6. Kami Ada (Part.2)

158 30 7
                                    

Hari itu kondisi cuaca sedang sedikit tidak bersahabat. Langit berubah gelap dan gumpalan awan mengabu menghalangi sinar matahari yang masuk. Angin juga mulai berhembus kencang menerpa segala hal yang dilewatinya.

Di sinilah Sunwoo, pemuda bersurai cokelat kemerahan yang baru saja pulang dari sekolahnya. Ia sedang berada di dalam bus untuk pulang ke rumah. Sesekali pemuda itu menatap ke arah ponselnya untuk melihat jam.

"16:00" gumamnya pelan. Setelah itu dia mengantungi lagi ponselnya dan mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela. Memandangi setiap benda yang terlewati oleh bus.

Setelah beberapa menit di perjalanan akhirnya Sunwoo telah sampai di halte. Tanpa ia sadari, rupanya rintikan air sudah turun membasahi permukaan tanah.

Sunwoo membalut kepalanya dengan tudung jaketnya kemudian ia melanjutkan perjalanan menuju rumahnya dengan berjalan kaki.

Sejauh mata memandang hanya dipenuhi kebun-kebun dan juga pepohonan yang berjejer di samping kanan kiri jalanan. Wilayah yang bisa di bilang desa kecil ini sangat asri dan subur. Para warga yang tinggal di desa ini juga tidak banyak sehingga suasananya selalu tenang dan damai.

Tiba-tiba rintikan air hujan turun semakin lebat dan kilatan petir menyambar disusul dengan suara yang menggelegar. Sunwoo langsung mempercepat langkahnya agar cepat sampai ke rumahnya.

Beberapa menit kemudian, akhirnya Sunwoo telah sampai di depan rumahnya. Dengan nafas yang masih berderu, ia membuka kunci pintu rumah itu dengan buru-buru dan langsung segera masuk ke dalam.

Saat itu keadaan rumahnya sangat sepi dan juga gelap. Tangan Sunwoo mencoba meraba permukaan dinding untuk mencari saklar lampu.

Tik

Mata Sunwoo berputar mengitari ruang tamu kala lampunya sudah menyala. Tak mendapatkan satu sosok orang pun disana. Kedua Abangnya memang selalu pulang tengah malam.

Sunwoo membuka jaketnya yang sedikit basah kemudian ia menaruhnya di atas sofa. Saat ia hendak membuka baju seragamnya, tiba-tiba saja lampu ruang tamu itu mati mendadak.

Tubuh Sunwoo langsung mematung di tempat. Jantungnya seakan sudah berhenti berdetak untuk sesaat. Sunwoo memang seorang yang penakut terhadap gelap. Ditambah lagi saat ini tidak ada satu orang pun di rumah itu. Membuat Sunwoo panik dan berteriak histeris dalam batinnya.

Sunwoo menghembuskan nafasnya perlahan mencoba untuk menenangkan dirinya. Tak ada gunanya untuk panik saat ini. Dia pun mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan menyalakan senter dari ponsel itu.

Perlahan kakinya bergerak melangkah menuju saklar lampu tadi. Dan saat ia menekan saklar itu, lampunya tidak juga menyala. Rupanya telah terjadi pemadaman listrik saat ini.

Sunwoo tidak mengerti apa sebabnya, dia hanya menghela nafasnya kasar sambil memegangi pelipis dahinya. Rasanya ia ingin menangis sajalah meratapi nasibnya saat itu.

BRUGH

Sunwoo terperanjat kaget kala mendengar suara aneh itu. Dengan spontan ia langsung menoleh ke arah kamarnya-dimana sumber suara itu berasal.

Seketika muncul pertanyaan dan pikiran-pikiran negatif di kepalanya. Bahkan nafasnya juga sudah terhenti untuk sesaat. Dengan segala keberanian yang ia miliki, ia pun melangkahkan kakinya menuju kamar itu.

Saat sudah berada di depan pintu kamar, Sunwoo menyorotkan cahaya ponselnya ke dalam kamarnya itu. Betapa terkejutnya Sunwoo ketika ia mendapati sesosok bayangan hitam sudah berdiri tepat di hadapannya. Dan di saat yang bersamaan, kilatan cahaya petir melintas dan menggelegar di seluruh ruangan.

The Curse Of DreamcatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang