06

1 0 0
                                    

Mereka bertujuh berjalan saling berdekatan dan saling berpegangan, mata mereka terus bergulir kekanan dan kekiri mengecek keadaan yang benar-benar hening bahkan mereka dapat mendengar langkah kaki mereka yang menggema.

Sekolah mereka seolah diset untuk tidak ada kehidupan bahkan dari sejauh ini mereka belum melihat tanda-tanda adanya makhluk hidup disekitar mereka.

"Kenapa sekolah jadi sepi gini si?, " gumam Putri yang terdengar seperti orang yang berbicara biasa.

"Gue juga gak tahu! Tapi ini kita berasa kerja jadi Intel gak sih?Jalannya make mendap-mendap segala," keluh Taki tapi tidak melepas pegangannya pada Putri dan Nathan.

Salah satu diantara mereka tidak ada yang menyahut ucapan aneh Taki. Mereka semua terlalu fokus memindai keadaan sekitar kemudian Memikirkan keadaan yang sedang mereka alami.

"Stop!, " perintah Lili dan membuat mereka langsung menghentikan pergerakkan mereka. Mereka berhenti tepat 5 langkah lagi menuju mobil Bara dan Nathan.

"Untung aja mobil Bara sama mobil gue sebelahan jadi kita gak harus pencar!, " ucap Nathan dan disetujui oleh mereka semua.

"Karena mobilnya ada 2, Kita bagi jadi 2 kelompok aja. Mobil gue isinya Gue, Lili,  Rivaldi terus Mobil Nathan isinya Nathan, Taki,  Putri sama Hana," ucap Bara dan disetujui oleh semuanya.

Keadaan dalam mobil diselimuti keheningan. Tidak ada yang memberanikan diri untuk membuka mulut, semuanya diam dan menatap keadaan sekitar yang benar-benar sepi.

"Bukannnya ini keliatan aneh?, " tanya Lili bingung menatap Bara yang sedang fokus menyetir disebelahnya.

"Bener!  Ini terlalu sepi bener-bener hening, "sahut Rivaldi sambil melihat keadaan jalanan yang benar-benar sepi. Kendaraan merek mulai memasuki perumahan Rivaldi yang  terlihat sangat sepi.

"Kemana semua orang? Seharusnya jam segini perumahan gue penuh sama ibu-ibu sosialita yang lagi kumpul buat ngerumpi atau senam, " ucap Rivaldi merasa aneh.

Saat sampai di rumah Rivaldi suasananya benar-benar seperti rumah tak berpenghuni.
"Kok sepi rumah gue?  Kemana Mommy sama Daddy? Kalau mereka pergi seharusnya mobil mereka gak ada! tapi mobil Daddy sama Mommy masih ada!,"gumam Rivaldi langsung lari kedalam rumah dan disusul oleh mereka semua.

"DADDY,  MOMMY WHERE ARE YOU?, "teriak Rivaldi sambil berlarian mengecek setiap sudut ruangan tempat orang tuanya sering kunjungi.

"Orang tua gue gak ada! ,"  ucap Rivaldi panik. Nafasnya memburu dan keringat menghiasi wajahnya.

"Mungkin orang tua lu pergi ke luar negeri?," sahut Bara berusaha positif thingking.

"Enggak! Tadi gue cek kamarnya, paspor orang tua gue ada dilaci, koper juga lengkap gak ada yang ilang," ucap Rivaldi berusaha menetralkan rasa paniknya.

"Kita kerumah yang lainnya sekarang!, " ucap Lili panik dan berlari keluar diikuti semuanya. Perasaannya merasa kalau ini pertanda buruk!

Mobil mereka membelah jalanan dengan kecepatan tinggi. Jalanan tampak sepi tidak ada kendaraan sama sekali, bahkan kantor-kantor yang seharusnya beroperasi sepi tidak ada kehidupan.

Saat sampai dirumah Hana. Hana langsung lari kedalam rumah. Memanggil kedua orang tuanya mengecek setiap ruangan berharap orang tuanya ada disalah satu ruangan itu. Namun,  hasilnya nihil. 

"Gimana Han?, " Tanya Putri.

"Orang tua gue gak ada, " ucap Hana mengeluarkan air mata. Tangisannya tumpah karena dilanda takut.

"Tapi Mobil orang tua lu ada," ucap Nathan baru datang.

"Kita lanjut kerumah selanjutnya," ucap Bara mulai terserang panik setelah berusaha berpikir positif.

Tanpa memperdulikan pakaian yang mereka pakai. Dan langit yang mulai berubah menjadi gelap. Mereka terus membelah jalanan mengecek setiap rumah mereka berharap orang tua mereka ada.

Mereka terus menyambangi rumah Taki, Nathan, Putri dan terakhir rumah Bara.

"Gimana Bar?, " tanya Lili.

"Enggak ada, " ucap Bara lesu.

"Tinggal satu rumah lagi,  yaitu rumah Lu Li.  Gue harap orang tua kita ada dirumah Lu!, " ucap Putri penuh harap.

"Gue harap begitu!, " jawab Lili sama berharap.

"Mending sekarang kita kerumah Lili, " ucap Taki dan mereka langsung lari. Menaiki mobil dan menuju rumah Lili.

Mata Lili terus fokus kearah depan menatap jalanan. Lili merasa ada yang aneh pada setiap rumah yang dilewatinya. Tapi Lili tidak paham dimana letak keanehannya hanya saja memang rumah-rumah yang sering Lili lewati dengan Bara ratusan kali terlihat beda.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 10 menit, mereka semua dihadapkan dengan rumah minimalis namun terlihat asri. Saat semua turun dari mobil, Lili tidak langsung berlari kedalam rumah seperti yang lainnya. Lili malah diam dan menatap setiap penjuru rumah hingga membuat semua orang menatap Lili bingung.

Mata Lili membulat Lili langsung berlari keluar pagar dan berdiri ditengah-tengah jalanan kemudian menatap lurus kearah utara dimana jalanan yang biasa dia lewati untuk menuju sekolah. Tatapannya menajam sepanjang mata memandang ujung dari jalan ini.

Lili merasa ada yang aneh saat menatap kearah utara. Saat dia menatap kearah selatan dimana arah menuju rumah bara semuanya tampak sama. Hingga akhirnya Lili sadar dan berlari kedalam rumah mengecek keadaan sambil memanggil kedua orang tuanya.

"AYAH, BUNA KALIAN DIMANA?, " panggil Lili panik namun tidak ada sahutan.

"AYAH?, "

"BUNA?," namun hasilnya tetap nihil,  tidak ada sahutan sama sekali. 

Mereka langsung kumpul diruang tamu. Wajah mereka menampakkan raut wajah bingung sekaligus sedih dengan keadaan yang sedang menimpa mereka.

"Sebenernya apa yang terjadi sih? " tanya Putri frustrasi.

"Orang-orang pada kemana? Kenapa seolah-olah cuman kita bertujuh yang hidup didunia ini?, " tanya Rivaldi bingung.

"Jalanan sepi gak ada kendaraan, suara orang-orang hilang dan sekarang Orang tua
kita hilang. Mereka kemana?," ucap Hana ikut frustasi.

"Apa mereka lagi ngeprank kita?  Tapi masa iya ngepranknya seBandung? Atuh serem, " ucap Taki ngeri.

"Li, " panggil Bara sambil menatap kearah dinding yang sering ditatapnya.

"Li coretan nama kita mana?  Sama Om Ari dihapus? Kok ilang? Bukannya kata om Ari gak bakal dihapuskan? , " tanya Bara sambil menatap dinding yang selama ini ada tulisan anak kecil yang bertulis nama mereka berdua karena tulisan itu ditulis saat Lili lagi belajar menulis.

Ayah Ari tidak pernah menghapus tulisan itu untuk mengenang tulisan pertama putrinya. Tubuh Lili langsung terdiam, alisnya mengerut,otaknya terus menyambungkan segala keanehan yang dia lihat sejak awal sampai saat ini.

"Kita semua kerumah Bara! " ucap Lili tiba-tiba membuat mereka semua kaget.

"Kenapa Li, " tanya Mina.

"Kita kerumah Bara, ayo cepetan!" Ucap Lili dan diikuti oleh mereka semua. Karena,  mereka bingung mau berbuat apa!

"Bara kita lewat jalan kalau kita berangkat sekolah. Pokoknya kita muter, " ucap Lili sambil memasang sealbelt.

"Mau ngapain Li? Jadi,  jauh dong Li, " sahut Bara.

"Gue mau mastiin sesuatu, " ucap Lili dan mau tidak mau Bara mengikuti keinginan Lili.

Mata Lili terus memandang kearah depan dengan harap-harap cemas. Tangannya saling menggenggam satu sama lain, Lili terus berharap kalau perkiraannya yang telah ada diotaknya itu sebuah kekeliruan. Berharap kalau yang dia hadapin sekarang seperti harapan Taki, kalau semua ini cuman Prank warga Bandung.

Kalau emang iya ini Prank Sebandung, Lili pastikan kalau jantung mereka bakal Lili sentil satu-satu biar tahu rasanya jatungan hampir copot!.

Mata Lili terus melihat kedepan untuk memastikan penglihatannya dan tubuhnya memaku tidak bisa bergerak. Bibirnya kelu, matanya memanas. Perkiraannya benar!  Dia benar tentang keanehan yang terjadi! Semuanya jelas dan Lili takut menghadapi kenyataan kalau ternyata pohon mangga yang selalu dilihatnya hilang tanpa bekas.



E N I G M ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang