Sinar mentari pagi perlahan masuk lewat jendela kaca yang sedikit terbuka, dari balkon kamar laki-laki yang masih menutup matanya. Jam di atas nakas, sudah menunjukkan pukul sembilan pagi, ketika Jaebeom membuka matanya perlahan.
Lantas yang Jaebeom lakukan pertama kali, ialah mengusap wajahnya pelan. Lalu melihat sekeliling kamarnya yang menjadi sangat bersih. Padahal yang Jaebeom ingat, sebelum ia terlelap dalam tidurnya, nakas di sampingnya itu penuh dengan botol-botol minuman. Juga mangkuk bekas ramyeon yang ia santap kemarin. Namun kini, meja samping tempat tidurnya itu, hanya terdapat lampu tidur beserta jam digital, pun segelas air putih yang masih terisi penuh.
Kedua ujung bibir laki-laki itu, perlahan naik pada detik berikutnya. Dalam pikirnya, pasti ada seseorang yang merapihkan kamarnya selagi ia tertidur. Pun seseorang itu pula yang juga menaruh segelas air putih yang tengah Jaebeom teguk saat ini.
Telapak kaki Jaebeom, menyentuh lantainya yang masih dingin. Akibat pendingin ruangan yang menemaninya dari kemarin. Ia kemudian melangkah ke arah pintu kamarnya, keluar dari ruangan yang menjadi tempat ia mengurung dirinya dua hari belakangan.
Ya, dua hari yang lalu. Sejak hubungannya dengan Marsha berakhir.
Jaebeom melangkah menuju ruangan lain, yang ia yakini bisa menemukan kehadiran sosok yang ia harapkan. Yakni seseorang yang juga tangannya ia genggam semalaman.
Membuka pintu kamar tamu di Apartementnya, Jaebeom masih belum melihat kehadiran perempuan itu. Tempat tidur di ruang itu masih tersusun rapi. Seperti tidak ada seseorang yang menempatinya semalam. Padahal jika perempuan itu ialah Marsha, ia akan selalu menempati kamar itu, kalau memang kedatangannya berakhir dengan menginap semalam di Apartement Jaebeom.
Masih meyakini kalau perempuan yang semalam menghampirinya sudah pasti Marsha, Jaebeom melangkahkan kakinya lagi ke ruangannya yang lain. Menuju ruang televisi yang langsung terhubung dengan dapurnya. Namun lagi-lagi nihil. Tidak ada juga tanda orang lain yang hadir di Apartement itu saat ini.
Ia mendekat ke arah dapur, saat matanya menangkap satu mangkuk besar yang tersaji di meja makannya. Walaupun sudah menghabiskan lebih dari lima botol minuman semalam, Jaebeom masih ingat kalau kemarin ia sama sekali tidak menyimpan sisa makanan apapun. Bahkan yang terakhir masuk ke perutnya selain alkohol, hanyalah dua bungkus ramyeon yang ia santap kemarin sore. Maka Jaebeom sangat heran, mengapa ia saat ini mendapati semangkuk sup pereda pengar dihadapannya.
Namun Jaebeom malah mengulum senyumnya lagi. Ia berpikir bahwa sup itu ialah buatan Marsha. Ya, siapa lagi memangnya? Hanya perempuan itu yang mengetahui kata sandi Apartementnya selain Bambam. Ditambah rasa sup yang sedang Jaebeom santap ini, benar-benar nikmat! Membuat Jaebeom sangat yakin, kalau memang ada kehadiran Marsha di Apartementnya.
Sambil menghabiskan satu porsi sup itu, Jaebeom jadi berpikir — mungkin kejadian dua hari yang lalu, ketika Marsha meminta padanya untuk mengakhiri hubungan mereka — hanyalah sebuah mimpi dari tidur Jaebeom yang panjang. Karena sungguh, sama sekali tidak terlintas di benak Jaebeom, alasan apa yang membuat Marsha mendatanginya semalam, lalu sampai membuat sup ini, kalau memang nyatanya hubungan mereka telah usai?
Tidak perlu waktu lama untuk menghabiskan sup itu, tapi belum juga perempuan yang sedaritadi Jaebeom tunggu, muncul di hadapannya. Lantas Jaebeom memikirkan hal lain, seperti bagaimana jika Marsha sudah pulang saat dirinya masih tertidur? Kemudian melirik kalender di dindingnya, Jaebeom menyadari bahwa hari itu, Hari Jum'at. Harinya jadwal pemotretan rutin Marsha.

KAMU SEDANG MEMBACA
Till I Met You.
FanfictionSetelah 5 tahun debut bersama TWICE, Nayeon mendapat Solo Project untuk menjadi pemeran utama bersama dengan Actor Lim Jaebeom, Park Jinyoung dan Actress Shin Yeeun dalam Drama Series SBC berjudul "Till I Met You." Nayeon dilema. Apakah ia bisa bah...