Chapter 8 [ Misteri di hutan terlarang ]

21 6 0
                                    

⭐HAPPY READING⭐

"Tapi maaf Lucy, aku mencintai Aurora." Cloude lalu kembali meminum teh hangat itu.

Di bawah, Raja Edward beserta Ratu Isabelle dan Aurora sedang membicarakan rencana pernikahan Aurora dengan Petter di meja makan.

Petter sangat tampan namun dia memperlihatkan raut wajah kesal. Tampaknya bukan hanya Aurora yang tidak suka dengan perjodohan ini.

"Raja Arthur, apa anda setuju jika pernikahan ini di langsungkan bulan depan?" Raja Edward bertanya pada Raja Arthur.

"Itu terserah pada anda Raja Edward. Sepenuhnya acara pernikahan ini kami yang mengurusnya."

"Baguslah, kita semua sepakat bahwa pernikahan akan dilangsungkan 30 hari dari sekarang." Raja Edward menyatakan pernikahan akan di laksanakan 30 hari lagi.

Aurora dan Petter tampak kesal, tidak satupun dari mereka mengeluarkan suara ataupun menyapa satu sama lain.

"Dia cantik bukan? sapalah dia calon istrimu." Ratu Guinevere menyuruh Petter untuk menyapa Aurora.

Petter menuruti ibunya dan dia menyapa Aurora dengan terpaksa. Aurora membalas sapaan Petter dengan senyum yang di paksakan.

Setelah mereka selesai membicarakan rencana pernikahan bulan depan, Raja Edward mengajak Raja Arthur mengelilingi istana, melihat keseluruhan istana itu.

Sedangkan Ratu Isabelle dan Ratu Guinevere tetap berada di ruangan itu. Bersama Aurora dan Petter. Tiba-tiba Aurora beranjak dari tempatnya dan berjalan pergi.

"Aurora, kau mau kemana?" Ratu Isabelle terkejut dan langsung bertanya.

"Aku mau ke atas, meriksa keadaan Cloude."

Aurora segera pergi menuju kamar Cloude, meninggalkan Ratu Isabelle dengan Ratu Guinevere dan Petter.

"Siapa itu Cloude?" Ratu Guinevere bertanya pada Ratu Isabelle karena penasaran siapa itu Cloude.

"Cloude itu putra angkat kami, dia seorang pangeran yang hebat dalam memainkan sebuah pedang dan mungkin akan menjadi ksatria terhebat di seluruh kerajaan ini ataupun kerajaan lain." Ratu Isabelle menjawab dengan menambahkan sedikit pujian pada Cloude.

Petter yang merasa bosan dengan pembicaraan itu, beranjak dari tempatnya dan berjalan ke luar istana.

"Putra angkat yah."

"Meskipun dia putra angkat kami, kami sangat menyayanginya seperti kami menyayangi putra kami sendiri."

"Jadi, dia sangat penting dalam kerajaan ini?"

"Ya dia sangat penting."

Sementara itu, di dalam kamar Cloude. Aurora sedang menyuapi Cloude, Aurora menyuapi Cloude dengan hati-hati agar bu bur itu tidak mengotori pakaian Cloude.

Sekilas mereka seperti pasangan kekasih, seorang Putri dengan seorang Ksatria. Saat Aurora akan menyuapi Cloude, Lucy tiba-tiba masuk ke kamar Cloude tanpa mengetuk pintu. Lucy sedikit terkejut karena ada Aurora di kamar Cloude.

"Maaf Pangeran, aku tidak tahu jika ada Putri Aurora di sini." Lucy meminta maaf karena masuk tanpa permisi.

"Tidak apa-apa Lucy, ada apa?" Cloude lalu bertanya pada Lucy.

"Ada beberapa orang ingin bertemu dengan Pangeran." Lucy lalu bergeser kesamping dan dari luar datang Louis dan Michael. Cloude sedikit terkejut dengan kedatangan mereka.

"Aurora, bisa tinggalkan aku dengan mereka berdua?"

"Baiklah, aku rasa ini urusan para pria."

Aurora lalu meletakan mangkuk bubur itu di meja. Dia dan Lucy lalu keluar dari kamar Cloude dan menutup pintunya.

Begitu pintu tertutup, Louis dan Michael langsung melompat ke ranjang Cloude dan mulai rebahan di samping Cloude.

"Ternyata seperti ini rasanya tinggal di istana." Louis menikmati saat-saat berada di kamar Cloude.

"Ada apa kalian kemari? lalu mana Kevin dan Wiliam?"

"Mereka pergi memancing, tentu saja kamu datang untuk menjengukmu."

Cloude senang karena mereka berdua datang menjenguknya, meskipun Kevin dan Wiliam tidak datang.

"Aku ingin bertanya pada kalian, apa kalian merasakan sesuatu yang aneh di hutan itu?" Cloude beranjak dari tempat tidurnya dan melihat ke luar jendela.

"Ya, akhir-akhir ini, saat malam hari, beberapa pohon di hutan itu bergerak-gerak. Saat aku menatap tajam hutan itu, terlihat mata kuning besar memancarkan cahaya dan mata itu seperti mata ular."

"Menurut kalian makhluk apa yang ada di hutan itu?"

"Mungkin ular raksasa." Michael menjawab dengan ragu.

"Mungkin saja itu naga, tapi mungkin saja itu hanya halusinasiku saja."

"Semoga saja itu hanya halusinasiku." Cloude berharap agar semua dugaan mereka salah.

Malam harinya, Louis dan Michael pamit pulang, seharusnya Cloude menawarkan pada mereka untuk menginap di kamarnya. Namun mereka menolak.

"Kalian yakin tidak mau menginap disini?"

"Ya, lain kali saja." Louis menjawab dengan santainya.

"Baiklah, maaf aku tidak bisa mengantar kalian, karena aku masih butuh istirahat yang cukup."

"Tidak masalah, sampai jumpa." Louis dan Michael pergi dan Cloude segera menutup pintunya.

Setelah itu, Cloude segera menuju jendela dan melihat ke bawah.

Tidak lama kemudian Louis dan Michael keluar dari istana di antar Lucy. Louis dan Michael lalu pergi meninggalkan istana dan Lucy kembali ke dalam.

Cloude lalu menatap langit yang di penuhi bintang. Melihat taburan bintang di angkasa membuat hatinya sedikit merasa senang dan santai. Sungguh pemandangan yang sangat sayang untuk di sia-siakan.

---Bersambung---

|Author: Asj
|Jum'at
|09-10-2020

BLADE OF FREEDOM [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang