—ketika kebahagiaan yang kita nanti begitu konsistensi menyelimuti. Aku disini terpaku dalam kejut dan bahagiaku, Rin. Ternyata rasanya seperti ini, ya?Pagi ini, serangan kegemasan telah lebih dulu menyambutnya sangat awal dan mengejutkan. Bagaimana tidak terkejut, ini masih pukul tiga pagi dan Hyeori dengan muka bantal dan setengah sadar, telah menapakkan tungkai kecilnya ke kamar orang tuanya dengan mata yang terhias sembilu sembab.
Untung saja acara keduanya telah selesai sejak pukul satu dini hari. Dan jelas keduanya telah memakai piyama dengan warna senada itu kembali setelah sebelumnya sudah tergolak tidak berdaya di atas ubin dingin itu. Jungkook itu tidak pernah main-main dengan ucapannya. Dan ujarannya tentang acara balas dendam karena telah di usili dengan mengunci pintu balkon itu, bukanlah sebuah isapan jempol semata. Pun bisa jadi alasan juga, untuk meminta jatahnya kepada Haerin. Oke, sepertinya perbincangan tentang balas dendam ala Jungkook ini harus segera diakhiri. Takut tidak selesai. Soalnya pria Ryeo itu kalau bermain tampan dan mendominasi sekali. Tetapi terkadang juga tak segan memberikan kesempatan Haerin untuk mengambil alih.
Mimpi buruk. Itu adalah hal lumrah yang sering dialami oleh anak kecil. Tak terkecuali dengan Hyeori yang langsung datang dan memeluk tubuh sang ibu yang masih tertidur pulas dengan guratan lelah. Haerin langsung terbangun, saat mendengar Hyeori yang terisak dengan begitu kencang setelah ia tanyakan apa yang terjadi. Pun, pada akhirnya memaksa ayahnya untuk bangun juga—ikut menenangkan.
"Sudah ya menangisnya, kan ada papa dan mama disini." ucap Jungkook dengan parau dan seraknya diatas gulungan selimut tebal itu. Kemudian duduk dan memilih bersandar pada kepala ranjang dan mengambil Hyeori dari rengkuhan hangat sang istri. Jungkook lantas membawa Hyeori dalam pangkuan hangatnya, lantas mencium surai sang anak sekilas. Sedangkan Haerin memilih menelisik jam weker di nakas, samping tempat tidurnya.
Buntalan gemas dengan piyama bermotif koala itu, mengerjap-erjapkan matanya lirih kemudian memandang wajah ayah dan ibunya secara bergantian. Raut wajah keduanya sangat sinkron, entahlah bagaimana Hyeori menjelaskan yang pasti rautnya itu bisa sama dan mirip sekali. "Papa, apa monsternya tidak akan mengejarku lagi setelah aku kesini?" tanya Hyeori lugu, dengan wajah serupa.
Jungkook nampak terkekeh singkat, dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul dibalik punggung gagah itu. Kemudian memilih melingkarkan tangan besar nan hangatnya pada perut Hyeori, supaya sang anak dapat merasakan afeksinya. "Tentu saja tidak. Monsternya takut dengan papa makanya tidak berani kesini."ujarnya mencoba memberikan pengertian paling sederhana supaya sang anak dapat memahaminya dengan mudah.
"Mama pasti juga akan berkata seperti itu. Benarkan, Rin?" tanyanya lirih kepada sang istri yang nyatanya secara gamblang langsung dibalas anggukan oleh Haerin.
Hyeori nampak terdiam beberapa saat, merangkum ucapan yang menyakinkan itu kemudian berujar di balik selimut tebal itu yang membuat Jungkook dan Haerin terkejut dan merasakan buncahan gemasnya kembali. " Kalau begitu, Yuri inginnya tidur bersama papa dan mama saja. Kalau sendiri takut, kadang monsternya suka masuk mimpi. Mengejar Yuri dengan suara bugh, bugh begitu!" ucapnya dengan nada lucu dan antusiasnya. Sedangkan Jungkook malah bergeming. Dalam benak sudah berbicara, maksudnya bukan begitu juga Yuri-ya. Nanti papa, tidak memiliki alasan lagi dong untuk memeluk tubuh mamamu, setiap malam.
Batinnya lugu, seakan tak ingin kalah dengan sang anak yang ingin meraup atensi lebih banyak dari Haerin. Hmm, memang ya. Keduanya sama saja, kan memang dari sel darah yang sama membuat keduanya seringkali memasang ekspresi atau keinginan yang nyaris sama. Bahkan untuk beberapa kali waktu, Haerin sampai terkejut di dalam kebungkamannya.
Belum ada balasan, semuanya malah terdiam. Jungkook kini tengah memasang wajah seolah tak terima dengan ucapan sang anak tapi juga tidak membuka suaranya. Protesnya cuma dalam diam dan Haerin hanya terkekeh ketika menoleh dan melihat roman sang suami yang semakin membingungkan untuk diterka. Ekspresinya seolah sudah menyerah, takut nanti salah bicara dan membuat Hyeori kecewa. Lantas, tak ingin membawa rasa penasaran dan membuat Hyeori menunggu pada akhirnya ranum tipis itu membuka suaranya. "Te—tentu saja, sayang." ucapnya sedikit canggung saat dengan tiba-tiba Jungkook telah menempatkan tatapnya pada Haerin. Dan setelahnya, tampak senyum itu terbit dari balik pipi gembil dan putih itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Idyllic
FanfictionMembuka lembaran baru tanpa sebuah frasa dan aksara yang dapat diucapkan sebagai kalimat pembuka penyambut kebahagiaannya. Ryeo Jungkook agaknya dibuat ragu akan pilihannya sendiri. Entah seseorang yang kini ia rengkuh setiap malam, selalu berada di...