14. Tengah hutan

44 11 1
                                    

"Sena kalau nanti lo kesasar pas jurit malam, lo tinggal hentakkin kaki lo tiga kali sambil manggil nama gue,"

"Terus lo bakal datang?"

"Iya, gue bakal dateng dengan sejuta kejutan."

"Ngaco lo, gue lakuin itu kaya manggil dedemit."

"Gak apa apa manggil kaya gini aja, Caca cantik mirip Selena Gomez, lo nyebutnya tiga kali. Dan gak lama gue pasti bakal dateng."

"SIALAN LO! COBA KALAU NGASIH TAU TUH YANG BENER DIKIT NAPA," gerutu Sena.

Sena memang sudah biasa menghadapi kelakuan receh sahabatnya itu, dan Sena harus banyak bersabar dengan perlakuan receh sahabatnya itu.

****

Sena memeluk tubuhnya sendiri, sambil menghangat kan tubuh nya yang dingin. Saat ini dia benar-benar takut dan dia tidak tempat yang saat ini Sena pijak dimana. 

Ingatannya malah tertuju kepada obrolan receh antara Sena dan Caesa, bahkan saat ini Sena nyasar Caesa memang tega meninggalkan Sena.

Eh, tidak-tidak Ini bukan kesalahan Caesa ini kesalahan Sena sendiri karena tadi malah pergi bukan menunggu Caesa yang sedang buang air kecil dan dengan bodohnya Sena malah meninggalkan senter serta petanya juga.

Sena bodoh!

Sena bodoh!

Gadis itu terus merutuki dirinya sendiri karena kebodohannya ia bisa berada ditengah tuhan yang menakutkan seperti saat ini.

"Hiks, Bunda Sena takut- Sena mau pulang Ayah." isak Sena tiba-tiba. Dia benar-benar merasa lelah karena sudah hampir 1 jam lebih Sena berjalan menelusuri hutan namun tetap saja Sena tidak menemukan jalan keluarnya.

Tubuh mungil itu terduduk karena tak kuat lagi menompang berat tubuhnya lagi. Saat ini yang Sena rasakan adalah lapar dan haus.

Perutnya keroncongan karena sebelum jurit tadi kan Sena bersama Galang, cowok itu menahan Sena untuk pergi terlebih lagi luka Sena belum pulih sepenuhnya.

"Hiks,Bunda Ayah Sena mau pulang, Sena takut disini sendirian Ayah, Bunda, Sena takut,disini gelap." Sena memendamkan wajahnya dilipatan lengannya.

Disini gelap dan Sena benci gelap!

****

"Senaa, yuhuuu "

"Senaa."

"Yayang Sena kamu dimana, aa Galang rindu,"

Plak!

Andika mengeplak kepala Rizaldy dengan kasar, ucapan Rizaldy memang tidak pernah disaring bahkan sejak tadi cowok blesteran itu mengoceh tak jelas padahal jelas-jelas ada Galang yang sedang khawatir.

Mengkhawatirkan Sena yang entah dimana keberadaannya.

"Lo sekali lagi ngomong aneh-aneh gue lempar lo ke jurang," ancam Andika kepada Rizaldy.

"Sakit bego! Gue cuman mencairkan suasana." balas Rizaldy mengusap kepalanya yang terkena geplakan Andika sangat sakit menurut Rizaldy.

"Gue nyari ke arah kiri kalian nyari ke arah kanan." ucap Galang memberi perintah pada teman temannya lalu berjalan meninggalkan kedua sahabatnya begitu saja.

Andika dan Rizaldy hanya saling pandang lalu mengangkat bahu mereka dengan atuh.

****

"Sena!"

Galang merutuki dirinya sendiri yang tak mampu menjaga Sena dengan baik, Galang merasa bersalah karena tadi Galang tidak bisa mencegah Sena untuk tidak ikut jurit malam

Magenta ; Sena untuk Galang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang