Aluna

49 4 0
                                    

Ternyata yang membangunkannya adalah bibinya.

"Rey ayo ikut bibi, kita pulang ke rumah," ajak bibi Rey. Rey mengangguk dan membangunkan sang adik

"Dek, ayo bangun," kata Rey seraya menepuk pelan pipi sang adik.

"Eungh, iya bang," sahut Aluna seraya membuka matanya. Saat melihat ke depan Aluna melihat bibinya. Aluna pun langsung memeluk sang bibi. 

"Bi, mama sama papa mana. Kok hanya bibi yang menjemput kami," ucap Aluna

"Mama, papa di rumah sayang, tadi papa sama mama mau jemput Aluna tapi karena ada bibi, jadi bibi yang menjemput Aluna," ucap bibi Rey seraya menahan air matanya. Aluna pun mengangguk dan menggandeng tangan sang bibi. 


Rey yang melihat bibinya berbohong hanya bisa menahan air matanya.

"Ayo bi, kita pulang aku mau ketemu sama mama, papa," ajak Aluna seraya menarik tangan sang bibi

"Bang, ayo," ajak Aluna seraya menarik tangan Rey

"Iya, dek," sahut Rey seraya bangkit dari duduknya dan berjalan mengikuti Aluna dan bibinya.


Beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai rumah. Rey dan Aluna melihat bendera kuning di pajang disepanjang rumah mereka. 

"Bang, siapa yang meninggal?" tanya Aluna

"Abang enggak tahu, dek," jawab Rey. 

Sebenarnya Rey mengetahui siapa yang meninggal tapi Rey tidak ingin Aluna mengetahuinya sekarang. 

"Dek, nanti kamu langsung ke kamar ya," suruh Rey. Aluna menggeleng cepat kepalanya. 

"Enggak, Aluna mau ketemu sama mama, papa baru Aluna ke kamar!" tegas Aluna.

"Iya sudah, kalau Aluna tidak mau langsung ke kamar, bang Rey marah sama Aluna. Bang Rey juga enggak mau belikan Aluna es krim lagi," ucap Rey seraya pura - pura marah pada Aluna.

"Iya, Aluna nanti langsung ke kamar, tapi bang Rey enggak boleh marah sama Aluna dan tetap membelikan Aluna es krim," balas Aluna pasrah seraya menundukkan kepalanya. Rey tersenyum dan sedikit mengelus lembut rambut adiknya. 


Dibalik senyuman Rey ada kesedihan yang sangat amat mendalam. 


Sesampainya di depan pintu rumah, Rey menyuruh Aluna masuk lewat pintu belakang.

"Dek, kamu masuk lewat pintu belakang ya," suruh Rey

"Kenapa lewat pintu belakang bang?" tanya Aluna. Rey bingung ingin menjawab apa.

"Ahh ... enggak apa-apa, sudah pokoknya kamu lewat pintu belakang saja ya dek," jawab Rey. Aluna mengangguk dan pergi meninggalkan Rey. 


Setelah melihat Aluna masuk lewat pintu belakang, Rey segera masuk ke dalam rumah. Saat sudah masuk kedalam rumah, Rey melihat kedua orang tuanya sudah ditutup dengan kain. Rey segera berlari ke arah jenazah kedua orang tuanya dan menangis histeris. 


"(Hiks hiks hiks) mama (hiks) papa (hiks) kenapa mama, papa tinggalin aku dan Aluna (hiks)," ucap Rey seraya memeluk jenazah mamanya. "Apa mama sama papa enggak sayang sama Rey dan Aluna maka dari itu mama sama papa tinggalin aku dan Aluna (hiks hiks)," lanjutnya sambil menangis secara histeris. 

'Maafkan abang dek, karena enggak memberi kamu kesempatan untuk melihat mama dan papa untuk terakhir kalinya,' ucap Rey dalam hati seraya melihat ke arah kamar Aluna.

***

Aluna sudah berada di kamarnya. Sedari tadi perasaan Aluna tidak tenang, dia ingin sekali keluar tapi Aluna takut abangnya Rey akan marah. Karena keinginannya untuk keluar sudah bulat dia pun keluar dari kamarnya. Setelah keluar kamar Aluna melihat keadaan rumahnya sangat ramai, Aluna juga melihat keluarga besarnya dan abangnya Rey menangis secara histeris. Aluna yang tidak tahu apa yang sedang terjadi, segera menghampiri abangnya Rey. Saat sudah di samping Rey, Aluna menepuk pundak sang abang. 


Rey yang merasa ada yang menepuk pundaknya pun melihatnya, Rey terkejut dan khawatir karena Aluna ada disini dan apa yang harus Rey katakan jika Aluna bertanya siapa jenazah itu.


"Bang, itu siapa?" tanya Aluna. 

Rey hanya diam saja dia benar-benar bingung apa yang harus dia katakan. Karena tidak ada jawaban Aluna pun berjalan ke arah jenazah itu, saat sudah dekat dengan jenazah itu Aluna segera melihatnya. Seketika Aluna menangis secara histeris.

Love and RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang