13

1 1 0
                                    

"NATHALIE INI PUPUKNYA UDAH,"

"HEH PUTRI BIBITNYA JANGAN LU GOYANG-GOYANGIN KAYA GITU!  NTAR PATAH PINTER!,"

Lili menatap keadaan sambil menggendong Theo yang sedang minum susu dipangkuannya dan menjaga Thea yang bermain dengan boneka disampingnya.

"Hana tolong bibit buah yang ada di ruang tengah pindahin ke situ tuh, "

"Rivaldi bantuin gue nih berat, "

"Bentar Ki,  gue bantuin Hana ambil pot dulu, "

Suasana sangat ramai oleh teriakan mereka yang berusaha menanam bibit yang mereka ambil kemarin di BALITSA dipekarangan rumah Bara.  Lili tersenyum melihat teman-temannya saling bahu membahu dan berbaikkan setelah perdebatan panjang semalam.

Lili sadar bahwa mereka harus menghadapi semua ini dengan kepala dingin dan menghadapinya secara bersama-sama. Lili juga tersadar bahwa ternyata persahabatan mereka diuji dalam keadaan seperti ini. Berusaha saling menurunkan ego dan menaruh rasa percaya.

"Bara halaman belakang kosong juga?,"tanya Taki menghampiri Bara yang sedang memindahkan bibit mangga ketanah.

"Kosong, kalau mau tanem disana palingan yang arah baratnya.  Yang selatan gak kena cahaya matahari, " jelas Bara paham dengan pemikiran Taki.

Waktu terus berjalan, mereka beristirahat diteras sambil menatap hasil kerja keras mereka dengan bangga. Gak sia-sia selama ini mereka membiarkan Taki dan Hana bereksperimen di lab sekolah dan menjadikan tempat nongkrong mereka yaitu rooftop menjadi korban eksperimen mereka berdua.

"Gila gak sabar banget panen hasilnya, " ucap Putri bahagia sambil menengguk es jeruk buatan Lili.

"Harus nunggu beberapa bulan kedepan dulu baru bisa dipanen," sahut Hana mengelap keringat yang mengalir diwajahnya.

Mereka semua tersenyum menatap pekarangan rumah Bara yang berubah menjadi kebun dadakan oleh mereka. Semilir angin menyapa kulit mereka memberikan kesegaran dalam kenyamanan.

"Gue jujurnya masih ngerasa gak terima kita ada disini, "  ucap Rivaldi tiba-tiba.

"Maksud gue, kita tiba-tiba udah disini disuguhi langit yang sekarang berubah jadi pink tanpa matahari tapi ada sinarnya. Kota yang berubah kosong dan gak ada makhluk hidup selain kita. Gue masih berusaha terima!?, " lanjut Rivaldi menerawang langit. Mereka diam-diam menyetujui ucapan Rivaldi. Lili juga masih berusaha menerima keadaan yang sedang mereka hadapi sekarang.

"Gue juga sama!  Tapi kita gak bisa terus terpurukkan? harus berusaha terima keadaan?, " ucap Taki sambil tersenyum berusaha menyalurkan semangat!

"Yang Takoyaki omongin itu bener. Kita harus tetep hidup dan berusaha buat cari jalan pulang! Gue yakin kita pasti bisa pulang!, " ucap Nathan yakin.

"Kita berusaha bareng-bareng," ucap Rivaldi tersenyun dibalas oleh yang lainnya.

Mereka yakin,  bahwa alasan mereka disini bukan tiba-tiba. Ibarat rumah mereka masuk kedalam rumah harus melalui pintu. Nah, berarti mereka juga sama harus menemukan pintu saat mereka masuk dan membawa mereka pulang.

"Gue harap gitu!, " gumam Lili.

⛅⛅⛅⛅⛅

Malam telah menghiasi langit, mereka berkumpul di ruang tengah, dari tadi Bara terus memencet tombol pada remot televisi berusaha mencari saluran yang ada namun hasilnya nihil.

"Astaga mati gaya gue, " keluh Bara menyerah karena tidak menemukannya.  Layar televisinya hanya menunjukkan semut-semut kecil berwarna hitam abu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

E N I G M ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang