Chapter 9 [ Pedang Excalibur ]

7 5 0
                                    

⭐HAPPY READING⭐

Keesokan paginya, Cloude sudah merasa baikan. Dia berjalan-jalan di sekitar istana dan secara tidak sengaja berpapasan dengan Raja Edward dan Raja Arthur. Karena Raja Arthur tidak pernah melihat Cloude, maka dia bertanya pada Raja Edward.

"Siapa pemuda ini?"

"Dia Cloude, putra angkatku."

"Putra angkat yah, tapi kenapa dia tidak memakai pakaian selayaknya seorang pangeran?"

"Dia tidak seperti pangeran lain, dia menyukai kesederhanaan."

"Maaf jika penampilan saya mengganggu anda." Cloude menunduk dan meminta maaf.

"Tidak masalah, aku suka orang yang sederhana."

"Baiklah kalau begitu, saya harus pergi. Permisi."

Cloude lalu pergi meninggalkan Raja Edward dan Raja Arthur di lorong itu. Dia segera menuju ke kandang kuda. Di depan kandang kuda itu berdiri seorang penjaga kuda istana. Begitu melihat Cloude datang, dia langsung menyapanya.

"Selamat pagi Pangeran, apa kau ingin aku menyiapkan kudamu?"

"Ya cepatlah, aku ingin menghirup udara segar di luar istana."

"Aku heran, kenapa Pangeran dan Putri lebih suka menghabiskan waktu di luar istana." Penjaga itu keluar dari dalam kandang bersama kuda Cloude.

"Tunggu, dimana kuda Aurora?" Cloude terkejut saat melihat kuda Aurora tidak ada di dalam kandang.

"Putri Aurora keluar istana lebih pagi dari Pangeran."

"Kemana dia pergi?"

"Putri tidak bilang dia akan pergi kemana."

"Baiklah, aku pergi dulu."

Cloude menunggangi kudanya dan memacunya pergi meninggalkan istana. Tidak lama kemudian, Petter datang dan bertanya pada penjaga.

"Apa itu Pangeran Cloude?"

"Iya Pangeran."

"Siapkan aku 1 kuda, aku bosan berada di dalam istana."

Penjaga lalu masuk ke dalam dan keluar dengan membawa seekor kuda berwarna coklat. Petter menunggangi kuda itu dan memacunya keluar istana.

Cloude memacu kudanya dengan kecepatan rendah, melewati jembatan istana dan pedesaan. Tidak lama kemudian dia sampai di padang rumput dan dia melihat sekitar, siapa tau ada Aurora di sekitar padang rumput

Namun dia tidak melihat Aurora di tempat itu, dia mulai cemas dan dia kembali memacu kudanya ke tempat lain. Mencari Aurora ke satu tempat ke tempat lain, namun dia tidak menemukan Aurora.

"Aurora, dimana kau sebenarnya." Tanyanya dalam hati. Dia semakin cemas, dia tidak menemukan Aurora di tempat manapun.

Dia lalu pergi ke pinggiran hutan tempat biasanya, dia berpikir bahwa Aurora ada di sana bersama dengan hewan-hewan hutan. Begitu dia sampai, ternyata yang dia pikirkan salah, dia tidak melihat Aurora ataupun kudanya. Dia lalu memanggil elang “Ruth”.

Tidak lama setelah dia memanggil elang itu, dia datang dan terbang sangat tinggi tepat di atas Cloude. Dia lalu turun dari kudanya dan memegang ikatan kudanya dengan kuat, karena bisa saja kudanya lari saat elang itu mendarat.

Elang itu terbang menukik ke bawah dengan sangat tajam, elang itu turun dengan cepat. Bulu-bulunya seakan-akan terbakar saat dia semakin ke bawah dan elang itu mendarat dengan hembusan angin yang sangat kuat.

Kuda Cloude terkejut saat elang itu mendarat dan mencoba untuk lari. Namun Cloude langsung menenangkan kudanya dan perlahan kudanya mulai tenang.

Cloude lalu berpaling pada elang itu, dia menunduk dan elang itu juga menunduk. Cloude memperhatikan elang itu, dia melihat sesuatu yang berubah dari elang itu. Elang itu memiliki jambul yang berwarna merah tua dan bulu-bulu sayapnya memerah. Garis tepi kelopak matanya juga sedikit berwarna merah.

"Ruth, aku butuh bantuanmu untuk menemukan Aurora. Apa kau bisa membantuku?"

Elang itu mengangguk pelan, dia langsung membungkuk dan merentangkan kedua sayapnya, seakan-akan dia menyuruh Cloude menungganginya. Cloude melepas ikatan kudanya dan dia mendekati elang itu. Dia lalu naik ke punggungnya, elang itu lebih besar dari pada dirinya ataupun kudanya. elang itu perlahan berdiri dan mulai mengepakkan sayapnya perlahan. Dengan 1 kepakan yang sangat kuat, elang itu membawa Cloude terbang keatas dengan cepat. angin berhembus sangat kuat, sehingga Cloude menutupi matanya dengan lengannya agar angin tidak menerpa matanya dan menghalangi penglihatannya. Semakin tinggi mereka terbang, semakin kuat terpaan angin yang mereka terima.

Elang itu membawanya terbang sangat tinggi, seakan-akan hendak membawanya melewati Atmosfir bumi. Saat elang itu mencapai ketinggian tertentu, dia berhenti, terpaan angin yang sebelumnya sangat kuat, berubah 180 derajat. Angin berhembus sangat tenang dan elang itu terbang tanpa harus mengepakan sayapnya.

Cloude melepaskan pegangannya dan perlahan merentangkan tangannya. Merasakan hembusan angin yang menerpanya, menikmatinya, dia seakan merasa bisa terbang tanpa harus menunggangi elang itu.

Elang itu terbang sangat santai. Meski Cloude menikmati perjalanannya, dia tidak lupa akan tujuannya untuk menemukan Aurora. Begitu pula elang itu, elang itu melihat ke bawah, mencari keberadaan Aurora.

"Ruth, cepatlah."

Elang itu terbang menukik ke bawah dengan sangat cepat, sehingga Cloude harus berpegangan erat pada elang itu. Elang itu membawa Cloude turun dengan sangat cepat, Cloude bahkan tidak dapat melihat ke arah mana elang terbang.

Tiba-tiba elang itu berhenti dan mengepak-kepakan sayapnya. Dari ketinggian, Cloude melihat Aurora sedang duduk di tepi sungai. Elang itu turun perlahan, karena elang itu tidak ingin membuat Aurora terkejut.

Namun, Cloude tiba-tiba menjatuhkan dirinya dan melesat bebas ke bawah. Dia melakukan gerakan berputar di udara, seakan-akan dirinya bisa terbang. Dia mendarat dengan posisi berlutut dengan tangan mengepal yang menyentuh tanah.

Suara Cloude saat mendarat membuat Aurora terkejut, sehingga Aurora mengarahkan sebuah pedang pada Cloude. Aurora mengira Cloude adalah penjahat, namun Aurora langsung menurunkan pedangnya saat dia sadar bahwa dia adalah Cloude.

"Cloude, kau membuatku terkejut."

"Benarkah? kenapa kau pergi sangat jauh dari istana dan kenapa kau kesini?" Cloude berjalan mendekati Aurora dengan perlahan.

Aurora tidak menjawab, elang yang di tunggangi Cloude mendarat di sebelah Aurora. Dia mengelus kepala elang itu dengan hati-hati. Elang itu menikmati apa yang di lakukan Aurora.

"Ruth, kau sangat besar sekarang."

Cloude berhenti di depan elang itu, dia memperhatikan pedang yang Aurora pegang, pedang itu sangat berbeda dengan pedang biasanya, bilahnya kecil namun panjang. Dia sempat berpikir, dari mana Aurora mendapatkan pedang itu. Dia lalu memperhatikan daerah sekitar dan dia tidak melihat kuda Aurora.

"Dimana kudamu?"

"Dia melarikan diri karena terkejut saat buaya besar muncuk dari dalam air sungai dengan tiba-tiba."

"Apa kau membunuh buaya itu dengan pedang itu?"

"Tidak, aku tidak membunuhnya. Buaya itu muncul dengan membawa pedang ini di mulutnya. Buaya itu memberikan pedang ini padaku, setelah itu dia kembali ke sungai."

"Buaya itu, memberikan pedang?"

"Ya, aku kemari karena semalam aku bermimpi."

"Ceritakanlah mimpimu itu."

"Tadi malam, aku bermimpi bertemu dengan seorang pria tua, dia memintaku untuk menemukan pedang Excalibur yang di jaga oleh seekor buaya besar bernama George. Ciri pedang itu, bilahnya panjang namun lebih kecil dari pedang biasanya dan pada bagian tengah gagang pedang itu ada batu Kristal merah berbentuk bintang dan pedang ini sama persis dengan ciri-ciri itu, hanya saja tidak ada batu Kristal di pedang ini." Aurora menceritakan mimpinya itu dengan perlahan.

Bersambung....

BLADE OF FREEDOM [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang