3. Raden Ayu JiU

177 27 0
                                    

Raut wajah Seonghwa dan Sunwoo berubah menjadi pucat pasi. Setelah mendengar cerita Hyunjin itu, mereka terdiam tidak tahu harus bereaksi apa.

"L-lo.. Serius, Bang?" ucap Sunwoo dengan suara yang bergetar.

"Serius, Nu! Gue liat dengan mata kepala gue sendiri bayangan lo lagi mukul-mukul dinding"

"Tapi... gue kan lari ke sini setelah lo ngerjain gue" balas Sunwoo yang kini semakin cemas.

"Oh.. Itu saya"

Hyunjin terperanjak kaget lalu menyembunyikan dirinya di antara tubuh Seonghwa dan Sunwoo.

Ketiga pria itu terkejut kemudian terdiam sejenak sambil menatap seorang wanita cantik yang tiba-tiba datang menghampiri mereka itu.

"Eh.. Mbak Ayu. Senang bisa bertemu lagi dengan Mbak" sambar Seonghwa yang langsung menyapa JiU dengan ramah.

Wanita cantik itu tersenyum ramah kepada tiga pria itu. Sementara Hyunjin dan Sunwoo terdiam tidak mengerti. Mereka berdua menatap ke arah Seonghwa seakan meminta penjelasan.

"Gini, jadi rumah ini Abang beli dari Mbak Ayu. Dia pemilik asli rumah ini" ujar Seonghwa yang malas menjelaskan panjang-panjang.

Kini perhatian mereka berdua beralih pada wanita cantik di depan mereka itu. Perangaiannya sangat cantik dan anggun. Surainya yang sedikit berwarna kemerahan itu seakan memberi kesan tegas dan berwibawa.

"Terus, apa maksudnya anda... Mbak... Bilang... Itu Mbak?" ucap Hyunjin sambil terbata-bata.

JiU terkekeh pelan.

"Tadi saya ke dalam cuma mau mastiin, apa kondisi rumah itu masih bagus atau tidak. Dan... Tiba-tiba saya lihat ada tokek di dinding kamar depan. Itu makanya saya mukul-mukul dinding biar tokek itu pergi. Maaf ya, kalo itu nakutin kamu. Saya gak tahu kalo ada kamu di dalam" jelas JiU yang tak sedikitpun menghilangkan senyumannya.

Hyunjin membulatkan mulutnya kemudian ia menghembuskan nafas lega. Sekarang semua kejadian yang ia alami itu sudah terungkap jelas.

Namun, Hyunjin merasa ada yang janggal dengan penjelasan JiU. Bukankah bayangan yang ia lihat itu bentuknya seperti laki-laki? Bahkan bayangan itu terlihat mirip sekali dengan postur tubuh Sunwoo. Dan binatang tokek yang di sebutkan JiU, tak pernah ia lihat sewaktu ia memasuki kamar itu.

Hyunjin menggelengkan kepalanya. Dia memutuskan untuk tidak memikirkan hal-hal itu. Dia tidak ingin berpikiran negatif dan berspekulasi yang tidak-tidak. Dan penjelasan JiU tadi sudah cukup untuk menenangkan pikiran berlebihan Hyunjin.

"Oh iya. Saya belum memperkenalkan diri. Saya Raden Ayu JiU. Kalian boleh manggil saya Ayu atau JiU, senyamannya kalian saja. Dan saya tetangga kalian. Saya tinggal dua blok dari sini. Salam kenal, ya!" sambung JiU sambil menyodorkan tangannya pada tiga pria di depannya.

"Saya Nabima Sunwoo"

"Saya Adrian Hyunjin"

"Kamu?" celetuk JiU.

"Mbak kan udah kenal saya" ucap Seonghwa dengan cengiran kudanya disambung dengan gelak tawa JiU.

"Nah, gimana rumahnya? Kalian suka gak? Yaa.. Walaupun umur rumah itu udah tua banget, tapi saya jamin rumahnya masih layak untuk di tempati"

"Saya sih, oke oke aja... Kalo kalian gimana?"

"Umm... Saya.. Kayaknya saya bakal betah tinggal di sini. Apalagi di belakang rumahnya ada hutan, lumayan, bisa hirup udara bersih setiap hari" ujar Sunwoo.

"Iya, kan? Bener, kan?? Akhirnya kamu suka juga kan??" sambar Seonghwa yang langsung mendapat tatapan sinis dari adik bungsunya itu.

"Ihh.. Sunwoo gak bilang suka. Sunwoo cuma bilang "kayaknya bakal betah"" tekan Sunwoo.

"Sama aja tuh.."

"Nggak! Beda!"

JiU terkekeh menatap ketiga bersaudara itu yang terlihat begitu akrab. Akhirnya dia pun memutuskan untuk pergi meninggalkan mereka.

"Mas Radit, Mas Adrian, Mas Nabima, saya pamit pergi dulu ya.. Kalau kalian butuh sesuatu, kalian boleh dateng ke rumah saya kapan aja. Kalau begitu, saya permisi dulu" ucap JiU.

"Iya, Mbak. Silahkan" ucap mereka bertiga serempak. Lalu JiU pun menghilang dari hadapan mereka.

"Gak ada yang perlu di takutin lagi, kan? Tentang Si Gadis Merah, itu cuma mitos doang. Kalian gak usah ngerasa takut lagi di rumah baru kalian itu. Oke?" ucap Seonghwa pada dua adiknya itu.

"Iya, Bang" balas mereka serempak.

Tiga bersaudara itu akhirnya kembali ke rumah baru mereka untuk membereskan semua barang-barang yang mereka bawa.

-tbc-

Jujur aku nge-stuck di chapter ini :") seketika fungsi otakku tidak bekerja lagi :")
Maaf sudah merobohkan ekspektasi kalian, yeorobun :")

Ailafyu as always buat yang lanjut baca sampe sini muahh ^3^

The Curse Of DreamcatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang