07

3 1 0
                                    

Sesampainya dirumah Bara mereka langsung beristirahat di ruang tamu dan pergi menuju dapur untuk mengisi perut mereka yang belum terisi apapun sejak pagi.

Langit yang tadi berwarna pink sudah menggelap namun Lili masih berdiam diri ditempatnya tanpa memperdulikan keadaan sekitar membuat Bara merasa khawatir.

Bara membawa segelas susu, satu buah apel dan roti lapis keju kesukaan Lili.
"Lili, " panggil Bara dan membuat Lili tersentak kaget.

"Nih makan, " ucap Bara memberikan nampan berisi makanan dan diterima oleh Lili. Bara duduk disamping Lili dan menatap Lili yang asik dengan makanannya.

"Lapar apa doyan bu?, "sindir Bara melihat Lili makan dengan rakus.

"Lapar, " jawab Lili apa adanya.

"Ck,  bocah, " sindir Bara sambil membersihkan makanan yang menempel di pipi Lili.  Setelah Lili selesai makan Bara langsung menggenggam tangan Lili menandakan kalau Bara sedang gelisah.

"Gue gak bisa bohong Li. Kalau gue takut!, " ucap Bara khawatir.

"Kita lewatin bareng-bareng Bar, " sahut Lili lembut sambil mengusap punggung tangan Bara.

"Lu kenapa bengong aja dari tadi," tanya Bara sambil menatap Lili.

"Gue rasa gue tahu apa yang terjadi sama kita, " ucap Lili ragu.

"Maksud lu?, " tanya Bara meminta penjelasan lebih.

"Kita kumpul semua di ruang tamu, " pinta Lili dan membuat Bara memanggil seluruh teman-temannya untuk berkumpul diruang tamu.

Mereka mengelilingi meja Bundar di ruang tamu sambil ditemani secangkir cokelat hangat untuk menenangkan pikiran mereka.

"Jadi, ada apa lu minta kita kumpul disini?, " tanya Rivaldi menatap Bara.

"Lili mau ngomong ke kalian semua, " sahut Bara.

Lili terdiam membuat seluruh mata menatapnya meminta penjelasan. Tangan Lili merasa dingin namun tiba-tiba Lili merasa kehangatan karena ternyata Bara menggenggam tangannya berusaha menyalurkan ketenangan.

"Gue tahu kalau perkiraan gue ini gak bisa diterima nalar! Tapi gue rasa kalian juga butuh penjelasan atas apa yang menimpa kita sekarang," ucap Lili membuka pembicaraan.

"Menurut, gue kalau kita itu udah gak ada dalam dunia yang sama, " ucap Lili final.

"Maksud lu?, " tanya Putri merasa bingung.

"Please li! Jangan, bikin tambah panik. Kita udah panik setengah mati jangan sampe kita mati bunuh diri karena penjelasan lu yang gila, " ucap Rivaldi merasa tidak terima dengan penjelasan Lili.

"Gue tahu ini susah buat diterima nalar tapi gue ngerasa kalau kita udah gak ada dalam dunia yang sama, " jelas Lili.

"Maksud lu kita ada dunia mana? Dunia gaib? Dunia lain? ," sahut Nathan Remeh.

"Gak usah aneh Li. Ini bukan saatnya bercanda! " ucap Rivaldi tidak paham dengan jalan pikir Lili yang bercanda dalam keadaan tegang seperti ini.

"Dengerin dulu penjelasan Lili. Baru kita komentar," lerai Taki berusaha menjadi penengah.

"Gue tahu kalau penjelasan gue ini gak masuk diakal tapi gue gak bakal ngomong kalau gak ada bukti," jelas Lili mulai berani menatap semua yang berada dalam ruangan ini.

"Gue tanya sama lu semua! Sebelum kalian sadar apa yang kalian alamin?, " tanya Lili.

"Saat itu gue lagi nonton konser BTS dipanggung sekolah, terus tiba-tiba saat gue asik sorakin nama mereka kuping gue berdenging kenceng banget sampe gue ngerasa kalau kuping gue bakal pecah, terus dada gue sesek banget dan semuanya gelap, " jelas Taki berusaha mengingat.

E N I G M ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang