan kebutuhan pangan untuk dimasukkan kedalam kulkas, kebutuhan sandang kedalam lemari karena kebutuhan sandang akan dibereskan besok hari.  Kemudian kebutuhan bercocok tanam yang sedang disimpan di gudang. Lili dan Bara malah sibuk menidurkan baby twins dengan beralaskan bed cover di ruang tamu agar  si kembar tidur dengan nyaman.

Thea dan Theo itu kalau udah tidur, mau berisik segimanapun bahkan sampe tawa membahana Nathan dan Putri keluar mereka berdua gak bakal keganggu sama sekali.

"SINI MAKAN DULU!  AYAM BAKARNYA UDAH SIAP, "teriak Hana dari arah dapur, Lili sudah berjalan dahulu karena baby twins yang masih tidur berbeda dengan Bara yang masih asik memandang wajah baby twins.

"Oeaa ya ya ya oeaaa"

"Eh anak ayah udah bangun!  Kita ke Bunda yuk,  jangan ganggu Theo," ucap Bara sambil membawa Thea ke dapur meninggal Theo yang masih terlelap.

Thea dan Theo ini kembar jadi kalau satu nangis bakal nangis semua.  Untuk menjaga keseimbangan pendengaran makanya Bara langsung membawa Thea pergi biar Theo tidur kembali. Mungkin karena Theo cewek jadi suara Thea lebih nyaring dari pada suara Theo

Mereka makan dengan hikmat dan tenang karena makan malam dengan ayam bakar  memang suatu hal yang paling enak. Diselingi dengan beberapa cerita selama mencari kebutuhan mereka, dan beberapa tingkah konyol Taki dan Hana hingga menciptakan tawa bahagia diantara mereka.

"Lili suapinnya yang ikhlas napa!, " kesal Bara. Karena dia tidak bisa makan sendiri sebab menggendong Thea.

"Iya-iya bawel, " sahut Lili merasa kesal karena Bara sudah disuapin tapi banyak minta.  Dari Lili ayamnya kurang banyak,  sambelnya kuranglah,inilah, itulah kan sebel jadinya.

"Biasanya kita lihat malam ditaburi bintang, tapi sekarang kita lihat malam ditaburi gliter," ucap Lili tiba-tiba sambil menatap jendela yang menggambarkan keadaan langit

"Malam yang berbeda!," Sahut Taki mengikuti arah pandang Lili.

Selesai makan mereka memilih bersantai diruang tamu. Theo sudah bangun dan berada dipangkuan Rivaldi sedangkan Thea dipangkuan Taki.

"Semalem sebelum tidur, gue sama Hana coba buat telpon salah satu nomor dikontak masing-masing," ucap Putri membuka topik berat.

"Terus bisa?, " tanya Nathan sambil mengemil snack yang dibawa tadi.

"Enggak, " jawab Putri lesu membuat mereka yang berharap mendapatkan kabar bahagia harus kembali menelan kenyataan pahit.

"Tapi gue nemuin hal aneh pas nelpon," ucap Putri.

"Hal aneh?, " tanya Taki.

"Waktu pertama kita ada di new world. Kita panik dan berusaha nyari jemputan. Kita coba telpon terus keluar kalimat 'Maaf nomor yang ada tuju sedang diluar jangkauan'," ucap Hana berusaha mengingatkan. New world  julukan tempat mereka sekarang karena mereka bingung dengan sebutan empat mereka sekarang.  Gak mungkin mereka sebut bumi karena faktanya bukan Bumi jadi mereka sepakat untuk menyebut new world.

"Nah,  tapi pas gue sama Putri coba bukan kalimat itu yang keluar. Tapi Kresek kresek mirip suara radio gak ada jaringan!," lanjut Hana.

Semua terdiam setelah mendengarkan penjelasan Hana dan Putri.  Pikiran mereka terus berputar menyambungkan segala penyebab dan kemungkinan.  Bagaimana mereka sampai di new world ?  Bagaimana caranya mereka dapat kembali? Semuanya masih menjadi misteri.

E N I G M ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang