Audisi

9 4 30
                                    

"Kamu boleh menyerah saat ini, tapi tidak dengan nanti."

Seorang gadis dengan rambut panjang terurai berdiri menunggu gilirannya. Tangannya memegang kuat sebuah gitar dan menatap panggung audisi dengan gugup. Pasalnya ini pertama kalinya setelah sekian lama ia tidak tampil di pentas. Seorang gadis pendek di sampingnya merangkul pundak Nauren agar gadis itu yakin, walaupun ia harus berjinjit karena Nauren lebih tinggi darinya. Melihat hal tersebut Nauren terkekeh dan menggoda sahabatnya itu dengan berjinjit agar gadis itu kesal.

"Aish, kamu ini. Aku tahu kamu lebih tinggi dariku!" kesal Ika dan melipat tangannya di dada. Nauren terkekeh kecil tanpa menatap Ika.

"Kamu tidak memberitahu Ayahmu?" tanya Ika.

"Tidak," sahut Nauren santai.

"Kenapa?"

"Aku ingin memberinya kejutan."

"Lalu jika kamu kalah?"

"Setidaknya aku pernah berjuang."

Ika tersenyum dan berkata, "Semangat."

Baginya Nauren adalah sosok yang selalu apa adanya. Ia berteman tanpa memilih, tapi banyak orang selalu malas memilih berteman dengan gadis itu. Bagaimana tidak, Nauren gadis pendiam dan tidak banyak bicara, sekalipun bicara perkataannya selalu pedas. Akan tetapi itulah yang membuat Ika sangat menyayangi Nauren, ia jujur dan tak pernah pura-pura suka. Tidak seperti banyak orang yang pura-pura suka, lalu menghilang setelah tahu kekurangan temannya.

"Nomor 23 silahkan menuju panggung," ucap MC. Nauren berjalan penuh keyakinan dan menatap juri dengan sopan. Ia mulai memperkenalkan diri, lalu duduk di kursi dan memetik gitarnya memulai alunan lagu. Ia menyanyikan lagu Tulus-Manusia Kuat. Sesekali ia menutup matanya merasakan makna lagu yang ia bawa.

"Terima kasih." Nauren membungkuk memberi hormat serta sebagai tanda lagunya berakhir. Semuanya hening, sampai pada detik selanjutnya tepuk tagan meriah menggema di seluruh ruangan. Semua juri berdiri, kecuali seorang lelaki dewasa yang tengah menatapnya datar. Nauren terkesima, ia senang bisa menyelesaikan lagu ini dengan baik dan mendapat standing applouse dari para juri ... walaupun tidak semua.

"Wow! Keren!" seru juri wanita dengan hijab kuning tua. Nauren tersenyum penuh haru.

"Bagaimana juri?" tanya juri wanita itu.

"Tidak," sahut lelaki dewasa yang diam sejak tadi. Nauren menatap lelaki itu heran, tapi ia menutupi sikapnya dengan senyuman.

"Dia masih harus banyak belajar. Banyak kesalahan pada suaranya," jelas juri lelaki itu.

"Tidak dia bernyanyi sangat baik, bahkan menurutku ini sempurna," bantah juri lelaki yang berada di sebelah juri wanita berhijab.

"Iya itu benar sekali," timpal juri wanita berambut pirang panjang di sebelah lelaki dewasa itu.

"Tapi menurutku tidak. Dia tidak layak di panggung dengan suara yang tidak menarik, membosankan, dan juga banyak kesalahan," tutur lelaki itu.

"Aku setuju jika ia masuk final," seru juri lelaki bernama Jeri.

"Aku juga," timpal juri wanita hijab bernama Ajeng.

"Aku pun. Uh, kamu sangat manis sekali, Na-Nauren," timpal juri wanita berambut pirang bernama Risa diakhiri senyum lebar setelah mengetahui nama Nauren dari list peserta. Nauren tersenyum penuh hormat. Walaupun jujur perkataan lelaki dewasa itu menyayat hatinya.

"Baiklah 3 lawan 1. Maka kamu lolos," ucap Ajeng dengan senyum manisnya. Nauren tersenyum bahagia. Ia keluar dari panggung dan langsung memeluk sahabatnya senang. Mereka berdua berpelukan sambil melompat-lompat kegirangan.

Trilogi-Aku dan Waktuku (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang