4. Kehidupan Baru

7 3 0
                                    

"Memang namamu siapa dek?"

"Namaku Bimo kak, nama kakak siapa?"

"Aku Alina. Panggil saja kak Al"

     Alina Zevandra, adalah gadis berusia 16 tahun yang menolong Bimo disaat aksi penculikan.

"Kak Al. Bagaimana dengan pistol ini?" Tanya Bimo dengan memberikan pistol tersebut kepada Alina.

"Ini akan menjadi pembuktian. Besok kita laporkan kasus ini bersama."

     Bimo hanya mengangguk dan tersenyum. Alina membawa Bimo untuk tinggal bersama di rumahnya. Karena Alina merasa kasihan dengannya.

      Sesampainya di rumah, ia ditanya-tanya oleh ibunya dan menjawab dengan apa adanya. Akhirnya Bimo diizinkan untuk tinggal bersamanya. Hari mulai petang, dan Bimo disuruh mandi oleh sang pemilik rumah. Kebetulan mereka memiliki baju sepantar dengan Bimo, bekas saudaranya yang kadang berkunjung ke rumahnya.

"Bimo lapar? Hm.. Bimo mau apa? Nanti kak Al bikinin deh yang spesial untuk Bimo" Tawar Alina yang sedari tadi menggenggam tangan Bimo. Mungkin karena rasa takut kehilangan Bimo?

     Alina ini, gadis yang suka menolong orang. Terkadang setiap hari liburnya, ia selalu memberikan makanan kepada anak jalanan, pengemis, dan orang-orang yang kelaparan. Jadi disaat membawa pulang Bimo, ia dengan cepatnya menanggap bahwa Bimo adalah adiknya.

     Kini mata Bimo pun mulai berkaca-kaca dan tangisan pun dimulai. "Bimo hanya takut. Bimo tidak memiliki pelindung. Bimo takut." Alina yang melihatnya pun harus berusaha tegar dengan suara tangisan anak kecil.

"Hey Bimo! daripada nangis, mending kita main mobil-mobilan? Di dalam kamar kak Al ada banyak mainan laki-laki lho!" Ujar Alina dengan mengusapkan air mata yang menetes di pipi mungil Bimo.

     Alina terus menggandeng tangan Bimo, dan membawanya ke kamar. Di dalam kamarnya ternyata banyak sekali poster TNI yang ditempel di dindingnya. Tunggu-tunggu, TNInya nampak tak asing?

"Kak Al suka sama mas Bram?" Tanya Bimo.

"Siapa mas Bram?"

"Itu" Tunjuk Bimo ke arah salah satu poster.

"Itu namanya Bramasta Wijaya. Yang sering dipanggil Kapten Brama. Bukan mas Bram. Dia itu Kapten yang bener-bener ganteng, keren, dan profesional dalam menangani kasus. Kak Al suka banget sama Kapten Brama, rasa ingin menjadi istrinya."

"Bimo adiknya."

     Langkah kaki pun terhenti oleh Alina. Ia memutar balikkan badannya, dan menatap Bimo dengan serius. "Anak kecil, tidak baik berbohong nanti giginya diambil kambing ompong."

"Bimo serius kak Al. Bimo adiknya Bramasta Wijaya. Hari minggu antar Bimo pulang ya, Bimo akan buktikan."

     Sepertinya ini serius dan bukan lelucon. Bimo akan membuktikannya hari Sabtu? Serius? Tidak. Serius? Bisa jadi. Ah sudahlah, Alina mengiyakan saja ucapan Bimo itu. Ia pun terus mencari mainan untuk dimainkan oleh Bimo si anak kecil pemberani.

~~~

Maaf jika ada kesalahan kata
Saya kan manusia juga -Author manis :)
Vote and comment❤❤❤

Thx

alikanazwa_

My CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang