Part 6

75 11 1
                                    

Ternyata di samping Rara sudah ada seseorang, sepertinya kakak kelas. Rara belum menyadari kehadirannya karena ia menutup wajahnya dengan telapak tangan, sementara seseorang itu hanya menatap Rara dengan raut sedih. Ia tau suasana hati Rara yang sedang sedih saat ini, maka dari itu ia membiarkan Rara tak menyadari kehadiran dirinya

Tanpa aba aba someone itu memeluk tubuh Rara dari samping, Rara merasakan kenyamanan dalam pelukan itu. Ia menyenderkan tubuhnya di dada bidang milik Someone itu, seketika air mata Rara turun. Ia tak peduli jika seragam miliknya basah akibat tangis Rara, ia mengelus puncak kepala Rara untuk membuatnya tenang

Setelah Rara tenang, ia membuka suara. Menanyakan hal yang telah terjadi pada Rara, Rara mendongak menatap manik matanya

"Kamu kenapa?" tanya Ridwan khawatir

"Kak Selfi bang" ucapnya sedih

"Selfi?" ulang Ridwan, sepupu Rara

"Iya bang, kak Selfi"

"Kenapa sama Selfi?"

"Kak Selfi marah sama Rara" ucap Rara memeluk Ridwan

"Coba kamu cerita sama abang"

Rara menceritakan semua yang terjadi tadi termasuk kejadian di kantin, Ridwan hanya manggut manggut mendengar cerita Rara

"Terus gimana sama rencana kamu?" tanya Ridwan yang sudah tau mengenai rencana Rara untuk membalas perbuatan Selfi yang pergi ke sekolah duluan

"Rara gak tau bang, Rara takut kalau kak Selfi makin marah sama Rara"

"Kalau abang ikutan bantuin gimana?"

"Enggak deh bang, Rara gak mau abang ikutan kena marah kak Selfi"

"Yaudah kalau kamu maunya gitu, o iya gimana sama sepeda kamu dek?"

"Sepeda Rara di bawa sama sopir pribadi cowok itu, katanya dia mau benerin terus di anter ke rumah"

"Emang cowok itu tau rumah kamu dimana?" tanya Ridwan yang di balas gelengan oleh Rara

****

Rara sudah kembali ke kelasnya dan kedua sahabatnya itu tak menanyakan perihal ia pergi kemana, mungkin mereka sudah tau kemana Rara pergi

Siang hari ini terasa sangat panas, Rara masih menunggu Ridwan di parkiran. Ya, ia akan pulang bersama Ridwan. Sementara Selfi? ia sudah pulang dari tadi

Afisan akhirnya sampai di rumahnya, ia sempat melihat sepeda merah di sana. Ah iya, Afisan baru ingat dengan pemilik sepeda itu. Saat istirahat tadi Afisan sudah memberitau pada sopir pribadinya untuk memperbaiki sepeda Rara dan saat ini Afisan bingung bagaiman ia bisa mengembalikan sepeda Rara

"Gimana caranya gue balikin sepeda dia? gue aja gak tau rumahnya dimana, kenapa tadi gue gak nanya alamatnya, bodoh banget sih gue" ucap Afisan mengacak rambutnya

"Den Afisan kenapa? ada masalah den?" tanya Mang Ujang, sopir pribadi Afisan

"Ini mang, Afisan lupa nanya alamat rumah dia"

"Memang aden gak satu sekolahan sama dia?" tanya Mang Ujang di balas gelengan oleh Afisan

"Anter aja ke sekolahnya den"

"Ok, besuk Afisan anter ke sekolahnya"

"Ngomong ngomong aden suka ya sama dia?" goda Mang Ujang

"Mang Ujang apaan sih" ucap Afisan malu malu

"Kenapa malu malu sih den? den, baru kali ini mamang liat aden rela berkorban demi cewek"

"Enggak kok mang, Afisan cuma bantu dia aja, lagi pula dia udah punya pacar"

"Den, kalau baru pacaran aden masih bisa mencuri hatinya" ucap Mang Ujang menyemangati

"Iya mang, Afisan juga baru berusaha untuk membuat dia jatuh cinta sama Afisan"

"Ketauan kan kalau aden suka sama dia"

"Terserah mang ujang" ucap Afisan masuk rumah

Afisan mengistirahatkan tubuhnya, memejamkan mata sejenak lalu ia bangkit membuka laci nakas. Ia menatap lantas mengambil buku diary itu, Afisan baru sadar jika disana tertera alamat rumah Rara, Afisan segera mencatatnya

Sore nanti Afisan berencana akan mengembalikan sepada juga buku diary Rara, sebelum ia kembalikan Afisan membaca buku tersebut untuk terakhir kalinya, mungkin. Afisan berhenti pada tulisan "Terimakasih Untuk Semua Kasih Sayangmu" selama beberapa hari ini yang Afisan baca hanya mengenai kerinduan Rara pada Papanya sepertinya isi tulisan ini berbeda dengan yang lain, perlahan Afisan membacanya dengan seksama

Terimakasih Untuk Semua Kasih Sayangmu

Terimakasih untuk semua, kasih sayang dan juga perhatianmu. Aku tau aku tak akan selalu menjadi yang pertama bagimu, namun aku yakin jika kamu akan berusaha untuk memprioritaskan diriku dalam hidupmu. Jangan pergi meninggalkan ku, walaupun suatu saat kamu akan sibuk. Jangan terlalu sibuk, karena aku tak suka jika kamu harus seperti Papa. Aku takut kamu melupakanku, hanya kamu satu satunya yang mengerti dan selalu menemaniku

Aku sayang padamu


Mendadak harapan Afisan untuk mencuri hati Rara musnah, setelah membaca tulisan itu. Sore telah tiba, Afisan tengah bersiap siap ke rumah Rara

Rara sibuk mencari buku diary nya, sepertinya ia lupa mengenai buku itu. Ia turun untuk menanyakan pada yang lain, tapi tak ada yang tau hilangnya buku diary Rara. Afisan sudah berada di depan rumah Rara, ia segera meletakkan sepeda dan juga buku diary Rara dalam keranjang sepeda

Afisan mengetuk pintu pagar rumah Rara dan keluarlah seorang cowok berpostur tinggi dari dalam, ia berteriak keras saat melihat Afisan

"Woy! lo siapa? ngapain lo disini?" tanyanya berteriak

Belum sempat Afisan menjawab pertanyaan tersebut, Afisan sudah lari terlebih dahulu meninggalkan rumah Rara. Cowok itu hanya menatap punggung Afisan yang telah jauh

"Aneh, kenapa dia lari? jangan jangan dia mau maling" gumamnya lantas masuk ke dalam rumah










Coba tebak siapa cowok itu, ada yang tau?

Masih adakah yang penasaran sama kelanjutan ceritanya?

Jangan lupa vote dan coment

Dengan CarakuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang