—bagaimana bisa kau lelah mencari, jika hal yang kau cari ada di depan matamu, Ryeo?Harusnya, harusnya kalimat yang menguar dari balik ceruk pemilik tenor itu dapat membuat sebuah harapan yang terombang-ambing di kubangan kepupusan itu, sedikit layak untuk tetap pada tempatnya berada. Setidaknya, bertahan sedikit lama lagi. Namun, agaknya sebuah kalimat tak dapat diterka dan tebak dengan begitu kelewat mudah. Karena nyatanya itu malah menyebabkan kelukur semu yang tampak meragu. Meragu untuk dipercayai atau diabaikan begitu saja. Sebab, kata kepercayaan itu benar-benar ia bangun dengan begitu kokoh walaupun ia tahu, kontruksinya begitu rapuh didalam sana.
"Rin, apakah kalimat memahami itu juga berlaku untukmu?" kalimat itu, terus saja terngiang dengan deretan kata dan suara khasnya. Seakan benar-benar akan menginvasi seluruh kerja bilik relungnya dan minta untuk dipikirkan, dipertimbangkan, diputuskan dengan baik. Pria Ryeo masih stagnan pada posisinya, sambil memandang punggung sang istri yang kini membelakanginya. Haerin bahkan terkejut setengah mati, kala kalimat itu mengudara dengan tidak tahu malunya. Membuatnya semakin ingin merapalkan banyak harap, walaupun ia tahu itu akan sukar untuk terwujud.
Masih terkesiap, hingga tangannya mendadak terdiam tatkala sedang merapikan beberapa gantungan baju yang belum terisi oleh kemeja itu. Haerin menghela napas cukup kasar dan berat, mengedipkan matanya sejenak sebelum tersenyum tipis, nyaris tak terlihat. "Tidak usah bercanda, Ryeo. Kau tahu selera humorku ini sangatlah buruk." ucapnya tanpa berniat berbalik dan menatap jelaga milik Jungkook.
Sedangkan Jungkook memilih memfokuskan atensinya penuh kepada sang istri. Menelan salivanya kasar dengan suasana hati yang semakin gusar tak menentu. Entahlah, rasanya tidak suka saja, saat ranum tipis, merah itu berujar seperti itu. Seakan, di dalam benak pria Ryeo kali ini, ia benar-benar ingin membawa keyakinan itu untuk terus bersamanya. "Rin,"
"Aku tidak main-main dengan ucapanku, kali ini."
Haerin berbalik, tungkai berbalut sandal rumahan itu kemudian menapak berniat untuk mengambil sisa baju yang akan ia rapikan. Tetapi usahanya nyaris percuma karena dengan tiba-tiba tangan besar milik Jungkook telah lebih dulu menariknya, hingga berhasil membawanya terduduk di sisi ranjang, di samping pria Ryeo.
Wanita bermarga Kyo itu, jelas hanya bergeming, Menatap lurus ke depan tanpa menoleh dan menatap Jungkook yang kini berada di sampingnya. "Aku tahu Ryeo. Lalu aku harus menimpali seperti apa?" tuturnya lirih, dengan air muka bingung dan sayu.
"Jika aku boleh berterus terang, kau sangat berbeda hari ini Kook. Aku bingung, bingung sekali harus menimpali seperti apa saat kau dan aku sedekat ini." tambahnya, sambil meremat jemarinya sendiri dibalik gaun rumahnya. Gugup. Haerin gugup sekali. Tangan Jungkook yang sebelumnya masih mencengkram jemari Haerin, meskipun tak terlalu erat itu perlahan menggendur dan lepas begitu saja. Ini masih sangat terasa membingungkan dan Haerin belum dapat memahaminya dengan baik pun mendadak sukar untuk menjelaskan apa yang dirinya rasakan dan inginkan. Ia lebih baik, di diamkan saja atau setidaknya mendapati Jungkook dengan perangai dingin tak acuhnya. Itu lebih baik, daripada ia dihadapkan dalam situasi seperti ini.
Jungkook juga tak kalah bingung, seakan mereka benar-benar berada disebuah labirin yang sangat sulit untuk keluar dan alhasil, terus saja terjebak di dalamnya. Pria Ryeo, membasahi bibirnya sekilas, sebelum menoleh ke arah Haerin. "Apa, kau tak menyukai jika aku berubah. Berubah untuk lebih memperhatikanmu dan memahamimu lebih banyak dan dalam?" tanyanya.
Haerin jelas terdiam kembali. Entahlah, sepertinya hari ini ia akan banyak menelan kebungkaman saat dengan tiba-tibanya Jungkook berkata seperti ini. Tangan pria Ryeo kemudian bergerak, dan mengambil jemari itu lagi. Menggenggamnya hangat dan erat, untuk pertama kalinya. "Aku tahu Rin, kau mengharapkan ini sejak lama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Idyllic
FanfictionMembuka lembaran baru tanpa sebuah frasa dan aksara yang dapat diucapkan sebagai kalimat pembuka penyambut kebahagiaannya. Ryeo Jungkook agaknya dibuat ragu akan pilihannya sendiri. Entah seseorang yang kini ia rengkuh setiap malam, selalu berada di...