19. Rumah sakit

63 11 0
                                    


Galang masih setia menemani Sena di taman belakang rumahnya, memastikan agar wanitanya tidak terus menerus sedih atas kematian Ayahnya, Galang meminta pada Sena agar dia bisa mengikhlaskan Ayahnya.

Untungnya Sena mendengarkan apa kata Galang, memang yang di katakan Galang benar, jika dia berlarut larut dalam kesedihannya bagaimana dia bisa membuat Ayahnya bangga, perlahan tapi pasti, itulah yang Galang lakukan untuk meyakinkan Sena dan membuat Sena mengikhlaskan kepergian sang Ayah tercinta.

"Makasih ya Gal, makasih lo udah mau temenin aku, yakinin aku, dan selalu ada buat aku. " Sena mendongkakan kepala nya untuk melihat kearah Galang.

"Apaan sih makasih makasih segala, kamu lupa ya sama janji aku tadi? "

"Engga ko aku ga lupa, aku beruntung banget punya pacar kaya kamu, meskipun pas awal ketemu nyebelin nya minta ampun. " Sena terkekeh saat mengingat masa masa awal pertemuan nya dengan Galang.

Drettt Drettt

Ponsel Galang tiba tiba berdering, membuat keduanya spontan melihat kearah suara.

"Handphone kamu tuh nyala. "

"Sebentar ya, aku angkat telfon dulu. "

Sena mengangguk dan memperhatikan Galang yang menjauh dari pandangannya.

Setelah kembali dari mengangkat telfon, wajah Galang berubah drastis, ada perasaan khawatir yang terlihat dari wajah Galang.

"Sena, maaf aku harus pulang dulu, ada hal yang harus di selesaikan saat ini juga, tidak apa apa kan kalau aku pulang dulu? "

Dugaan Sena tidak melenceng, ada hal yang membuat Galang cemas, dan benar saja, buktinya Galang berpamitan untuk pulang, pasti ada hal yang terjadi.

"Iya aku gak apa apa ko, kamu pulang aja  sana, aku udah gak apa apa ko, emang tadi yang telfon siapa? "

"Ka Vianny, dirumah lagi ada sedikit masalah, aku pulang dulu ya, kamu jaga diri baik baik disini, jangan lupa makan, istirahat yang cukup, besok aku kesini lagi." sejujurnya Galang sangat mengkhawatirkan gadisnya ini, tapi ada hal penting lainnya juga yang harus dia kerjakan, dengan langkah berat, Galang
meninggalkan Sena menuju rumahnya.

"Yauda iya, hati hati di jalan ya Gal, jangan ngebut ngebut, ini hujan diluar lagi hujan juga, hati hati ya. " entah kenapa Sena sangat mengkhawatirkan Galang, padahal Sena tau Galang hanya akan pulang ke rumah nya, tapi kenapa tiba tiba Sena sangat mengkhawatirkan nya.

"Iya aku pasti hati hati ko, tenang aja, aku kan biasa bawa motor ngebut. " ujar Galang sebelum meninggalkan Sena.

"Kalau kamu ada apa apa, disini anak anak Magenta ada, aku suruh mereka biar jagain lo disini, mereka pulang malem ko. " lagi lagi Galang berusaha meyakinkan Sena, namun wajah Sena masih sangat mengkhawatirkan keselamatan Galang.

"Udah jangan khawatir gitu dong, lagian aku kan cuma pulang ke rumah liat keadaan di rumah, senyum dong. " Galang meletakkan tangannya di pipi Sena, membentuk bibir Sena menjadi lengkungan senyum yang indah.

"Tapi kalau kamu ada apa apa kabarin aku ya, atau gak kamu kabarin temen temen kamu " pinta Sena sebelum Galang pergi.

"Siap tuan putri. " tangan Galang membentuk hormat di dahinya.

"Yauda aku pulang dulu ya sayang. "

"Iya, hati hati manusia nyebelin. "

"Okey sayang. "

Sebelum pulang, tak lupa Galang berpamitan terlebih dahulu pada keluarga Sena, dan juga pada teman temannya.

"Mau kemana lo Gal? " tanya Arsel saat Galang hendak mengambil kunci motornya.

Magenta ; Sena untuk Galang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang