3 | Wind philosophy

204 21 60
                                    


Ryeo, ijinkan aku jadi anginmu. Hanya aku. Hanya aku yang memberai-berai surai hitam legammu dan selalu menjadi petunjuk arah jalanmu pulang.

play—still with you by jungkook bts.

Hari silih berganti, menjadi lebih nyaman dan terasa ringan untuk dilalui. Kali ini benar-benar terasa nyata, hingga Jungkook dapat mencecap setiap rasanya. Bahkan ketika helaan napas dalamnya kian terdengar cekang, di balik meja kerja itu. Ia masih saja, membawa ketenangan itu untuk terus bersama, walaupun ia tahu pelipisnya semakin pening dan dahinya bahkan berkerut samar. Niatnya ingin segera pulang, dan menjumpai roman sang istri yang semakin bertambah manis dan cantik, setiap harinya. Tetapi, ada suatu hal yang masih mengganjal di benak. Ada rasa khawatir di sana, manakala sesuatu yang tidak seperti biasa hadir, atau sangat jarang sekali. Kini kembali menunjukkan eksistensinya, dengan tiba-tiba.

Gusar itu semakin membumbung di dalam sana. Memaksa pria Ryeo untuk menghentikan pekerjaannya—mengecek beberapa lembar naskah film, yang telah selesai dalam bulan ini. Tetapi sungguh, kali ini ia seperti kehilangan banyak fokusnya. Ada sesuatu yang minta ditafsirkan lebih lanjut. Harusnya, ia tidak perlu memikirkan terlalu banyak dan menyimpannya terlalu lama di sudut relung. Karena itu mungkin hanyalah, ya. Sebenarnya Jungkook juga tidak tahu secara pasti. Yang pasti sungguh, ini begitu sangat mengganggunya.

Pada akhirnya, Jungkook menutup map berwarna krem itu dengan berpuluh-puluh lembaran di dalamnya. Lantas bangkit, dan melepas kacamata yang bertengger di hidung mancungnya itu seraya mengambil jas yang sebelumnya terselampir asal di belakang kursi. Berjalan meninggalkan ruangan segera, dan bergegas pulang. Di perjalanan, sepasang netra indahnya memirsa ke samping dinding kaca mobil hitamnya. Ternyata ini sudah melebihi petang, atau mungkin sudah sangat larut sekali. Dan ia sadari itu, bagaimana jalanan Seoul yang terbasuh hujan gerimis tadi sore, perlahan semakin lenggang diterpa sang malam.

Membuka pintu kayu itu perlahan, dan menapak dalam keheningan. Hingga sang istri tak mengetahui kepulangannya kali. Pria berkemeja putih, dengan dasi yang perlahan mengendur dari tatanannya itu semakin mendekat ke arah meja makan sambil membawa jas berwarna birunya dan mendatangi Haerin yang kini mengerjakan pekerjaannya.

Haerin adalah seorang penulis cerita, dan waktu terluangnya untuk membuat sebuah cerita adalah kala sang putri telah menemui kantuknya. Tungkai panjang itu semakin mendekat, lantas meletakkan kedua tangan yang lengannya telah digulung hingga siku itu pada perpotongan leher Haerin secara tiba-tiba. Jungkook memeluknya dari belakang. Dan seketika, membuat sang puan itu, terkejut dalam diam. Mungkin refleks, sedikit terjingkat dengan mengedipkan bahunya lirih. Namun, tak berselang lama kala aroma feromon bercampur maskulin itu—aroma khas Jungkook yang semakin menguar pada indra penciumannya membuat senyum tipis itu tercipta dengan alaminya.

Haerin masih terduduk pada kursi makannya, merasakan bagaimana dagu pria Ryeo yang perlahan telah sukses berada di bahunya, bergelanyut manja di sana. Pun, aroma vanilla milik wanita Kyo semakin masuk, dan terhirup semakin candu oleh pria Ryeo. Selang beberapa menit, hanya ada layar leptop yang masih menyala bercampur dengan hening. Haerin tahu, Jungkook begitu lelah. Maka dari itu, sepertinya memberikan beberapa waktu untuk mengijinkan pria Ryeo melepas penatnya seharian bukanlah hal yang buruk.

Sejemang kemudian, saat sepasang tangan itu semakin mengeratkan pelukannya dari belakang diselingi rebakan tenor yang terdengar begitu berat, jelas Haerin telah menyiapkan atensinya penuh dibalik punggung itu. "Rin?" panggilnya dengan begitu berat.

Haerin lantas menoleh, dengan jari yang tiba-tiba berhenti mengetikkan beberapa untaian aksara. Kemudian tangannya bergerak, dan menimpali kedua tangan Jungkook dengan begitu hangat. "Kenapa?" tanyanya.

IdyllicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang