• Prolog •

317 34 6
                                    

"Andai aku bisa memutarbalikkan waktu, bisakah aku mengubah takdirku?"

Surai hitam itu terkibas lembut dengan hembusan angin. Menampakkan wajah seorang gadis yang sangat manis. Mata indahnya sayu menatap permukaan air sungai yang jernih dan tenang itu.

"Kamu ngomong sama siapa?" sambar seseorang yang langsung memecah lamunan gadis itu. Beberapa detik kemudian gadis itu tersenyum.

"Bayanganku" balas gadis itu sambil menunjuk ke arah permukaan air sungai.

SuA terkekeh pelan ketika menatap permukaan air itu yang kosong. Tidak menampakkan satupun bayangan dari mereka.

"Aulia, kamu itu udah jadi arwah berapa lama sih? Masak masih belum sadar juga?" ucap SuA sambil tertawa kecil.

Gadis yang dipanggil Aulia atau nama lainnya Gahyeon itu juga menunjukkan gigi ratanya dan ikut tertawa bersama SuA.

"Hahaha, aku hanya rindu dengan bayanganku" ucap Gahyeon yang menurunkan nadanya sedikit. Sekarang gadis itu tersenyum pahit.

"Kalau aku bisa hidup kembali di masa depan, bisakah aku mendapatkan hidup yang bahagia dengan akhir yang bahagia?" sambung Gahyeon.

Kali ini SuA menanggapinya dengan serius. Untuk sesaat dia juga sedih mendengar ucapan Gahyeon namun, wanita itu tetap tak menghilangkan senyuman dari wajahnya.

"Terkadang aku juga berpikiran hal yang sama denganmu. Tapi setelah kupikir lagi, hidup itu sangat melelahkan. Namun menjadi arwah seperti ini juga sangat melelahkan"

Gahyeon hanya terkekeh dengan jawaban SuA. Dia tidak bisa menolak fakta itu, fakta bahwa mereka adalah hantu.

"Kak Puspa! Aulia!"

Satu teriakan itu berhasil membuat keduanya terlonjak kaget. Mereka langsung menoleh ke arah sumber suara dan mendapati Yoohyeon yang sudah berdiri di belakang mereka.

"Sedang apa kalian disini? Tidak dengar Mbak Ayu memanggil kalian dari tadi? Cepat, ayo masuk!" omel Yoohyeon singkat. Lalu ia segera beranjak pergi tanpa mendengar balasan dari SuA maupun Gahyeon. SuA dan Gahyeon pun segera mengikuti Yoohyeon dari belakang.

Mereka bertiga berjalan menyusuri hutan yang rindang dan teduh itu, sedikit gelap karena langit ditutupi oleh dedaunan pohon yang sangat lebat. Suasana sunyi dan sepi menyelimuti setiap sudut hutan. Hanya menyisakan suara jangkrik dan gemercik air sungai yang masih bisa terdengar saking sunyinya.

Setelah beberapa menit mereka berjalan menyusuri hutan itu, sampailah mereka di ujung hutan dimana mereka sudah keluar dari hutan itu.

Sekarang mereka dapat melihat sebuah pemukiman kecil dengan sepi penduduk. Terdapat rumah-rumah sederhana yang berjejer di depan mereka. Tepat di depan rumah-rumah itu, terdapat jalan raya yang membentang lurus.

Mereka bertiga masuk ke salah satu rumah yang tampak lebih tua dari rumah-rumah lainnya. Bahkan rumah itu terlihat sedikit menyeramkan bagi para warga yang tinggal di dekat situ.

Saat mereka sudah memasuki rumah itu, terdapat 4 gadis sudah berdiri sambil menatap tajam kearah mereka.

Sementara ketiga orang yang ditatap hanya terkekeh pelan.

"Baiklah. Karena kalian semua sudah disini, saya ingin menyampaikan sesuatu pada kalian" ujar salah satu dari mereka yang bernama Ayu atau nama lainnya JiU.

"Apa itu, Mbak?" sahut Siyeon.

"Hari ini, rumah ini akan kedatangan penghuni baru! Yayy" lanjut JiU yang menunjukkan ekspresi senang dibuat-buat.

Seperti dugaan JiU, keenam hantu itu akan melongo mendengar kabar ini.

"Ayolah, tidak seburuk itu. Mereka hanya bertiga, tidak akan memakan banyak ruang di rumah ini. Kalau kalian risih, kalian boleh tinggal di rumah saya kok"

The Curse Of DreamcatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang