1. Pengajuan

12 4 1
                                    

     "Bimo, mas Bram kerja dulu ya. Kalau Bimo ingin berangkat sekolah, jangan lupa kunci pintunya!" Pamit Brama kepada adiknya yang bernama Bimo. "Iya mas Bram, hati-hati ya." Jawab Bimo sambil menonton televisi dengan channel favoritnya. Brama pun menganggukkan kepalanya, kemudian berjalan menuju pintu luar. Bimo memang memiliki jadwal reguler dari sekolahannya. Jadi, lumayan ada yang menjaga rumah.

     Bagi Brama, Bimo adalah adik terhebat, karena di umurnya yang masih belia sudah bisa ditinggal pergi oleh kakaknya. Sama seperti Brama dahulu, ia sering ditinggal kerja oleh kedua orangtuanya. Ayahnya adalah seorang perwira TNI, sedangkan ibunya adalah pebisnis yang sangat terkenal di kotanya. Makanya, hidup mereka tanpa kedua orangtua sama saja seperti hidup dengan orangtua. Sama-sama memiliki banyak uang dan apapun kebutuhannya bisa dipenuhi dengan uang.

     Sebenarnya Brama harus tinggal bersama dengan teman-teman yang lain di asrama. Karena Brama memiliki adik yang bisa dibilang masih kecil, jadi setiap hari libur ia pergi ke rumah untuk mengurus adiknya kembali. Dan setiap hari Senin - Jum'at, ia pun kembali lagi bekerja dan tinggal di asrama bersama teman-teman yang lainnya. Ketika Bimo mengalami kesulitan di rumahnya, ia akan menelpon Brama. Secepat mungkin, Brama pergi ke rumahnya dan diantarkan oleh Kolonel TNI yang bernama Kolonel Tion menggunakan fasilitas TNI AD.

     Kini Brama pergi ke pusat militer yang ada di kotanya. Ia akan mengajukan penyelidikan tentang gang mafia yang ia temui kemarin. Ia menganggap bahwa gang mafia tersebut ada hubungannya dengan kematian orangtuanya, tetapi jika tidak ada hubungannya ya sudahlah. Yang terpenting, ia bisa menghapus semua kejahatan yang ada.

     "Saya atas nama Bramasta Wijaya, akan meyelidiki kasus ini bersama dengan TNI AD yang lainnya. Seluruh tumpah darah dan pengorbanan apapun, akan saya lakukan demi menghapus kejahatan yang ada." Janjinya terhadap Jenderal Dipo yang diiringi hormat dari tangannya. Jenderal Dipo hanya membalas dengan anggukkan, yang menandakan setuju atas penyelidikkan tersebut. Brama pun keluar dari ruangan tersebut dan akan menyampaikan kasus ini kepada teman-temannya di asrama.

     CEKLEK... Bunyi pintu asrama yang dibuka oleh Brama. Ia melihat temannya dengan merasa heran. Bagaimana tidak heran jika teman-temannya melihat Brama langsung melongo seperti itu? "Kalian kenapa?" Tanya Brama dengan menekukkan kakinya untuk duduk bersama teman-temannya.

     "Kapten Brama serius?" Tanya teman Brama yang bernama Letnan Dimas. "Apanya yang serius?" Ucap Brama dengan rasa yang semakin heran. "Apa Kapten Brama sudah gila?" Celetuk temannya lagi yang bernama Sersan Fajar. "Bukan gila lagi Sersan Fajar, itu sih namanya SAKIT JIWA!". Timpal teman yang paling muda dan orang yang sangat humoris di kelompoknya, ia bernama Kopral Rizal.

     "Kalian ini kenapa sih?" Tanya Brama sekali lagi dengan rasa yang sama, yaitu heran. "Tadi saya ke pusat militer, nah saya lihat Kapten Brama di ruang Jenderal. Ya saya penasaran, jadinya nguping deh hehehe" Terus terang Letnan Dimas. Brama pun memasang wajah marah 50% "Letnan Dimas ini berdosa banget. Jadi kalian udah tau apa yang mau kita selidiki? Yasudah, saya gak usah cerita ya apa kasusnya."

     Teman-teman Brama hanya pasrah dengan keputasan Brama, karena mereka memiliki tujuan yang sama, yaitu menghapus kejahatan yang ada. Kini mereka sedang berdiskusi mengenai strategi yang akan dibuat untuk menyelidiki kasus tersebut.

~~~

Jangan lupa vote dan comment :)

Thx

alikanazwa_

My CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang