Kehilangan orang tua

61 7 0
                                    

Saat umur Rey 11 Tahun

Sore ini, cuaca sungguh sedang tidak baik-baik saja. Awan hitam pekat menghiasi langit, rintik-rintik air mulai menjatuhi bumi. Sebuah keluarga sedang berkumpul di ruang tamu, ruangan ini penuh dengan canda tawa keluarga tersebut. Keluarga yang tidak pernah berkumpul, sekarang berkumpul seraya bercanda ria. Keluarga tersebut adalah keluarga Rey. Semua anggota keluarga Rey memiliki firasat bahwa sekarang adalah hari terakhir mereka berkumpul dan ada sedikit perasaan takut mengisi pikiran mereka bahwa keadaan keluarga ini akan sama dengan cuaca sore ini, tidak baik.

Selang beberapa menit hujan turun sangat deras. Suara petir menyambar keras. Aluna, adik Rey yang takut akan suara petir, menangis histeris di pelukan mama. Suatu ketika suara petir sangat keras. Tiba-tiba ada seseorang masuk ke dalam rumah Rey seraya menodongkan pistol. Mama yang sedang memeluk Aluna langsung memberikannya kepada Rey dan menyuruh Rey untuk bersembunyi. Rey yang awalnya tidak mau bersembunyi, terpaksa bersembunyi karena mama mengatakan

"Rey mama mohon cepat bawa adik kamu bersembunyi. Mama mohon,". Rey pun segera berlari ke kamar seraya menggendong sang adik.

Sampai di kamar Rey segera menutup kamarnya, sebelum Rey menutup kamar. Rey melihat papa dan mamanya di tembak secara brutal, Rey menahan air matanya dan beralih melihat orang yang menembak kedua orang tuanya. Saat sudah melihatnya Rey terkejut karena yang membunuh orang tuanya adalah orang yang tidak asing baginya.
Setelah melihat kejadian ini, Rey berjanji akan membunuhnya serta keluarganya sama seperti dia membunuh kedua orang tuanya bahkan akan lebih sadis.

Setelah itu, Rey segera menutup pintu kamar dan menguncinya. Rey langsung memeluk sang adik yang sedang menangis secara histeris karena mendengar suara tembakan dan petir yang sangat keras.

Selang beberapa menit, pintu kamar diketuk sangat keras. Rey yang takut bahwa itu adalah pembunuh tadi, segera mengambil jaket dan memakaikannya ke Aluna dan dirinya. Rey juga mengambil beberapa uang dan menggendong sang adik menuju jendela kamar.

Rey dan Aluna pun kabur dari kamar lewat jendela. Rey terus berlari menembus hujan, menjauhi rumah seraya menggendong Aluna. Rey yang sudah merasa jauh dari rumah segera mencari tempat istirahat. Rey pun beristirahat di teras ruko kosong.

Malam pun tiba, hujan mulai reda, udara dingin menyelimuti bumi. Rey melihat adiknya menggigil kedinginan.

"Dek kamu yang kuat," kata Rey seraya melepaskan jaketnya dan menaruhnya ke pundak Aluna. Aluna hanya mengangguk pelan.
Beberapa menit kemudian, Aluna sudah sangat kedinginan
"Ba-ng Rey ... A-ku ke-di-ngi-nan ...” Aluna berkata kepada Rey sambil mengucapkannya dengan terbata-bata, karena sangat kedinginan.
“Yang kuat ya, Dek” kata Rey seraya mengusap - usap tangan Aluna. Aluna mengangguk.
"Ba-ng mama, papa kemana? Kenapa ma-ma, pa-pa eng-gak jem-put ki-ta," Aluna berkata kepada Rey sambil mengucapkannya terbata-bata.
"Sebentar lagi mama, papa pasti jemput kita. Sabar ya, Dek," kata Rey seraya mengelus rambut sang adik. Walaupun dia tahu bahwa orang tuanya tidak akan pernah bisa menjemputnya.

Keesokan harinya

Rey dan Aluna adiknya semalaman tidur di teras ruko. Paginya mereka dibangunkan oleh seseorang. Rey yang merasa ada yang membangunkannya segera membuka matanya dan melihat siapa yang membangunkannya.

Love and RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang