Pengorbanan

6 4 0
                                    


"Melepaskan sesuatu yang berarti memang sulit. Jadi, siapkan hatimu. Karena cepat atau lambat, kita harus siap untuk melepas."

________________________

Setelah cermin raksasa itu bisa berdiri, mereka buru-buru mengarahkannya ke arah hutan.

"Argh!"

Lagi-lagi raungan kesakitan itu tersengar dari arah tengah hutan, membuat keempat anak manusia itu semakin khawatir saja.

Keringat dingin bahkan sudah bercucuran membasahi dahi. Tak tahan dengan semua ini, Lidya mulai beranjak untuk menyusul Achaira dan Anifah ke tengah hutan.

"Jangan pergi ke sana, itu bahaya untuk lo!" cegat Alvin. Wajahnya yang biasa kalem, sejuk dipandang kini berbanding terbalik. Mata pemuda itu memerah, wajahnya terlihat garang.

"Nggak! Gue nggak bisa diam aja!"

Sudah dapat dipastikan, gadis keras kepala itu tidak akan tunduk secepat itu.

"Gue yang nyusul mereka," putus Alvin.

"Lo berani jamin kalau ke sana sendiri bisa ngatasi, huh?! Lo nggak tahu seberapa kuat makhluk itu sekarang! Lo sendiri? Mustahil!" teriak Lidya yang langsung berjalan dengan langkah jenjangnya menuju lokasi Achaira.

"Keras kepala!" gerutu Alvin geram. Pemuda itu lantas menyusul gadis keras kepala itu. Ia bingung harus apa dengannya, padahal ilmu yang dia miliki juga belum stabil. Ini terbukti dengan kejadian Troll beberapa saat lalu.

Ya. Sebenarnya gadis itu bisa saja menggunakan mantera untuk mengusir Troll. Namun, karena keadaan rasa dan mood yang tidak baik, gadis itu sulit menggunakan kekuatannya. Ya, namanya juga cewek, pasti sulit untuk membedakan di mana ia harus menggunakan perasaan, di mana ia harus konsentrasi dengan tugas.

Alvin kembali berdecak sebal. Karena memikirkan kejadian itu, ia kehilangan jejak Lidya.

"Argh!"

Lagi? Teriakan itu kini membuat Alvin kalap. Pasalnya ia paham benar suara itu siapa. Pemuda dengan wajah kalem itu langsung berlari ke arah suara.

||

"Kyaa!"

Anifah menghentikan langkahnya, membuat Arthur kesal setengah mati. Bisa-bisanya gadis itu berhenti berlari, sedangkan Troll semakin mendekat. Langkah mereka saja sudah kalah telak dengan langkah Troll.

"Gila! Lari!" Arthur menghentakkan lengan Anifah.

Jika menelisik kemampuan Arthur yang bisa mengusir Troll, dia tidak boleh melakukannya sekarang. Pasalnya tujuan mereka adalah melenyapkan mahluk raksasa itu.

"Fah! Lo jangan bengong!" Achaira ikut berkomentar di atas punggung Arthur.

"Lihat!"

Anifah berseru, Arthur membalikkan badannya ke belakang, ada ribuan rakyatnya yang tengah menghadang langkah Troll.

Kini, giliran dirinya yang bimbang akan lanjut lari atau membantu rakyatnya. Ini darurat, karena jika cahaya dari tim penebang sampai ke arah Troll, maka pasti akan ada rakyatnya yang akan jadi korban.

Dua DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang