Pulang

8 5 1
                                    

"Perasaan adalah sesuatu yang sangat aneh, karena bisa mengubah sikap dan sifat orang lain. Perasaan seperti sihir yang bisa merubah segala aspek kehidupan."

_______________________

"

Aaaaa!"

"Ini gue, Alvin." Lidya menoleh menengadah menatap sosok pemuda yang berdiri di belakangnya. Setelah memastikan barulah Lidya bisa menghela napas lega dan bangkit mensejajarkan posisi dengan Alvin.

"Lo ngagetin gue!" pekik Lidya yang mulai naik darah. Gadis itu sudah menyiapkan bogeman yang siap meluncur ke wajah Alvin.

"Gue nggak maksud, sumpah!" seru Alvin seraya menaikan dua jarinya. Akan bahaya kalau Lidya benar-benar memukulnya. Walau dia seorang gadis, tapi pukulan Lidya adalah yang mengerikan.

Melihat Alvin yang gelagapan Lidya menurunkan kepalan tangannya seraya tertawa kecil. Sejenak Alvin tertegun melihat tawa gadis itu. Sekarang ia tahu, kenapa Raga rela selalu ditonjok dan dipukul oleh gadis singa ini. Cinta itu buta, sekarang Alvin memahami benar makna kalimat itu. Disisi Lidya yang galak, gadis itu juga bisa bersikap layaknya gadis lain.

"Udah ketemu Acha sama Anif?" tanya Alvin membuat tawa Lidya hilang seketika. Wajah manis itu berganti menjadi serius, dan sedikit menyeramkan.

"Belum." Lidya menjawab singkat, lantas keduanya melanjutkan pencarian.

Sesekali mereka meneriaki nama-nama rekan mereka. Namun, sudah cukup jauh berkeliling, tetap saja tidak bisa bertemu dengan satupun teman mereka. Padahal mereka harusnya berjalan ke sini bukan? Lalu ke mana sosok mereka pergi?

"Alvin?" pekikan itu membuat Alvin dan Lidya seketika menoleh mendapati Achaira dan Anifah yang memapah Achaira. Melihat langkah kedua gadis itu yang kesusahan Alvin langsung berinisiatif untuk membantu.

Pemuda itu mencengkram tangan Achaira erat. Memapah gadis itu perlahan. "Bisa? Gue gendong aja, deh. Biar cepet nyampe," ujar Alvin seraya berjongkok di depan Achaira.

Sedikit ragu, akhirnya Achaira memutuskan untuk mengikuti saran Alvin karena dorongan dari Anifah yang menyuruhnya untuk menerima tawaran itu. Walau hal ini mendapat sahutan tidak enak dari Lidya yang terlampau khawatir. Gadis itu masih belum percaya dengan tim Treis Keis karena Alzio yang pernah menyakiti sahabatnya.

Sejak kejadian cinta segitiga itu. Lidya kerap kali memastikan segala jenis pemuda yang mendekati sahabatnya adalah orang yang baik. Namun, siapa sangka jika pemuda-pemuda yang dekat dengan sahabatnya justru adalah anggota Treis Keis itu sendiri.

Perjalanan mereka yang cukup panjang. Akhirnya membawa keempat anak manusia itu kembali ke pusat lokasi yaitu goa. Di sana sudah berkumpul semua teman mereka yang sangat khawatir. Para tim Dua Dunia langsung berpelukan saat mereka sudah berjumpa. Isak tangis mewarnai kebahagiaan dan ketakutan mereka yang sedikit lepas.

"Gue kira kalian udah dibunuh sama Troll," lirih Chellyvia seraya menghapus air matanya. Gadis itu melerai pelukan lebih awal.

Semua sahabatnya menatap gadis chubby itu dengan raut sendu. Achaira lantas tersenyum hangat dan menepuk pindah Chellyvia. "Kita aman, cuma sedikit tersesat karena ada masalah dikit," ucap Achaira menenangkan Chellyvia.

Di saat semua sibuk dengan keadaan Lidya Achaira dan dirinya, Anifah justru sibuk mencari presensi Arthur yang tidak terlihat sejak tadi. Tidak tahu ke mana vampir itu. Apa dia sudah kembali? Atau dia juga tersesat? Namun, apa mungkin seorang vampir yang tinggal lama di pulau ini akan tersesat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dua DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang