Part 8

1.6K 78 0
                                    

Nayla POV

Hari ini aku, Gio, dan Dina ingin mengunjungi sebuah mall yang dekat dari rumah. Dina ingin mengajak membeli beberapa perlengkapan rumah tangga dan berbelanja bulanan. Sedangkan diriku ingin membeli hadiah buat anaknya Novita yang akan berulang tahun beberapa hari kedepan.

Sebenarnya Mas Ardi bisa saja mengantarkanku untuk membeli hadiah. Tetapi kesibukan di kantor dan bisnis yang mulai digeluti dengan Tio sudah sangat menyita waktunya. Hampir setiap hari Mas Ardi pulang terlambat, dia beralasan jika dia bertemu dengan Tio untuk membahas bisnis. Aku cukup percaya saja, sebagai istri aku harus menaruh kepercayaan untuk imamku.

Tadi pagi Dina sudah datang di depan rumah, Dina mengenakan dress motif bunga dengan panjang sebetis dan lengan 3/4 tidak lupa rambutnya yang ia gerai menambah kecantikannya. Kecantikan Dina tetap terpancar meskipun hanya menggunakan bedak cussion tipis dan lipstik warna nude.

"Selamat Pagi Mbak, mana ponakanku yang ganteng." ujarnya yang memasuki rumahku. Dia memang sudah menganggap rumahku menjadi rumahnya. Bahkan tak segan ia akan menginap disini kalau Tio ada urusan di luar kota.

"Pagi, belum disuruh masuk sudah masuk aja dasar wanita ini. Gio belum bangun." Jawabku yang melihat Dina sudah duduk di meja makan.

"Oh, La Mas Ardi dimana Mbak?"

"Mas Ardi lagi ada acara di Bandung. Jadi weekend ini nggak dirumah."

"Oh, aku bangunin Gio ya mbak."

"Iya, Mbak lanjut masak dulu ya, kamu mandiin Gio kalau sudah bangun itung-itung latihan." ujarku dengan senyum. Dina paling suka kalau sudah berbau Gio, entah memandikan atau menganti pakaiannya.

"Siap Mbak. Kamar Gio masih sama kan?"

"Masih, belum boleh pisah sama bapaknya."

"Mas Ardi gimana sih, Gio kan juga sudah besar harusnya dipisah. Takutnya dia bangun waktu itukan berabe ya mbak." Jawab Dina yang sudah melangkahkan kaki keluar dari area meja makan.

"Haha kamu itu pagi-pagi sudah bahas itu, yaudah mbak ke dapur dulu."

Aku bergegas melanjutkan memasak yang tertunda. Memang tadi malam habis makan malam, Mas Ardi meminta izin untuk keluar kota tepatnya ke Bandung. Katanya harus ada yang di audit di kantor cabang. Ya, begitu kalau memiliki suami seorang banker. Terkadang nggak ada waktu buat keluarga, tetapi aku bersyukur, itu karena Mas Ardi bertanggung jawab akan keluarganya dan pekerjaannya. Dia mau mengorbankan waktunya untuk bekerja.

Tadi pagi habis sujud menunaikan ibadah, Mas Ardi mengabariku jika ia sudah sampai dengan selamat. Memang Mas Ardi sudah berangkat setelah makan malam, tetapi ia baru mengabariku tadi pagi. Aku tidak mempermasalahkan hal itu, yang terpenting dia masih ingat akan kami untuk selalu mengabari kabarnya.

Aku yang sibuk membuat nasi goreng spesial dan jus jeruk dikagetkan dengan suara Gio yang memanggilku. Pintu dapur yang memang aku pasang pintu safety buat Gio, agar Gio tidak masuk ke dapur dan memperlihatkan Gio yang sedang bermain dengan Dina.

"Mama, auti nakal mah. Gio dikejal kejal." ucapnya dengan tawa yang nyaring dan berlari untuk menghindari Dina.

"Ayok, mau kemana kamu Gio. Ponakan aunty yang ganteng. Aunty akan tangkap dan cium."

"Mah, tolong Gio." Ucapnya sebelum akhirnya Gio terbang dipelukkan Dina. Dina yang gemas akan tingkah lucu Gio akhirnya menciumi hampir seluruh muka Gio. Aku yang sibuk menata makanan di meja makan sontak menghentikan ulah mereka.

"Dina, Gio, ayok makan dulu. Din, sudah jangan diciumi anak mbak. Kasihan dia." Ucapku dengan merebut gendongan Gio dari Dina.

"Gemes banget aku mbak sama Gio, pingin aku bawa pulang. Biar kalau Mas Tio pergi aku nggak kesepian."

Aku, Dia, Kamu ✔ - Dunia Gio (Karyakarsa) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang