Retoris

264 37 7
                                    

Retoris
Pertanyaan yang sebenarnya tidak memerlukan sebuah jawaban.

{}

Ting!

Seorang perempuan berambut panjang melangkah dari pintu lift yang baru saja terbuka. Kakinya yang jenjang itu berjalan dengan stiletto berwarna hitam pekat. Membuat hentakan suaranya nyaring terdengar memenuhi keheningan di basement Apartement siang itu. Kedua pipi perempuan yang sedikit merona itu terangkat naik ketika matanya berhasil menemukan Range Rover hitam yang sudah tak asing baginya, terparkir di tempat biasanya.

Tuk! Tuk! Tuk!

Ia mengetuk kaca mobil dengan jemarinya pelan. Kemudian membuka pintu mobil itu dan duduk di kursi depan, samping laki-laki yang hari ini menjemputnya.

"Hai! maaf lama, ya? tadi ada yang ketinggalan jadi aku balik lagi."

Yang ditanya menggeleng, "gapapa," ucapnya dengan senyuman yang sedari tadi sudah tersemat di wajahnya, sejak perempuan itu mengetuk kaca jendela mobilnya.

Laki-laki itu baru saja ingin menyematkan seatbelt pada tubuhnya, saat perempuan yang duduk di sampingnya itu, seketika memberi kecupan ringan di pipinya, "Happy Monthiversary, love!"

Jaebeom terkesiap. Bukan karena dirinya yang belum siap menerima kecupan tiba-tiba yang diberikan oleh perempuan itu. Namun karena Jaebeom sendiri ragu dengan ucapan yang baru saja ia dengar dari perempuan yang saat ini masih tersenyum menghadapnya. Jaebeom mengalihkan matanya untuk melirik kalender kecil yang berada di atas dashboard mobilnya itu dan Yap, benar saja! Hari ini memang tepat tanggal 25 di bulan Juli.

Jaebeom merutuki dirinya sendiri — bagaimana ia bisa lupa kalau hari ini adalah hari jadi mereka yang ke-22 bulan?

Lantas Jaebeom membalas senyuman itu, "Happy Monthiversary, Marsha!" ucap Jaebeom lalu menarik perempuan di sampingnya itu ke dalam pelukannya, erat.

Cukup lama Jaebeom mendekap Marsha, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Dalam peluknya, Jaebeom mengusap rambut kekasihnya itu perlahan. Kemudian menghirup aroma Vanilla yang selalu ia rindukan dari seorang Marsha. Lalu perempuan yang berada di pelukannya itu, hanyut dalam kehangatan yang selalu Jaebeom berikan untuknya.

Tidak ada sebuket bunga yang Jaebeom berikan untuk Marsha hari ini. Atau pun surat cinta yang sengaja Marsha tulis untuk Jaebeom di hari special mereka berdua. Tidak ada juga tukar hadiah untuk memperingati hari jadi mereka. Bisa bertemu di sela-sela jadwal mereka yang padat dan berbagi pelukan hangat seperti ini pun, sudah cukup rasanya bagi pasangan itu.

Masih mendekap perempuannya, Jaebeom melihat jam yang terpasang di tangan kanannya itu. Waktu menunjukkan pukul sepuluh pagi. Ia masih harus mengantar Marsha ke tempat pemotretannya di hari Sabtu ini, sebelum dirinya juga melakukan pemotretan di tempat lain. Itu ialah pemotretan dirinya dengan pemain drama Till I Met You lainnya, untuk poster drama series tersebut. Lantas Jaebeom melepas pelukannya, "yuk, berangkat! nanti kamu telat."

Marsha menatap laki-laki di sampingnya itu, sambil mengerucutkan bibirnya. Ia menggeleng, "aku hari ini mau ikut kamu aja."

Jaebeom menoleh, mengerutkan dahinya. Seingatan Jaebeom dalam video call nya semalam dengan Marsha, perempuan itu minta diantar oleh Jaebeom untuk ke tempat pemotretannya hari ini. "Bukannya kamu juga ada pemotretan?" tanya Jaebeom heran.

Marsha terkekeh, "iya ikut kamu pemotretan maksudnya. Aku hari ini free!" ucapnya riang.

"Sha —"

Till I Met You.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang