Band Festival
11.15 a.m.
Minggu
Matahari bersinar cerah hari ini, mungkin karena semalam sudah turun hujan cukup deras. Shea memandang keramaian di depannya. Setelah melakukan perjalanan dengan grab car selama kurang lebih sejam, akhirnya ia sampai juga di sini. Tempat ini diadakan di ruang terbuka—seperti stadion. Ada panggung di tengahnya yang dikerumuni oleh banyak orang. Di pinggir stadion, terdapat beberapa tenda yang menjual berbagai macam barang, mulai dari makanan hingga pernak-pernik.
Shea berjalan dengan canggung. Meskipun sudah beberapa kali pergi ke tempat semacam ini untuk melihat Yuta ngeband, ia tetap saja merasa canggung di tengah keramaian seperti ini. Terkadang ia mengajak Ten, tapi akhir-akhir ini Ten lagi sibuk.
Shea mulai mencari. Ia harus segera menemukan bagian backstage untuk menemui Winara—manager sementara band-nya Yuta. Paling tidak dengan bersama Winara, ia punya teman mengobrol. Tapi Shea tidak yakin bisa masuk ke backstage. Dia kan bukan panitia atau siapa pun.
Shea melihat ke arah panggung dan berpikir apakah band-nya Yuta sudah tampil atau belum. Sepertinya sudah. Yuta bilang, dia kebagian jadwal perform pukul 10... Sedangkan sekarang sudah pukul 11 lebih...
Shea berjalan menuju tempat yang sepertinya backstage tapi tentu saja ada palang yang menutupi jalan ke bagian itu. Shea merasa telinganya pengang karena ia berdiri cukup dekat dengan sound system. Ia tidak tahu bagaimana harus bersikap. Ia merasa sangat tidak nyaman berdiri di dekat kerumunan itu. Ia berusaha menghindari tatapan orang lain yang menoleh sekilas ke arahnya. Well, ia pasti terlihat seperti orang yang kebingungan—berdiri kaku di antara orang-orang.
"Shea!" panggil seseorang yang membuat Shea langsung menoleh.
"Winara!" Shea tidak bisa menahan kelegaan dalam suaranya. Ia berlari mendekati sosok itu sambil berusaha menghindari kerumunan.
Winara tersenyum lebar ke arah Shea. Senyumnya yang berbentuk hati terlihat sangat manis. "Kok telat?" tanyanya ketika Shea sudah di dekatnya.
"Sorry. Aku bangun kesiangan," jawab Shea sambil mengikuti Winara menjauhi keramaian orang-orang. Mereka sepertinya akan menuju bagian backstage. Ketika mereka sampai di depan palang yang tadi didatangi Shea, mereka berhenti melangkah.
"Oh iya, bentar, She. Harus pakai cocard panitia kalau mau masuk backstage," kata Winara sambil merogoh sakunya lantas mengulurkan sebuah cocard bertuliskan panitia event tersebut pada Shea.
Shea baru tersadar Winara juga memakai kalung itu. Ia pun segera memakainya.
"Biar kamu engga ditanya-tanya aja sih kalau nanti ketemu orang." Winara mengacungkan jempolnya pada Shea. "Udah kayak panitia."
Shea tak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum. "Yang bener aja," ucap Shea. "Eh tapi ini beneran enggak apa-apa kan aku masuk ke sini?"
"Tenang aja. Enggak bakal ada yang memperhatikan," kata Winara dengan suara tenang seraya memberi isyarat kepada Shea untuk berjalan mengikutinya.
Shea manggut-manggut. Begitu masuk ke area backstage, orang-orang terlihat berjalan hilir-mudik. Entah kenapa Shea merasa tak nyaman karena ia merasa tidak seharusnya berada di situ. Bagaimana kalau ada salah satu dari mereka yang memanggilnya dan menyuruhnya melakukan sesuatu? Padahal dia tidak mengerti apa pun soal acara ini. Ia menoleh ke arah Winara yang berjalan di sampingnya.
"Tenang, She... Kita bakal ke spot yang bagus buat puas ngeliatin panggung." Winara nyengir.
"Yuta? Dia udah selesai manggung kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Saudade | Nakamoto Yuta
Fanfiction⌜ Baginya, Yuta adalah bintangnya. Inspirasinya. Baginya, Johnny adalah mataharinya. Pelindungnya. Hingga suatu hari, Shea harus kehilangan salah satunya. ⌟ ⌜𝐬𝐚𝐮𝐝𝐚𝐝𝐞 ; a feeling of longing, melancholy, nostalgia ⌟