Nayla POV
Suara Mamah yang memanggil Mas Ardi menghentikan langkah kami. Aku yang sadar akan itu, mencoba berbicara dengan Mas Ardi.
"Ayok kita kesana dulu Mas!" kataku, ia nampak bimbang akan pilihannya bertemu mamah atau langsung menuju kamar kami.
"Nggak usah, kita balik aja. Kasihan Gio, pasti badannya sakit, dari tadi posisi tidurnya tidak enak."
"Yaudah kalau gitu Mas kesana aja. Aku yang bawa Gio naik, nggak enak sudah dipanggil kamu nggak kesana Mas."
Aku mengangkat tubuh Gio dari gendongan Mas Ardi. Dengan berat hati, Mas Ardi berjalan meninggalkan kami. Sebelum keluar ballroom, aku sempat melihat wajah Mas Ardi yang menatap dalam sosok gadis yang aku sendiri tidak tahu siapa. Mungkin nanti jika Mas Ardi kembali, aku akan tanyakan.Aku meletakkan Gio di kasur hotel, sebelumnya aku sudah menganti baju Gio dengan baju tidurnya. Tidur Gio tanpak pulas, mungkin efek kecapekan dan kekenyangan. Tubuh yang sudah lengket membuatku ingin mandi dan berendam sebentar. Lelah akan kegiatan hari ini.
Duduk dengan rendamaan air membuat pikiran dingin kembali, banyak hal yang sudah terjadi selama kami menjalani hubungan ini. Mas Ardi dengan keterbatasannya membuatku bahagia, begitu juga dengan Gio. Tatapan mataku menerawang, apakah hubungan kami akan sampai tua? Memiliki cucu dan menghabiskan masa tua dengan bahagia?
Hanya waktu yang akan menjawab.
Lamunanku buyar, ketika tangan Mas Ardi menepuk pundakku yang polos. Ya, kamar mandi tidak aku kunci. Mempermudah akses Mas Ardi masuk dan ia bergegas melepaskan pakaiannya, hanya menyisahkan boxer. Mas Ardi ikut berendam denganku.
Dia berada dibelakangku, menyadarkan kepalanya dipundakku. Seakan menghirup aroma sabun yang menyeruak indra penciumannya. Nafas beratnya terasa sampai di dadaku. Tanganku membelai rambut hitamnya, matanya tertutup entah apa yang dia rasakan.
"Ada apa Mas?" ucapku menyadari keresahan Mas Ardi.
"Nggak apa-apa Yang."
"Kamu seperti gelisah, cerita sama aku. Tadi kamu bertemu dengan siapa?" tanyaku, wajahku yang awalnya menghadap kedepan berubah menghadap wajah Mas Ardi.
"Oh, itu hanya anak teman mamah yang sudah lama tidak bertemu." Jawab Mas Ardi, mengapa perasaanku seolah tidak mempercayai ucapannya. Sebenarnya apa yang terjadi. Tidak seperti biasanya Mas Ardi memendam masalahnya, biasanya seberat apapun masalahnya dia akan berbagi denganku.
Aku mencoba percaya akan perkataan Mas Ardi." Oh ya, bagus dong bisa ketemu lagi. Jadi bisa melanjutkan silaturahim."
"Ya, bisa dibilang begitu." bibir Mas Ardi mengecup pundakku kembali. Aku tidak mau mendesaknya dengan berbagai pertanyaan, biarkan saja seperti ini. Jika sudah waktunya aku yakin jika Mas Ardi akan berbagi masalahnya.
Sudah sekitar dua puluh menit kami berendam, kami memutuskan untuk membersihkan diri dan menyusul Gio istirahat.
Aku memposisikan tidur disamping Gio, Mas Ardi dibelakangku. Dia memelukku seolah tidak mau aku pergi. Aku cukup bersyukur dengan ini, aku bahagia dengan sederhana ini. Memiliki suami, buah hati yang mengisi hidupku. Memposisikan sebagai wanita yang dikelilingi oleh laki-laki yang akan melindungiku.
❇❇❇
Pagi hari ini aku terbangun dengan sisi kiriku kosong, tempat Mas Ardi tidur. Kulihat jam dinding menunjukkan pukul empat pagi. Mas Ardi kemana? Ini masih pagi untuk pergi keluar dan ini juga hari sabtu. Dia tidak akan meninggalkan kami sendirian di sini.
Aku bangun dengan mengucir rambutku, aku bergegas wudhu dan sholat. Aku akan mencari Mas Ardi jika Gio bangun nanti. Sekitar pukul tujuh pagi, Gio terbangun. Aku menepuk pantatnya agar jika mau melanjutkan tidurnya dia bisa terlelap lagi. Tetapi aku salah, mata bundar hitamnya menampilkan sebaliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Dia, Kamu ✔ - Dunia Gio (Karyakarsa)
RomanceMemiliki keluarga yang bahagia adalah sebuah anugerah terindah. Ketika suami yang selalu mendukung dan membantu pekerjaan rumah yang belum selesai setelah habis bekerja. Rumah tangga kami selalu bahagia mesti ada batu krikil kehidupan, suara tangis...